Hiraeth : 01. Welcome, my brother's(?)

2.6K 203 65
                                    


"Ayah, kita akan kemana?" Anak kecil itu bertanya, sembari mengikuti langkah besar ayahnya yang sedang memasukkan barang-barangnya ke koper besar.

"Kita akan kerumah Tok Aba." Berbalik, ayahnya; Amato, menatapnya dengan raut wajah sulit ditebak.

"Apakah yang lain akan ikut, ayah?" Mata biru tuanya memancarkan rasa ingin tahu, seakan tidak puas dengan satu pertanyaan saja.

"Tidak, hanya Taufan saja. Karena yang lain tidak bisa." Ayahnya menjawab cepat, sembari mengangkat tubuh kecil ringkihnya ke dalam mobil.

"Mengapa?" Pertanyaan terlontar untuk sekian kalinya. Tangan kecilnya memeluk leher sang ayah, sembari menatap manik ayahnya yang tertutup surai putih rambutnya.

Ayahnya, hanya dapat memandang langit malam perkotaan. Terlalu kelu untuk menjawab pertanyaan anak kecil itu.

"Saat nanti kamu dewasa, kamu akan mengerti, Taufan. Jadilah anak yang mandiri."

"Hei, Taufan bangun! Hari ini saudaramu akan datang! Bantu Tok Aba memasak makanan!" Teriakan kakeknya terdengar, membangunkannya dari mimpinya.

Hiraeth
All part of this stories is belongs to Nathan
Don't take out without permission!
Slow update, read at your own risk!
Happy reading fellas~

***


Taufan terlewat biasa untuk diceritakan hidupnya. Remaja umur 15 tahun itu tidak ada banyak hal untuk dibicarakan atau dipuji, tidak pintar dan tidak bodoh. Terlalu biasa. Itu pikirnya.

Mungkin itu juga sebab ayahnya meninggalkan dirinya dipintu kediaman kakeknya bertahun-tahun yang lalu. Jadi, mendengar saudara kembarnya akan tinggal disini melanjutkan masa SMA mereka bersama dirinya, membuat Taufan berpikir yang tidak-tidak. Mereka mungkin tidak akan mengenalinya, seperti mereka ingat diriku—batinnya sarkastik.

Dia ingat saudara kembarnya. Tapi waktu 10 tahun bukanlah waktu yang singkat, jadi tidak menutup kemungkinan saudaranya berubah, entah bentuk fisik atau sifat. Begitu pula dirinya, pribadinya bukan hal yang jelek, dirinya ramah, supel, rajin menabung serta senang membantu sesama. Pribadi yang baik bukan?

Jadi, disinilah dirinya hari ini. Memasak hidangan untuk menyambut ke-enam saudaranya sembari menyenandungkan lagu yang liriknya tidak dimengerti orang yang akan mendengarnya. Tok Aba sedang menjemput mereka di stasiun kereta, dan ia kebagian tugas memasak, ditemani kucingnya; Cattus, kucing Persia dengan hidung pendek seperti orang yang terkena pukulan diwajahnya.

"Oh, Cattus! Tolong diam, atau tidak ada Whiskas untuk hari ini! Dan jangan merusak tatanan meja makan! Astaga, aku menatanya selama setengah jam! Demi Tuhan, kemari Cattus!" Pekiknya kesal, menghentikan kegiatan memasaknya, Taufan berlari mengejar kucingnya yang sudah merusak tatanan meja makan, manik biru tuanya menjanjikan pembalasan.

Berlari melompati sofa ruang tamu, hingga berlari keluar dari rumah melalui pintu keluar, Cattus melompat kegirangan;seperti manusia mendapat kebebasan, tidak menyadari Taufan sudah diambang pintu dengan apron motif bunga masih melengkapi pakainnya.

"Kena kau kucing nakal! Tidak ada Whiskas untuk hari ini, dan kau dihukum! Kau akan melewati malam didalam kandangmu anak muda!" Meraihnya sembari berjongkok, Taufan berceloteh sebal sembari memeluk kucingnya yang seperti tercekik dalam balutan tangan kurusnya, tidak menyadari ada seseorang didepannya.

HiraethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang