12. KEMBALI

498 37 1
                                    

12. KEMBALI

"Aku senang memiliki mu." Ucap batin ku. -Clara Ardellia Permata Hati-

Sudah tiga hari Clara tidak masuk sekolah, dari kejadian meninggalnya Aska untuk selama-lama nya, mungkin Ara sangat sedih akan hal itu bagaimana pun di sangat menyayangi ibu tercinta nya itu. Alan tampak biasa tanpa merasa kehilangan sesuatu. "Lan lo ga ngerasa uring-uringan gitu, kan Ara udah ga masuk 3 hari." Nathan membereskan buku nya ke dalam tas hitam.

Alan menggerutkan dahinya, "Si upik abu ga sekolah ya?" sambil mengeluar kan ponselnya dari tangan. "Pantesan kata gue kaya ada yang kurang." Lanjutnya. Hendra menghela nafas. "Ya elah bos tuh cewek kan pacar lo. Masa lo ga tau perkembangannya, ga lo chat atau telfon gitu." Alan menggelengkan kepalanya. "Dia ga ada Handphone katanya." Nathan, Kelvin dan Hendra terlonjak kaget. "Hah?! Masa sih. Zaman sekarang cewek secantik dia ga ada Hp." Ujar Kelvin.

Alan berdeham, "Dih dari mana cantik tuh cewek." Alan mencela Clara yang jelas-jelas status nya saat ini adalah kekasihnya itu. Nathan menggelengkan kepalanya pelan, "kok lo gitu si Lan kan Ara tuh cewek lo." Nathan merubah posisi duduknya kali ini. "Lagian kalo di lihat-lihat Ara manis kok." Lanjutnya jujur apa yang dia bilang. Alan menatap binggung kearah Nathan, "Kenapa lo? Suka sama cewek gue? Ambil kalo mau." Nathan menyunggingkan bibirnya. "Gue masih setia sama Raina, thanks lho ya."

"Babang Nathan kan emang, setia parah sama dedek Raina." Goda Hendra. "Tapi Raina nya yang ga peka-peka." Ujar Kelvin memotong omongan Hendra. Nathan menatap malas jika sudah membahas Raina yang selalu tidak peka dengan perasaanya ini. Pada hal jelas-jelas Nathan sudah terang-terangan memberi kode keras ke gadis jangkung itu. "Jadilah seperti Arsa dan Ranti yang mencintai dalam diam, eh diam-diam ditikung sama orang." Sekarang Arsa lah yang menjadi bahan lelucon tongkrongan mereka. "Ga jelas lo pada, diem deh. Gue mau ngehafal rumus." Arsa menatap sinis ke arah Kelvin, Natha dan Hendra. Namun hanya ditanggapi tawa dengan mereka.

Alisha Rahmadianti, atau sering dipanggil ica. Dia adalah murid yang mendapat gelar queen sekolah. Dari SMA Xevarius. "Eh ica, kok lo belum pulang?" Tanya Alan bernada lembut. "Iya nih, gue belum dijemput sama supir gue." Nada bicara Alan berbeda jika bersama gadis satu ini, Ica lebih ketipe ideal yang Alanska inginkan dibandingkan Clara. Ica cantik, modis dan yang jelas terkenal. Dirinya sangat diagung-agungkan jika di sekolah, siapa yang tidak tau dengan Alisha Rahmadianti. "Gue anter pulang mau?" Tawar Alan dengan memberikan senyuman yang sangat jarang orang dapatkan darinya. "Gue ga bisa naik motor Lan nanti rambut gue berantakan, sorry." Tolak Ica, ya begitu. Yang goodlooking belum tentu goodattitude, right?

Sudah cukup Clara berlarut-larut dalam kesedihannya ini. Dirinya harus bangkit, Ibu nya juga tak mau jika dirinya selalu seperti ini. "Bu Clara bakal wujudkan impian ibu buat jadi lulusan terbaik nantinya, dan Ara bakal banggain Ibu." Ucapnya parau saat mengenang ibunya yang sangat dia sayangi itu.

