Kuroo dan Misteri

129 10 5
                                        


        “Lakukan saja Sei Chan!”


“Iya aku tau kau bisa.”


“Cepatlah Sei Chan!”



Sei terdiam, sebenarnya selain karena dia tak pernah mempelajari sihir itu, dia juga masih memikirkan sebuah kemungkinan lain.



Bagaimana jika Konohamaru mati? Dia akan menggunakan sihir penghidupan yang hanya bisa digunakan sekali itu.



Sei tak bisa kehilangan dirinya.



“Ayolah Sei Chan! Jangan menghabiskan waktu!” seru Hanji seraya merangkul bahu Sei.



Sei segera menepis tangan Hanji dengan manik hazelnya yang telah menyipit waspada. Hanji menatap Sei heran.


“Ada apa, Sei Chan?”


“Ak … aku tidak bi … bisa melakukannya.”



Levi turut menatap Sei curiga. Levi segera mencengkram tangan Sei dengan keras.




“Jangan buang - buang waktu Sei! Cepat hidupkan mereka!”




“AKU TIDAK BISA!” bentak Sei dan segera menghempaskan tubuh Levi dengan kekuatannya.



Sei benar - benar bingung sekarang, akal pikirannya memang menyetujui gagasan untuk membangkitkan Raja Kita kembali, tapi hati kecilnya seakan meronta, masih ingin menggunakan kekuatan itu untuk Konohamaru jika dia juga tewas.



“Bagaimana … ji … jika Konohamaru …”



“Jadi kau lebih memilih perasaanmu dari pada keselamatan kerajaan ini?” tanya Levi penuh penekanan. Hanji terdiam, menatap Sei dengan tatapan yang sulit diartikan.



“Tapi …”




“Kau benar - benar bodoh! Berhenti menjadi cengeng! Andai saja aku lah yang memiliki kekuatan itu, aku tetap akan menghidupkan Raja Kita, persetan dengan semua orang yang kusayangi …”





Sei mengepalkan tangannya dengan erat, semua pikirannya beradu tak memberi jawaban pasti, hanya sebuah keputusan yang dominan.






“Aku harus mencari Konohamaru …”





Gerakan Sei terhenti ketika Hanji dan Levi mengacungkan pedang mereka kepada Sei. Mereka mengirimkan tatapan yang mengintimidasi.





“Kau itu seorang prajurit, Sei Chan. Jangan mengutamakan perasaanmu!” tegur Hanji dingin.




“Tapi …”




“Cih … merepotkan …”





Dengan cepat Levi menyerang Sei. Wanita berjilbab itu sunguh terkejut dan hanya bisa menghindar.



Suna pun turut mengeluarkan pedangnya.




“Kau benar - benar membuang waktu, kalau kau tidak melakukannya, maka kau sudah berkhianat dan seorang pengkhianat harus dibunuh siapapun dia …”




“Kita bisa bicarakan …”




Tanpa peringatan, tiba - tiba Suna sudah meraih kerah jaketnya dan menatap Sei tajam. Pedang tajam itu masih setia di genggamannya.




“Inilah alasan aku tak pernah percaya pada wanita sepertimu …”





Sei menghempaskan tangan Suna dan melompat menjauh. Tak ada pilihan lain, Sei harus berjuang menjaga kekuatannya.



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

OokokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang