31. RAINY BLUE

533 86 6
                                    

MAAPIINN BARUU UPDATE YAA. HIKDD

 HIKDD

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.

.

Langit tampak lebih mendung dari sebelumnya seakan memberi tanda bahwa ada warna yang hilang dari seseorang. Di depanku terbaring pucat lelaki yang amat sangat dicintai wanita yang aku cintai. Menatapnya saja sudah membuatku takut untuk membayangkan reaksi Nara. Bagaimana Nara akan menghadapi kehilangan ini? 

Untuk sesaat aku diam mematung dengan isi kepala yang sunyi dan kosong. Aku butuh beberapa saat untuk menghadapi duka ini sendiri sebelum nanti aku harus menjadi penopang bagi Nara. Semua yang terjadi saat ini bahkan tidak bisa membuatku percaya, lantas bagaimana dengan Nara. 

"Aku sudah menghubungi Nara,"ujar Aunty Zee di sampingku. 

"Aku akan menyiapkan semuanya," kataku menarik napas panjang dan lekas pergi untuk menyiapkan rumah duka dan pemakaman. 

Ayah Nara adalah bagian penting di Klan Sweat. Semasa hidupnya beliau telah banyak berkontribusi untuk klan dengan ide-ide modern nya dan cukup bisa menjadi penengah di kalangan tetua klan yang kolot. Aku juga pernah beberapa kali berhadapan langsung dengannya di rapat tetua klan dan kadang dia mendampingiku di rapat besar Tranquil. 

Aku tidak pernah menyangka bahwa lelaki yang sangat aku hormati ini adalah ayah dari jodohku. Siapa yang bisa menyangka? Dan bagaimana caranya selama ini semesta menyimpannya dariku. Setelah dipikirkan selama ini Nara ada sangat dekat denganku namun dalam jangkauan yang sulit. 

Lalu ketika aku mampu menjangkaunya, sesuatu yang besar menghalangi dan memisahkan. Sesuatu yang besar itu adalah diriku sendiri. 

Aku menerima banyak pesan duka cita dari kerabat Tranquil. Beberapa saat aku keluar untuk menghubungi beberapa orang. Aku sedang menelpon ketika kudengar Nara datang. 

"Prince, Nara sudah datang, kita akan lakukan prosesinya sebentar lagi," ujar asistenku. 

"Kita tunggu sebentar, biarkan Nara melepas waktu terakhir dengan ayahnya."

"Baik, Prince." 

Aku membawa serta setangkai lili dengan mengangkat langkahku menuju pintu, melewati barisan orang yang menatap aneh. Tentu, bagamana ini bisa dijelaskan? Seorang mantan tunangan hadir mengurus pemakaman mantan calon ayah mertuanya. Complicated. But not for me. Bagiku yang terpenting saat ini adalah menjaga Nara.

"I love you, Dad, always love you. Maafkan aku..." ujarnya terdengar pilu menahan tangis. 

"Kau akan sakit jika menahannya, Nara," ujar lelaki yang datang bersama Nara dan cukup membuatku menelan cemburu. 

"I'm okay," tuturnya mengangguk pasti.

"Prince..." beberapa orang menyapa dan menundukkan kepala. 

Prince SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang