Vol II 7『Adaptation Process』

18 4 10
                                    

Aku duduk di meja pojok guild yang letaknya berdekatan dengan jendela.

Duduk dengan tatapan kosong yang tidak akan membawaku ke manapun sembari meletakkan wajahku pada atas telapak tangan.

Aku tidak sendirian di sini karena kurasa akan aneh jadinya jika seorang laki-laki remaja sepertiku hanya duduk sendirian saja di tempat publik.

Itu benar, aku bersama dengan mereka, Lucia dan Rord.

Segelas air putih terpampang di meja, di hadapan kami masing-masing. Membuatnya menjadi jumlah yang pas untuk kami.

Pada awalnya, aku sempat merasa sedikit khawatir jika dunia ini hanya memiliki minuman khas zaman dahulu saja.

Namun, siapa sangka jika minum-minuman seperti jus atau yang mirip dengannya ternyata juga sudah ditemukan terlebih dahulu.

Mungkin aku hanya terlalu khawatir.

Jika kau menikmatinya, pasti hidup akan terasa lebih menyenangkan. Kira-kira begitu.

Inginnya sih begitu, tapi uang yang ada di dompetku sudah hampir habis sehingga aku hanya bisa meminum segelas air putih kosong saja.

Aku dan Rord pun meneguk air putih tersebut secara bersamaan tanpa disengaja.

Meskipun hanya air putih biasa saja, tapi rasa dari air ini bisa dikatakan istimewa daripada yang kutahu.

Mungkin itu dikarenakan ini adalah rasa baru karena dulunya aku hidup di lingkungan yang berbeda.

Bisa dikatakan, rasanya sama seperti ketika dirimu meminum air putih di rumah orang lain.

Selagi aku sedang menikmati jeruk-- air putih di gelas yang kupegang, Lucia melihatku dengan tatapan tajam.

Tidak meminum air putih yang ada di hadapannya seperti kami, dia meletakkan wajahnya pada telapak tangannya.

Dia terlihat seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi dia selalu berusaha untuk menyimpannya sendiri.

Lebih tepatnya, dia terlihat sedikit kesal.

Aku jadi kasihan terhadap dirinya yang berusaha sekeras itu...

Setelah aku meneguk minumanku, aku pun mengambil napas sebentar dan mengajak Lucia untuk berbicara.

"Ada apa?"

Dia diam sebentar dan mencoba untuk melirik-lirik mataku sebelum menjawab pertanyaanku.

A--Apa?

"Apa kerjaan kalian setiap harinya memang hanya seperti ini saja...?"

"Emm, kira-kira begitu."

Menanggapi responku yang terlihat tidak terlalu peduli, Lucia memundurkan kursinya dan berdiri.

Lucia menunjuk ke arahku dengan telunjuknya dan menaikkan salah satu kakinya ke atas meja.

Membuatnya terlihat seperti seorang polisi yang sedang menegakkan hukum pada tersangka yang bersangkutan.

"Apa kau tidak tahu malu? Di saat kau sedang bersantai-santai begini, dunia ini sedang dalam masa krisis lo!"

Oi, oi, turunkan kaki-mu. Itu tidak sopan tahu.

Namun ... lagi-lagi dunia yang sedang dalam masa krisis, ya...

Jujur saja, aku bingung di mana letak 'krisis' yang baru saja ia sebutkan.

Maksudku adalah ... suasana kota terlihat sangat penuh dengan kedamaian.

Sejak aku datang kemari, bahkan belum pernah ada monster yang sempat untuk menginjakkan kakinya ke kota.

LOROLOJO: Lord Rord Lort JourneyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang