Halloo... Halloooo
Aku balik lagiii
Double updatee nihhh,, baik kan baik kann??
.
.
"Kau tau apa arti namaku?" tanya Nara dalam pelukanku.
Aku membelai rambutnya yang terurai, "Eum, thats why i said you are my Nara. Kau adalah kebahagiaanku."
Itu kalimat yang terlontar atas apa yang hatiku rasakan. Seperti arti namanya yang memiliki makna kebahagiaan, begitulah dia dalam hidupku.
"Karena itu harus dirimu, tidak bisa yang lain."
Nara adalah takdir yang aku percaya. Kehadirannya di tengah salju hari itu dan insiden yang kami alami bukan atas inginku atau atas rencananya. Mungkin semesta saat itu cukup kewalahan menghadapi sifat dinginku terhadap wanita mana pun. Mungkin juga semesta selama ini mencari ke setiap sudut Tranquil siapa yang akan meluluhkanku. Tetapi hanya dengan jentikan kecil hari itu ketika kami terjatuh bersama dan aku masuk ke dalam sorot matanya, i just know she's the one, the only one.
Dia tidak mengenalku dan menjadi aneh setelah tau siapa aku. Tetapi aku tau dia yang semesta kirim untukku. Setelah bertahun-tahun aku melewati setiap hari dalam sepi, kini ada Nara yang berhasil mengukir pelangi di langit kelam Klan Sweat. Semua berbahagia tanpa terkecuali. Terutama aku.
Kehadirannya adalah kebahagianku dan kuharap hal yang sama juga dia rasakan terhadapku.
"Bagaimana jika ternyata bukan aku?"
Aku benci jika dia sudah bicara seperti ini. Aku berharap Nara percaya bahwa dirinya lah yang ditakdirkann untukku dan aku memang miliknya. Tetapi aku tidak bisa berbuat apa-apa, itu murni ada dalam dirinya, hanya dia yang bisa mengenyahkan dugaan-dugaan itu.
"Suga..." lirihnya seraya mengangkat wajahnya untuk menatapku.
Aku sedikit menundukkan pandangan demi membalas tatpan sendunya yang menanti. Sedalam dia menatapku sedalam itu juga rasa perih yang menghantamku. Aku mengusap pelan wajahnya, memberinya rasa nyaman dan mengecup keningnya dalam.
"Maka aku tidak akan bahagia."
"Suga, jangan seperti itu..." ujarnya. "Kita tidak tau takdir..."
"Aku tau. Kau takdirku. Semesta tidak bisa mengganti itu."
"Tapi bagaimana jika..."
"Nara, dengar," aku mengunci wajahnya. "Kau kebahagiaanku, jika bukan kau maka aku tidak akan bahagia. Apapun yang terjadi hanya bisa dirimu."
"Aku hanya tidak ingin kau bersedih..." lirihnya.
"Aku pantas bersedih jika suatu hari nanti hal-hal buruk itu menimpa kita. Aku pantas untuk tidak bahagia, Nara."
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince Suga
Fanfic"Hentikan, Suga!" kepala ini sudah tidak bisa ingat bahwa penting membubuhi kata 'Prince' sebelum namanya. "Kau sudah berani memanggil namaku, Nara?" tanyanya dengan napas pelan menyapu wajahku. Aku mendorong tubuhnya tapi dia justru menarikku, me...