Mikasa dan Persahabatan

163 10 0
                                    

        

      “Sudah berapa titan yang kita bunuh, Sarada?” tanya Boruto seraya mengusap wajahnya yang terkena cipratan darah titan.

“Em … mungkin dua puluh,” jawab Sarada.

“Sial … kalau begini terus kita aku harus menggunakan serangan pamungkasku,” seru Boruto seraya tersenyum lebar.

“Sihir elemen angin, Uzumaki!”

Sebuah pusaran angin berhasil menumbangkan beberapa titan, namun seakan tak berkurang, titan-titan itu tetap saja berdatangan.

“Uwah … sebenarnya mereka ada berapa?” tanya Boruto frustasi.

“Sihir ular, Keishin!”

Giliran Mitsuki yang mulai mengeluarkan banyak ular putih dari lengan bajunya untuk menyerang kelemahan titan yaitu tengkuk leher belakangnya.

“Sugoiii … Mitsuki,” puji Iwaizumi yang masih melompat dari atap rumah satu ke atap rumah lainnya untuk menebas kelemahan titan.

“Kita harus menghancurkan ilmuwan itu dulu!” ucap Konohamaru seraya mencari keberadaan Hanji yang telah menghilang entah dimana.






      Kindaichi dan Kunimi masih berusaha membunuh beberapa titan dan mencari Hanji, namun Kindaichi yang mulai melihat istrinya kelelahan segera membawanya menjauh.

“Apa yang kau lakukan, Yutarou?!” bentak Kunimi yang telah digendong Kindaichi untuk menjauh dari tempat pertarungan.

“Kau harus pergi dari sini, Akira! Kau bisa mati,” ucap Kindaichi cepat.

Kunimi menatap Kindaichi dengan amarah dan menampar keras pipi suaminya

Kindaichi yang baru pertama kali ditampar Kunimi, menatapnya kaget.

“Aku tidak mau. Aku harus menolong mereka dan bertanggung jawab atas kutukan yang menimpa Rei!” seru Kunimi.

“Tidak, pasti ada cara lain. Kau pergi saja, biarkan kami yang …”

“Berhentilah menjadi bodoh, Yutarou! Sudah kubilang aku harus bertanggung jawab.”

“Tidak, aku tak mengizinkanmu. Kalau aku tau akan terjadi pertempuran seperti ini, aku tak akan pernah mengizinkanmu pergi.”

“AKU HARUS MELAKUKANNYA, KINDAICHI!”

“AKU TAK INGIN KEHILANGANMU, KUNIMI!” bentak Kindaichi yang mulai terengah-engah karena perdebatan ini.

Perlahan Kindaichi menurunkan Kunimi dan menundukkan kepalanya dengan sedih.

“Aku tak mau kehilanganmu Akira. Kau tau kan aku sangat mencintaimu dan juga anak-anak kita, ak … aku hanya …” Ucapan Kindaichi terputus ketika manik hitamnya mulai berlinangan air mata.

“Maafkan keegoisanku Akira, tetap saja aku … hanya ingin melindungimu …”

Kunimi segera mengelus wajah suaminya dengan lembut dan mengarahkan wajah Kindaichi untuk menatap mata cokelatnya.

Kunimi menghapus air mata yang lolos dari mata Kindaichi seraya tersenyum penuh kasih sayang.

“Arigatou Yutarou, aku sangat bersyukur memilikimu, Mia, dan keluarga kecil kita. Tapi tenang saja Yutarou, istrimu tak selemah itu, aku akan melawan mereka dan kembali ke kehidupan sederhana yang sangat kita cintai itu, aku janji!” ucap Kunimi mantap.

“Kau janjikan?” tanya Kindaichi.

“Aku berjanji untuk kembali dan membuat delapan anak lagi,” jawab Kunimi seraya tersenyum lebar.

OokokuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang