35 : STANDING NEXT TO YOU

198 23 7
                                    

EMANG BOLEH BARU UPDATE SEKARANG? 

BOLEH YAA..

DIMAAFIN YAA AKU YAA...

.

.

"Sudah kubilang tidak ada pilihan bagimu selain tinggal di sisiku, Carissa Im Nara," aku memakaikan cincin pertunangan kami yang dia tinggalkan di kamar dulu.

.

.

Kastil megah bernuansa putih ini telah menjadi saksi ketika aku nenyerah memperjuangkan cintaku. Aku memilih pergi, berdiam diri, dan tidak mempedulikan apapun sejak itu. Fokusku hanya satu, menjadi yang bisa diandalkan oleh satu-satunya keluargaku.

Demi keluarga atau karena pengecutnya diriku ini, aku melepas Nara pergi. Aku melihatnya meninggalkanku dan aku tidak menahannya sama sekali.

Ketika itu aku berjanji pada diriku tidak ada kebahagiaan dalam bentuk apapun yang pantas kurasakan. Aku lelaki brengsek yang pantas merasakan sakit dan luka sepanjang hidupku.

Namun kukira aku mampu mengatasinya. Tahun demi tahun aku lalui dengan memerhatikannya dari jauh. Kukira itu cukup. Aku kira aku akan mampu mengatasi rindu yang melahap habis hatiku. Aku kira aku sanggup tanpa Nara.

Tetapi. Aku mengikis hidupku dengan rasa ingin memiliki yang lebih tinggi lagi. Rasa ingin. Hanya sebatas itu yang mampu kulakukan. Sebab aku masih tidak mampu melangkah lebih mendekat ke jurang.

Lalu semua duka yang tiba-tiba menyeruak menyerangnya membuat isi kepalaku gelap.

Aku tidak bisa membiarkan dia sendirian.

Aku tidak bisa bertindak lebih brengsek lagi.

Aku akan sangat serakah. Sekali ini dan untuk hal yang sejak awal tidak bisa aku kompromikan.

"Suga, banyak yang melihat kita..." ujarnya pelan dalam pelukanku.

Aku membuka portal dan resmi membawanya kembali ke dalam kastil Klan Sweat.

AKU melepaskan pelukan, menyapu pandangan ke sekitar kami dan dengan otomatis semua orang beranjak pergi dengan segan. Lalu mataku melihat ada Hope menatap dengan bengis di ujung ruangan.

"Kita perlu bicara," kata Hope dingin.

"Mulai saat ini Nara akan kembali pada posisinya yang dulu sebagai tunanganku," ucapku seketika memperjelas situasi, "aku yakin kau ingin tanyakan pertanyaan dengan jawaban tersebut."

"Bukan ini yang harusnya kau lakukan!"

"Daripada mencemaskan yang belum tentu terjadi, lebih baik bergerak maju satu langkah. Itu lebih baik daripada diam ketakutan."

"Terserah kau. Aku akan bertugas di camp perbatasan selama beberapa minggu," ujarnya geram. Dia mendekat ke telingaku dan berbisik "jangan sampai kau membahayakan Haana sebab aku tidak akan diam lagi jika itu terjadi!"

Aku hanya membalas dengan anggukan dingin. 

"Apa yang terjadi? Kenapa dia tidak seperti Hope yang aku kenal?" tanya Nara bingung.

Aku tersenyum menggenggam tangannya,  "ada yang ingin aku bicarakan denganmulebih dulu, ikut aku."

Aku membawanya ke ruang kerjaku. Sementara aku mengambil dokumen di brankas, Nara duduk menunggu di sofa.

"Ingat satu hal, kau tidak memiliki pilihan selain tinggal di sisiku."

"Ada apa?" tanyanya.

Aku membuka dokumen berisi foto-foto masa kecil Nara dan beberapa lembar kertas yang menerangkan dengan jelas perihal asal usulnya dan fakta kelahiran yang tidak dia ketahui selama ini.

Aku bisa melihat keterkejutan yang mengubah air mukanya nenjadi sangat murung. Bibirnya bergetar memucat. Matanya menumpahkan banyak air mata. Tangan kecilnya memukul dada berulang kali atas sesak yang menyerangnya.

Fakta bahwa dia bukan anak ayahnya dan bukan berasal dari Tranquil, dia bukan keturunan Klan Sweat, dan semua rahasia ini tersimpan rapih selama hidupnya.

Aku memeluk Nara seerat mungkin meski dia membetontak. Aku tau yang ada di kepalanya saat ini, dia akan seketika mengerti bahwa hubungan kami akan menjadi masalah kedepannya karena statusnya bukan dari klan sweat.

"Kau tidak kuijinkan pergi, Nara." aku merasa perlu menekankan ini.

Dia menangis terisak isak menumpahkan kecamuk luka yang menyerangnya.

"Tidak ada cerita masa depan untuk kita..." lirihnya pedih.

"Cerita itu kita yang tuliskan, bukan orang lain."

Aku melepas pelukan, menatap matanya yang menatapku dalam.

"Jangan membuat perpisahan kita jadi terasa berat lagi, Suga," dia menyentuh pipiku. "Sudah benar pilihanku untuk pergi dulu jika kenyataannya separah ini. Aku manusia biasa, dan kau tidak diijinkan menikah denganku."

"Aku tidak mengijinkan kau pergi lagi. Tempatmu di sini, Nara!"

"Kau lebih menyayangiku daripada Haana?"

"Jangan berpikir sejauh itu.Kalian bukan pilihan! Aku menyayangi Haana, aku mencintaimu, dan kalian akan selamanya ada di sisiku."

"Itu tidak akan terjadi kalau kau menikah denganku."

"Haana setuju kau kembali. Dia yang paling mendukungku."

"Itu karena Haana tidak tau bahaya apa yang mengancamnya kalau sampai kau turun tahta!"

"Percaya padaku, Nara, aku bisa menjaga tahtaku, aku bisa menjaga Haana, dan aku bisa melindungimu."

"Aku tidak bisa," dia masih keras kepala.

"Nara, aku dan semua pangeran Klan sedang berjuang menghapus larangan pernikahan Pangeran dengan manusia biasa. Mereka mau membantuku memperjuangkan itu.." Aku mendekap wajahnya. "Aku tidak akan berhasil kalau melakukannya sendirian, aku juga butuh kepercayaan dan keyakinanmu."

Dia masih menatap ragu. Dia yang paling paham hukum klan ini maka tidak heran kalau saat ini dia bersikukuh untuk berkorban demi tidak mengorbankan aku dan Haana. Tetapi aku akan berjuang kembali dengan caraku kali ini dan aku tidak akan menyerah.

"Just stay with me, Nara."

Percaya padaku Nara. Aku tidak akan kalah.

.

.

Yorobunnn. Aku akan berusaha untuk lebih sering update :,)

I still need your support guys.

Please vote nya yaaaaaa

😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Prince SugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang