Hai temen-temen! Aku kembali, semoga kalian suka sama part ini. Jangan lupa vote dan komennya yaa biar aku juga semangat update! Terima kasih. Enjoy~
****
Sudah seminggu lebih Tiara tidak masuk sekolah. Dia yakin Dikta juga menyadarinya, tapi Tiara tidak peduli. Bahkan hingga teman-teman tongkrongannya pun menanyai keberadaannya. Tiara sudah tidak memiliki semangat lagi untuk datang ke sekolah. Dan dia sangat malu jika harus bertemu dengan Dikta setelah apa yang mereka lalui kemarin-kemarin.
Rasanya ia ingin putus sekolah jika saja teman-temannya tidak datang menjenguknya. Siang tadi, setelah pulang sekolah, Bryan, Evelyn, Rafi, Putri, Jeni, dan Caca datang. Mereka berpikir Tiara sedang sakit hingga tidak masuk sekolah selama seminggu. Mereka memang tidak salah, Tiara sedang dilanda sakit hati.
"Tugas numpuk loh, Ti. Ya, gue tau sih lo gak akan peduli karena emang lo sering bolos juga, tapi kita ini udah kelas 12." Kata Evelyn yang sedang terduduk di sofa sambil memakan camilan yang mereka bawa sendiri untuk Tiara.
"Betul. Paling engga, lo rajin dikit lah di saat akhir-akhir kaya gini." Lanjut Bryan menimpali.
Tiara menatap teman-temannya satu persatu, Evelyn dan Bryan memang peduli dengannya dan selalu ingin dirinya rajin bersekolah. Kemudian Rafi, ketua kelasnya yang sangat peduli pada teman sekelasnya dan merupakan utusan dari wali kelasnya untuk menjenguk Tiara. Ia beralih menatap Putri, dan Caca yang berada di sini juga.
"Terus lo bertiga ngapain ke sini? Mau nyuruh gue masuk sekolah juga?" Tanya Tiara dengan kesal kepada ketiga sahabatnya.
"Bryan tadi ngajak gue nengokin lo. Lagian lo bolos tapi gak pernah ke tongkrongan malah di rumah aja. Gak seru banget." Kata Putri sambil menyuarakan protesnya. Jeni hanya mengangguk setuju karena dia memang seperti sudah sepaket dengan Putri.
"Lo juga ditanyain Ra, sama Maxi dan yang lainnya." Kata Caca yang membuat Tiara kembali mengingat kejadian yang menimpanya.
Maxi, si pria bejat yang telah melecehkannya. Pasti dia ingin tahu semenyedihkan apa keadaannya sekarang atau mungkin dia ingin melancarkan aksinya kembali. Tiara tidak tahu, yang jelas Tiara sudah tidak ingin berteman dengannya dan antek-anteknya.
Tiara tidak akan menceritakan kejadian di club itu kepada teman-temannya. Meskipun mereka sahabat Tiara, tapi kejadiannya akan terdengar seperti ia buat-buat sendiri dan Tiara juga malu jika teman-temannya tahu akan hal ini . Lagipula apa yang Tiara harapkan jika mereka percaya dengan perkataannya? Paling mereka hanya akan memulai perpecahan. Tiara tidak ingin membuat masalah.
"Duh, kalian kok pada peduli banget sih sama Tiara. Tiara tau Tiara ini ngangenin." Keluh Tiara mengalihkan topik. Cara bicaranya yang dibuat-buat dihadiahi dengan lemparan bantal dari teman-temannya.
"Jijik banget sih!" Putri mendelik dengan kesal walau dalam hati ia pun tahu bahwa dirinya memang merindukan sahabatnya itu. Rafi yang sedari tadi hanya diam kemudian mulai bersuara.
"Gue gak tau alesan kenapa lo gak masuk-masuk. Tapi lo mesti tau, banyak yang peduli sama lo. Bahkan guru-guru walaupun banyak yang kesel sama lo, mereka selalu nanyain lo karena lo udah mulai aktif sekolah kemarin dan tiba-tiba ngilang lagi." Kata Rafi kemudian duduk di samping Tiara.
"Lo itu bagian dari kelas juga. Ayo lah kita bikin kenangan yang seru di akhir lo sekolah." Tiara mengangkat satu alisnya sambil melirik ketiga sahabatnya ketika mendapat ceramah dari Rafi.
"Apa liat-liat? Dengerin tuh ketua kelas kita." Ujar Bryan yang membuat Tiara cemberut dan hanya mengangguk. Setelah itu, Rafi dan Evelyn pamit pulang karena mereka harus mengikuti bimbel, tipikal anak baik-baik dan mengedepankan pendidikan. Sementara Bryan, Putri, dan Caca tetap menemani Tiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm All Yours
Любовные романыWarning: Mature Content, Konten Dewasa (18+) Mereka tahu, hubungan mereka terlarang. Tak seharusnya seorang guru menjalin hubungan asmara dengan gadis yang merupakan muridnya. Tapi, apakah cinta yang tidak bisa mereka kendalikan ini adalah sebuah do...