"Woy! Varen!"
Varen hanya menatap Naya sembari menaikkan sebelah halisnya, menanyakan kenapa memanggilnya.
"Lo sama jenna ada sesuatu!?" Tanya Naya. Berita tentang Varen dan Jenna itu menyebar dengan sangat cepat.
"Kepo lo." Kata Varen.
Ia berjalan menuju mejanya meninggalkan Naya yang menatapnya tak percaya. Naya itu sangat penasaran dengan berita yang menyebar luas hingga menjadi trending itu.
"Ih varen mah seriusan! Gue penasaran banget."
"Nanti gue seriusin, lo baper." Kata Varen. Naya menatapnya dengan tatapan tak percaya, ia sedang serius dan Varen malah bercanda.
"Eh sialan! Jangan bercanda!" Kata Naya. Mana ada dia baper, orang dia udah punya pacar si Satya.
"Sana balik ke meja lo, pak budi udah dateng noh." Usir Jaka.
Pak Budi itu guru killer dan termasuk guru yang sudah bekerja sejak SMA Pelita Bangsa didirikan. Jadi ia tidak takut untuk menegur murid siapapun, dimatanya semua murid itu sama.
Dengan wajah tertekuk, Naya kembali ke mejanya. Ia penasaran setengah mati hingga tidak makan dengan lahap saat istirahat tadi. Artikel itu tidak memberikan berita lengkap.
"Kumpulkan tugas minggu kemarin lalu kerjakan halaman 87 dan dikumpulkan!"
Semuanya mengumpulkan tugas karena tidak mau dihukum dijemur ditengah lapangan dan membersihkan semua toilet. Tidak bisa melarikan diri karena pak Budi akan mengawasinya terus. Varen pun ikut mengumpulkan tugasnya, entah jawaban darimana.
Bel pulang sekolah berbunyi. Semua langsung merapikan barang-barang mereka. Untung saja Pak Budi itu guru yang disiplin dan tepat waktu, jadi tidak ada kegiatan mengajar jika jam sekolah selesai.
"Mau kemana dulu nih bos?" Tanya Sandhy.
"Markas." Jawab Varen. Sandhy mengangguk.
"Kak varen."
Varen hanya melirik saja tanpa membalas sapaan dari adik kelas itu, tapi Jaka lah yang membalas sapaannya.
"Apaan sih anj!ng, gak usah genit gitu sama si varen!"
"Urusan sama lo apa!? Bukan siapa-siapa kok ngatur!"
"Lo pikir dia mau sama lo!?"
"Ya lo pikir juga dia mau sama lo!? Mimpi aja sih"
"Duh jangan rebutan gitu dong, gue tau kok kalo gue ini ganteng."
Kedua siswi itu terdiam lalu menatap Jaka dengan tatapan aneh. Lalu meninggalkan Jaka yang kebingungan.
"Sialan gue ditinggalin."
Sakti dan Sandhy tertawa kecil melihat kelakuan Jaka, percaya diri sekali orangnya. Mereka berjalan menuju parkiran melalui lorong depan.
"Weh, bang!"
»»--Black Wolf--««
Jenna sama sekali tidak keluar dari kelas hingga sekolah selesai, ia tidak ingin mendengar orang-orang yang membicarakannya. Beritanya dan Varen masih menjadi topik hangat dipenjuru sekolah.
"Udah dijemput jen? Kalo belum, gue temenin." Tanya Carissa. Ia akan menemani Jenna seandainya jemputan gadis itu belum datang.
"Mommy belum ngasih kabar sama sekali. Gue gak tau udah dateng atau belum." Jawab Jenna. Nomor ibunya tidak aktif, begitupula dengan ayahnya yang mematikan ponselnya jika sedang meeting.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Wolf
Teen FictionBlack Wolf adalah sekumpulan siswa-siswi yang tidak bisa atur. Tawuran, bolos jam pelajaran adalah hal sehari-hari yang selalu mereka lakukan. Hingga kepindahan selebgram cantik dan pernyataan cinta dari seorang adik kelas menggemparkan satu sekolah...