Beberapa hari setelah kejadian di mana Tiara mencium pipi Dikta, Tiara berubah total. Gadis itu selalu datang ke sekolah pagi-pagi, tidak pernah bolos pelajaran lagi, dan yang pasti selalu menggoda Dikta ketika ada kesempatan. Bahkan, teman-teman yang biasa bolos bersamanya heran mengapa gadis itu berubah seratus delapan puluh derajat.
"Tiara! Kantin yuk." Teriak Jeni dan Putri dari bawah kepada Tiara yang sedang mengobrol dengan teman sekelasnya di balkon depan kelasnya di lantai dua. Tiara segera mengangguk dan turun menghampiri mereka berdua untuk pergi ke kantin bersama.
Ketika mereka bertiga berpapasan dengan Dikta di depan ruang guru, Tiara seketika menyapa Dikta dengan suara yang lantang hingga membuat beberapa murid dan guru menatap Dikta dan Tiara. "Pagi, Pak Dikta ganteng!"
Tentu saja Dikta malu disapa seperti itu apalagi di depan banyak orang. Dikta hanya tersenyum sopan dan melanjutkan langkahnya, tetapi gadis itu malah menghalangi jalannya. "Pak Dikta, udah sarapan belum?"
"Belum." Jawab Dikta sekenanya.
"Ke kantin yuk, Pak. Makan bareng."
"Duluan aja. Saya sarapannya nanti." Dikta menolak dengan halus dan melanjutkan langkahnya, tapi Tiara tidak mau menyerah. Gadis itu bertanya sekali lagi walau Dikta sudah tidak ingin mendengarkannya. "Mau saya bawain makanan aja, Pak?"
"Gak usah, terima kasih." Balas Dikta tanpa menoleh dan masih meneruskan langkahnya. "Yakin Pak?"
Dikta tidak menjawab lagi dan langsung masuk ke dalam ruang guru. Jeni dan Putri yang melihat tingkah Tiara itu segera menyenggol gadis itu untuk menyadarkannya, sedari tadi semua mata tertuju kepada Tiara dan mereka malu sekali karena berdiri bersama Tiara sekarang. Akhirnya dengan cepat Jeni dan Putri menyeret Tiara sebelum temannya itu menyusul Dikta ke ruang guru.
Di sana, mereka bertemu dengan Regina dan Caca yang sudah duluan ke kantin setelah membolos sementara Putri dan Jeni memanggil Tiara di kelasnya. Mereka berempat adalah teman dekat Tiara, selalu bersama kapanpun di manapun. Bahkan mereka selalu bolos bersama, hanya saja beberapa hari ini Tiara sedikit berbeda. Gadis itu sudah tidak pernah membolos lagi.
"Lo tau gak kenapa si Tiara ga pernah bolos lagi?" Tanya Putri pada kedua temannya ketika mereka sudah mendapat meja.
"Kenapa tuh?" Jawab Caca yang sedang memakan bakso dibarengi dengan Regina. "Dia nih udah kepicut sama Pak Dika. Pengen pencitraan makanya gak mau bolos lagi."
"Oh, jadi sekarang maenannya guru nih." Kata Regina sambil tersenyum menggoda kepada Tiara.
"Dan lo tau tadi dia ngapain?" Sambung Jeni yang langsung mendapat perhatian dari Caca dan Regina. "Ngapain tuh?"
"Ngegodain Pak Dikta di depan ruang guru, diliatin anak-anak. Gila gak tuh! Gak tau malu banget." Kata Jeni dengan jengkel, Caca terlihat tidak percaya dengan omongan Jeni. "Demi apa, Jen?"
"Demi dah, malu-maluin banget nih anak."
"Hei, sebelum janur kuning melengkung, tidak ada salahnya berusaha." Tiara akhirnya menanggapi dengan tenang. Tapi Jeni yang benar-benar sudah jengkel pun balik menanggapi. "Heh, jablay! Usaha sih usaha tapi jangan malu-maluin juga. Udah tau Pak Dikta nolak masih aja dicecer!"
"Gue belom ditolak kok." Tiara tidak terima dengan perkataan Jeni. Keempat temannya yang mendengar itu hanya memutar bola matanya dan lanjut memakan makanan masing-masing yang telah mereka pesan.
"Beb, gue bilangin ya. Mending sadar diri deh dari sekarang. Pak Dikta tuh mainnya bukan anak sekolahan kaya lo. Beda level sama lo!" Ujar Putri menasehati Tiara dengan tenang, dia tahu temannya ini sudah terlalu terpesona pada Dikta dan dia takut Tiara akan sakit hati nantinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/220085646-288-k648675.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm All Yours
RomanceWarning: Mature Content, Konten Dewasa (18+) Mereka tahu, hubungan mereka terlarang. Tak seharusnya seorang guru menjalin hubungan asmara dengan gadis yang merupakan muridnya. Tapi, apakah cinta yang tidak bisa mereka kendalikan ini adalah sebuah do...