Vol I 6 『Air Mata Manticore』

110 7 5
                                    

Hari ke-dua di The Great Demon Forest.

Aku bangun dari tidurku, dan mulai menyadari situasi yang sedang terjadi.

Pagi sudah tiba. Cahaya matahari di langit terlihat sangat menyilaukan.

Berkat tumbuh-tumbuhan yang berlapis-berlapis di langit, membuat cahaya matahari tidak bisa terlalu mencapai tanah, sehingga orang-orang dan hewan-hewan yang ada di sini bisa jadi cukup leluasa berjalan di dasar hutan.

Di sebelahku, aku bisa melihat seorang gadis sedang tidur terlelap dengan air liur yang keluar dari mulutnya dan muncrat kemana-mana.

Terdapat sebuah bantal pembatas yang memisahkan kami, sepertinya aku kemarin menaruhnya untuk membuat jarak di antara kami agar tidak berdekatan saat tidur, dan untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.

....

Ini mungkin merupakan tidur terburuk yang pernah kurasakan seumur hidupku.

Seluruh tubuh terasa sakit, dan aku rasa aku ingin mandi.

Tanahnya kasar, sehingga membuat tidur terasa menjadi sangat tidak nyaman.

Tenggorokanku terasa kering karena aku belum meminum apapun sejak kemarin.

Perutku berbunyi, keroncongan karena merasa lapar. Aku perlu mencari makanan sebelum mereka memakan dirinya sendiri.

....

Pisau lipat, dan satu set pakaian olahraga. Tidak. Mungkin hanya pisau lipat ini saja...

Kami tidak diantar ke kota. Dan karena itu kami bahkan perlu membuat tenda darurat sendiri.

Petualangannya bahkan belum dimulai dan kami sudah kesulitan seperti ini.

Peralatan awal yang lengkap? Apa itu?

Rord berkata, jika kami sudah akan bisa sampai dalam 2 hari lagi, yang artinya, aku masih akan merasakan hal ini sekali lagi.

... Bukankah seharusnya jika tidak diantar kami akan diberikan tunggangan? Bukankah jika tidak mendapatkan senjata legendaris akan mendapatkan kemampuan spesial? Bukankah jika tidak mendapatkan kemampuan spesial akan diberikan senjata legendaris? Bukankah jika tidak memiliki ketiga itu seharusnya akan diberikan sebuah pakaian seperti armor atau semacamnya?

Hah...

Aku menghela nafas dan berinisiatif untuk tidak memikirkannya.

"Oi Rord, bangunlah."

"... Iya aku bangun, 5 menit lagi..."

Apa yang kau maksud Tuan Putri?

Dia berbalik ke samping setelah mengatakannyam

Aku kembali mendekatinya dan mencubit kedua pipinya dengan keras untuk membangunkannya.

"Akh, ah! Agh. Iya! Aku bangun, aku bangun!"

***

Ia pun akhirnya bangun setelah kedua pipinya menjadi chubby dan berwarna merah karena kucubit dengan keras secara berkali-kali.

Ia memasang muka cemberut dan berdiri menghadapku.

"Ada apa...?"

" 'Ada apa?' ekormu. Dengar ya Rord, bukankah seharusnya kita sudah mulai bergerak untuk pergi ke kota? Sekujur badanku terasa sakit, tidurku juga sangat tidak nyaman. Aku tidak ingin berada di sini untuk waktu yang lebih lama lagi tahu, kau juga merasakannya kan?"

"Yah, kau benar sih..."

"Aku sudah sangat haus, perutku juga sudah keroncongan, kita harus segera pergi mencari makanan sekarang."

LOROLOJO: Lord Rord Lort JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang