Di daerah Bogor tepatnya Bogor Barat, terdapat salah satu sekolah menengah atas swasta yang bernama 'Pelita Bangsa'. Sekolah tersebut berada di bawah naungan Yayasan Nabastala yang diketuai oleh Gubernur Jawa Barat.
SMA Pelita Bangsa merupakan salah satu SMA swasta tersohor di Indonesia. Tak sedikit dari anak Artis hingga anak pejabat yang bersekolah disana.
SMA Pelita Bangsa terkenal dengan banyaknya murid yang berprestasi. Dari banyaknya perlombaan yang mereka ikuti, hampir 80% meraih kemenangan dan bersanding dengan SMA Negeri favorit.
Terlepas dari murid berprestasinya, SMA Pelita Bangsa juga memiliki beberapa murid yang sulit diatur dan keberadaan mereka juga sudah menjadi rahasia umum. Jika terjadi tawuran antar pelajar, mereka pasti berada disana.
Beberapa murid yang sulit diatur itu membentuk satu grup yang bernama Black Wolf. Grup ini sudah ada sejak angkatan pertama SMA Pelita Bangsa dan di setiap angkatan pasti terdapat anggota dari grup tersebut. Dari setiap angkatan tersebut akan mencalonkan paling banyaknya 4 orang untuk mereka pilih sebagai ketua. Setiap tahun atau tepatnya saat sang ketua berada di semester akhir kelas 12 akan diadakan pemilihan ketua Black Wolf.
Kini Black Wolf berada dibawah pimpinan salah satu siswa angkatan 18, yakni Varen Bagaskara, siswa urakan yang sayangnya sangat tampan. Ia dipilih dengan total suara 20 dari 30 anggota Black Wolf dengan kandidat 3 orang.
"Tumbenan banget lo gak telat."
Varen yang baru saja memarkirkan motornya menoleh kepada Jaka Pramidya, siswa bertampang menggemaskan namun tidak suka dipanggil imut. Ia merupakan salah satu anggota Black Wolf dan juga teman sang ketua sejak sekolah dasar. Terhitung kurang lebih mereka berteman selama 11 tahun.
Varen datang sebelum bel masuk itu termasuk pemandangan yang sangat langka untuk dilihat dan bisa dihitung oleh jari.
"Ada bokap." Jawabnya singkat.
Jaka mengangguk. Berteman selama 11 tahun membuatnya mengerti sikap ayah Varen. Ayahnya merupakan Gubernur Jawa Barat yang memiliki sifat disiplin serta sedikit keras dalam mendidik anaknya.
Berjalan beriringan menuju kelas kebanggaan mereka, 12 Ips 5. Semua murid yang berada dikoridor langsung menepi begitu melihat presensi Varen dan Jaka. Terlepas dari paras mereka yang tampan, sikap mereka begitu disegani. Mereka tidak segan menganggu siapapun yang berani mengusiknya.
"Ade lo jadi masuk sini?" Tanya Jaka. Varen mempunyai seorang adik laki-laki 2 tahun dibawahnya. Tahun ini merupakan saatnya ia memasuki jenjang pendidikan menengah akhir.
Varen mengangguk menjawab pertanyaan Jaka. Adiknya sangat jauh berbeda dengan dirinya. Adiknya itu merupakan murid yang kelebihan nilai alias berprestasi sedangkan dirinya termasuk dalam murid yang kekurangan nilai.
Karena kelas mereka yang berada ujung dilantai dua membuat mereka menghabiskan waktu di perjalanan menuju kesana. Dari lantai dua, mereka bisa melihat beberapa anggota osis sedang berlatih untuk upacara pagi ini.
"Tolong dong itu bajunya dimasukin! Pake dasinya!"
Varen menghela nafasnya melihat seorang siswi yang menghalangi jalannya. Dibelakang gadis itu terdapat seorang gadis lain yang memegang sebuah buku yang bisa Varen pastikan itu adalah daftar nama murid yang tidak memakai seragam dengan benar dan juga aksesorisnya.
"Bacot."
"Apa susahnya sih tinggal masukin doang tuh baju terus pake dasi!?"
Varen memutar matanya malas, menghiraukan perkataan gadis itu ia berjalan melewatinya diikuti oleh Jaka.
"Lepasin anjing."
Varen menyentak tangan gadis itu yang menahan tangannya. Jaka dan gadis yang lainnya hanya melihat pemandangan didepannya itu dengan diam. Varen itu tidak suka berdekatan dengan wanita selain ibunya. Bukannya ia gay atau homo, hanya saja ia tidak suka dengan wanita, merepotkan.
"Susah banget sih dikasih taunya! Pake bajunya yang bener! Pake dasi! Dateng pagi, tetep aja bajunya acak-acakan!"
"Bacot joy. Lo mau ngomong sampe mulut lo berbusa juga gua gak peduli."
Varen kembali melanjutkan perjalanannya tanpa menghiraukan Joy yang mengerutu.
"Tulis nama dia san." Suruh Joy kepada Sana.
Mendengar nama Varen akan ditulis di buku tersebut, Jaka yang masih berada di dekat para gadis itu langsung berkata.
"Gue engga ya. Tuh liat baju gue dimasukin plus pake dasi."
"Iya iya."
Begitu mendengar jawaban dari Joy, Jaka langsung berlari mengikuti Varen yang sudah berjalan didepan sana.
"Cewenya si sakti, ribet banget sih setan."
"Aneh bisa langgeng gitu mereka pacarannya."
Jaka menyahut perkataan Varen. Sakti itu salah satu anggota Black Wolf juga. Mereka berjalan beriringan menuju ruang kelas.
"Wuih!!! PAKETU TUMBEN DATENG PAGI."
Suasana kelas langsung ramai saat kedatangan Varen dan Jaka. Sudah dibilang diawal bahwa Varen datang sebelum bel masuk itu masih bisa dihitung jari.
Kelas 12 Ips 5, banyak yang menyebutnya kelas buangan. Semua murid yang susah diatur disatukan disini. Kelas dimana para anggota Black Wolf mendominasi. Hampir setengah kelas 12 Ips 5 adalah anggota Black Wolf.
"Bacot, sak"
Varen langsung menuju kursi kejayaannya yakni pojok bagian belakang.
"Eh lo pada tau gak si kalandra? Selebgram itu loh yang dulunya sekolah di Surabaya."
Semua orang memerhatikan Naya yang sedang berceloteh didepan kelas. Ia biasanya membawakan berita terhitz dan terbaru di SMA Pelita Bangsa.
"Kenapa emang nay?" Tanya Jaka. Jika mengenai gadis cantik ia selalu paling depan.
"Dia masuk sini... Tadi gue liat dia baru turun dari mobil. Nyokapnya cantik anjir!" Beritahu Naya.
"Tuh tuh di grup gosip gue juga udah rame ngomongin dia." Kata Naya dengan heboh.
"Ada fotonya gak? Mau liat dong!"
Jaka langsung mendekati Naya untuk melihat Kalandra yang katanya menjadi murid baru disini. Kalandra itu selebgram yang lumayan terkenal, selain cantik ia juga memiliki suara yang merdu. Tak jarang ia mengupload video sedang mengcover sebuah lagu.
"Wuih anjing cantik banget. Gue gebet lah." Kata Jaka.
"Cewe mulu, setan." Sahut Victor. Jaka itu selalu ganti cewek. Setiap hari pasti ganti-nganti cewek.
"Gue tobat kalo dapetin dia." Kata Jaka. Kalandra itu cantik sekali, bagaimana bisa ia berpaling jika memiliki gadis secantik Kalandra.
"Kaya mau aja dia sama lo." Sahut Sandhy.
"Pasti mau lah. Gue kan ganteng." Kata Jaka sambil ngibas rambut.
Satu kelas kompak berpura-pura muntah. Jaka, Sakti dan Sandhy itu satu spesies, pede banget orangnya.
"Najis. Najis. Najis." Kata Sonya.
"Ih gitu ya sonya. Dulu lo ngejar - ngejar gue." Kata Jaka.
"Ngimpi aja sih jim." Sahut Sonya.
Satu kelas kompak menertawakan Jaka. Selain pede, ia juga sering di jadikan bahan bullian kelas.
"WOY KE LAPANGAN!! SI BOTAK UDAH NGOCEH."
TBC
Siapa yang ngira kalo yang tahan tangan Taehyung tadi itu jejen?
Susah bikin cerita sekolahan tuh, gara2 aku anaknya anti sosial.
Ramein yaaa...

KAMU SEDANG MEMBACA
Black Wolf
Fiksi RemajaBlack Wolf adalah sekumpulan siswa-siswi yang tidak bisa atur. Tawuran, bolos jam pelajaran adalah hal sehari-hari yang selalu mereka lakukan. Hingga kepindahan selebgram cantik dan pernyataan cinta dari seorang adik kelas menggemparkan satu sekolah...