Namun disini Abah Clara yang di bilang dengan Ibu nya sudah tidak ada, datang dengan membawa harapan yang besar bagi Clara. Dirinya saat ini belum benar-benar sendiri ada Abahnya yang masih ada untuknya. Namun sangat disayangkan Abah sudah memiliki keluarga baru. Mempunyai 1 anak dan berserta istrinya. "Nak, maafin Abah ya udah ninggalin kamu sama ibu kamu. Abah udah cari-cari kalian tapi ga pernah ketemu. Jadi tolong terima Abah, tinggal dengan Abah ya sayang." Abah mengusap pucuk kepala Ara dengan lembut.

Ara tersenyum sendu, lalu menganggukan kepalanya pelan. "Baik bah." Ucap nya bergetar.

Ara di perlakukan dengan baik di keluarga ini, di berikan tempat tinggal yang layak, kamar yang bagus, rumah yang mewah. "Non Ara, salam kenal saya Bi Tami." Ucap salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah abah nya itu. Bak mimpi Ara tinggal di rumah yang megah dan besar ini. Seperti putri raja dirinya sekarang. "Kalo ibu masih ada pasti Ibu seneng lihat kita bisa kumpul sama-sama lagi." Batin Ara.

Namun, Mama dan saudara tiri nya ini kelihatan sekali tidak suka dengan dirinya. Mungkin di fikir mereka Ara telah merebut Abah dari mereka saat ini. Mahda adalah Mama tirinya kali ini. "Inget ya kamu tinggal disini ga gratis! Setiap pulang sekolah kamu kerjain pekerjaan rumah kayak Bi Tami kerjakan." Ya ini lah kehidupan nya sekarang sangat sedih nasib gadis malang ini.

Clara berjalan melewati koridor dengan menenteng tas hitam yang di belikan Abah nya kemarin sore. "Claraaaaa!" Suara teriakan itu membuat semangat Clara bertambah. "Lo jangan sedih-sedih lagi kita ga mau liat lo sedih." Ucap Delia memegang bahu Clara kali ini.

Ara menanggapi sahabat nya dengan senyum hangat. "Iyaa ini ga sedih lagi kok." Mereka bertiga berjalan menuju lorong bangku tempat duduk nya. "Btw, Kak Alan gimana?" Tanya Clara tak luput dengan manusia galak itu. "Lo masih sempet-sempet nya nanyain Kak Alan? Sedangkan dia aja ga ada tuh nyariin lo." Ketus Ranti, seolah tak suka jika membahas tentang Alanska.

Clara tersenyum kikuk, bagaimana bisa pacar nya tidak mencari nya sama sekali. Sungguh malang dirinya, bahkan tidak diakui kalau Ara sekarang pacar nya.

"Clara tolong bawa buku ini ke perpustakaan ya." Titah Bu Rani, "Baik bu."

Clara berjalan menuju ruangan perpustakaan dengan membawa buku yang lumayan banyak. Tapi dirinya melihat seseorang di ujung lorong yang tak asing bagi nya. "Kak Alan." Ara menyapa Alan yang sedang duduk sambil merokok. "Ih, kok Kak Alan ngerokok disekolah. Kan ga boleh kak." Tegur nya.

"Bawel lo!"

"Kenapa lo keluar pas jam pelajaran, masuk sana!" Lagi-lagi hanya dapat semburan kemarahan Alanska saja.

"Ini aku mau balikin buku ke perpus disuruh Bu Rani." Alanska hanya ber oh ria.

"Udah deh kak jangan aneh-aneh buang lah tuh rokoknya, nanti ketahuan bu Retno bisa berabe."

"Biarin, Bu Retno ga sampe sini kalo jalan." Ara mentapa jengah melihat laki-laki yang ada didepan nya ini.

"Kak Alan ga mau bantun aku gitu?" Ara menatap ke arah buku yang berat dipegang nya ini.

"Ga, males gue. Lo kan bisa bawak sendiri!"

"Ga usah manja!"

"Kan Kak Alan sekarang pacar Ara. Kok masih galak si."

"Gue ga mau pacar gue manja! Sana ke kelas."

"Gue mau cabut bolos, awas lo ngadu ke guru!" Alan melenggangkan kaki nya pergi dari hadapan Ara.

"Aku senang memlikimu. Tapi kenapa kamu enggan menganggapku." Batin Clara pilu.

Bersambung...

Jangan lupa buat Vote komen dan follow!

Terimakasih❤️

AlanRaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang