29. IN MY HAND

522 72 4
                                    

Anyooong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anyooong..Haiii haloooo Prince Suga back nihh 😍

Vote nya mana yukkk

Agak serius nih chapter inii 😁😁

.

.


"Kakakku sayang," suara Haana menyembul dari balik pintu yang terbuka setengah. 

Aku menegakkan kepala yang semula menempel di meja. Ruanganku masih gelap, hanya lampu meja yang menjadi sumber penerangan. Perlahan Haana berjalan masuk dengan nampan berisi makanan. 

"Kapan kau kembali?" tanyaku bersandar pada kursi. 

"Pagi tadi," ujarnya sambil menyajikan roti dan teh hangat. "Hope bilang kau sedang banyak pekerjaan, jadi aku tidak menganggumu."

"Lalu saat ini bukan bagian dari mengangguku?"

"Kau belum makan daritadi, aku lebih bersedia kau omeli daripada melihatmu tidak makan," ujarnya cemberut. 

"Terima kasih," kataku lembut. "Bagaimana kondisi di Tromso?"

"Aman terkendali..." ujarnya menggantung kalimat. "Aku...bertemu Ayah Nara," sambungnya.

"Bagaimana kabarnya?"

"Dia baik-baik saja. Dia titip salam untukmu."

Aku diam. Kurasa menyantap roti ini akan menjadi alibi yang tepat untuk tidak menanggapi ucapan Haana. 

"Kenapa kalian putus?" tanyanya tanpa permisi dan tanpa dibalut basa-basi.

Roti yang baru saja kutelan terasa nyangkut di tenggorokan. Aku terbatuk sambil menggapai gelas berisi teh hangat.

"Haana, pekerjaanku masih banyak..."

"Bukan karena kau tidak mencintainya lagi atau karena dia tidak menginginkanmu lagi, kan."

"Kenapa tiba-tiba mengungkit masalah ini?"

"Aku mulai berpikir kalau kalian putus untuk sebuah alasan konyol."

Kalau dia bukan adikku mungkin sudah kubentak habis-habisan. Aku masih berusaha menahan emosi dan tidak tersulut kalimat provokasinya.

"Kenapa kau membuatnya pergi sementara kau juga tidak bisa menggantinya dengan orang lain?"

"Hentikan omong kosongmu."

"Kalau kau kesal, itu artinya dugaanku benar. Kau tau, saat pertemuan di Tromso aku menemukan hal menarik yang langsung membuatku teringat dengan Nara."

"Jaga batasanmu, Haana..." ujarku geram.

"Apa Nara tidak tau kenyataan itu?"

"Keluar dari sini."

Prince SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang