Halo temen temen! Apa kabar semuanya? Maaf ya udah kurang lebih satu tahun aku gak update.
Maaf udah bikin kalian nunggu sampai lumutan🥲
Jujur aja, selama ini aku bener-bener gak mood nulis karena aku baru kehilangan dua orang yang sangat berarti bagi aku setelah mati-matian berperang sama corona dan butuh waktu yang lama buat aku bangkit. Jadi, mohon pengertiannya ya temen-temen :)
Aku minta maaf sekali karna udah absen se-lama ini. Dan mohon maaf juga kalau misal tulisannya agak aneh atau banyak typo yaa.
Terima kasih banyak buat yang udah baca cerita ini dan setia terus nungguin cerita ini diupdate. Semoga kalian sehat selalu ya! Makasih banyak❣
*****
Flashback on
Dia menggerakan tubuhnya naik turun di atas laki-laki yang sedang asik menontoni dirinya. Sesekali pria itu meremas buah dada miliknya yang terus memantul dan menampar bokongnya agar ia bergerak lebih cepat.
"Ahh.. Maxi.." Desahnya tak tertahankan. Miliknya terus berdenyut menandakan jika ia sudah hampir datang. Dengan begitu, Dia segera mempercepat gerakannya hingga ruangan kamar yang remang itu penuh dengan suara persetubuhan mereka.
"Shh.. Regina, your p*ssy is so good." Maxi mendesis begitu Regina mendapat pelepasannya yang hebat. Regina terkapar lemas di atas tubuhnya, akhirnya waktunya Maxi untuk bergerak.
Maxi mengangkat bokong Regina untuk memberikan ruang gerak bagi dirinya. Maxi dengan cepat menggerakan pinggulnya dan terus-menerus mengisi milik Regina yang sudah sangat basah itu. Gerakan Maxi semakin cepat seiring dengan dirinya yang sebentar lagi mencapai puncak, sementara Regina kembali menjerit merasakan milik Maxi yang terus memasukinya begitu dalam.
Regina pun mendapatkan pelepasannya kembali. Dengan cepat Maxi mengeluarkan miliknya dari dalam sana ketika ia mencapai puncak.
"Argh!" Geraman tak tertahankan begitu Maxi mendapatkan pelepasannya. Cairan putih mengalir begitu saja menodai seprai tempat tidur Maxi. Mereka terdiam dalam posisi tersebut dengan napas yang terengah-engah.
"Kenapa lo pengen banget tidur sama gue?" Tanya Maxi tiba-tiba. Regina terlihat berpikir sejenak.
"Karna punya lo itu 'maxi', sama kaya nama lo, Maxi." Kata Regina dengan nada menggoda. Mereka pun tertawa mendengar lelucon kotor dari mulut Regina itu.
Regina sudah lama tertarik dengan Maxi, bukan tertarik karena cinta. Tapi Regina sangat suka dengan wajah serta tubuh Maxi yang selalu terlihat seksi di matanya. Sudah bukan rahasia umum lagi di kalangan pertemanannya kalau Regina itu suka bergonta-ganti pria, namun hanya satu yang Regina inginkan dan belum juga ia dapatkan, yaitu Maxi.
Beberapa waktu yang lalu, Maxi tiba-tiba menelponnya dan mengajaknya bertemu. Dia bilang dia ingin melakukan sesuatu dengan Regina, tentu saja gadis itu senang. Tetapi, semua itu harus tertunda karena Regina terkena skors oleh wali kelasnya dan ibunya terus-menerus mengurungnya di rumah.
Maxi perlahan menyingkirkan Regina ke sampingnya setelah napas mereka sudah teratur. Ia bangkit dari tempat tidur masih dengah tubuh yang tak tertutupi sehelai benang pun. Maxi berjalan menuju sudut ruangan dan kemudian kembali membawa kamera yang sedari tadi merekam kegiatan mereka.
Regina yang melihat itu pun panik bukan main. Ia segera bangkit dan menutupi dirinya dengan selimut. "Maxi, lo apa-apaan? Anjing ya lo! Apus gak?"
"Gak usah panik kali, Gin. Gue gak akan sebarin ini kok." Kata Maxi dengan santai sembari mematikan kameranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm All Yours
RomanceWarning: Mature Content, Konten Dewasa (18+) Mereka tahu, hubungan mereka terlarang. Tak seharusnya seorang guru menjalin hubungan asmara dengan gadis yang merupakan muridnya. Tapi, apakah cinta yang tidak bisa mereka kendalikan ini adalah sebuah do...