9

3.1K 282 6
                                    

San sedang berada di club langganannya. Ia bertemu dengan teman-temannya.

"Tuan Choi terhormat! Ku dengar kasino mu semakin banyak dikunjungi ya?"

San sedikit mengangguk.

"Padahal aku terancam bangkrut". Ucapnya pelan.

"Maksudmu?" San menghela nafasnya.

"Para pengutang itu. Mereka banyak yang tak bisa membayar, dan ada pula yang bunuh diri agar terbebas dari hutangnya!"

"Lalu?"

"Aku membawa keluarga terdekat mereka, di kontrak tertulis bahwa keluarga si pengutang akan dijatuhkan beban hutang jika si si pengutangnya telah tiada".

"Terus?"

"Ya tapi tetap saja tak ada untungnya bagiku! Aku harus membayar para pekerja kasino ku!" San kesal, temannya yang satu ini banyak tanya.

"Sewot sekali, padahal kan aku hanya bertanya!"

"Ya kau banyak tanya, Mark!"

"Hehehe sorry!"

Tak lama ada segerombol orang yang masuk dan membuat panik semua orang di club.

"Mana Choi San?!" Salah satu dari mereka mencengkram kerah para bartender disana.

"D-di ruang vip pojok!"

Merek langsung menghampiri ruangan pojok tempat San dan teman-temannya berkumpul.

BRAK!

San dan teman-temannya terkejut mendengar pintu dipuka paksa.

"Choi San!"

"Ada apa ini?!" San tak terima salah satu dari mereka mencengkram kerahnya.

"Ikut kami!"

"Tunggu! Siapa yang menyuruh kalian?"

**

Saat ini San dan Mark tengah berkelahi dengan para orang suruhan tadi. Mereka keluar dari club' demi kenyamanan orang-orang disana.

"Siapa yang menyuruh kalian?!" Tanya San kesal.

CLAP CLAP CLAP!

Ada seseorang yang bertepuk tangan dari belakang mereka. Orang-orang tadi langsung membungkuk memberi hormat.

"Lucas?!" Tangan San mengepal.

"Sudah lelah, Choi San?" Tanya Lucas dengn angkuhnya.

"Cepat katakan mau kau apa?!" San marah.

"Waw waw santai dulu, tuan Choi. Aku hanya ingin menawarkan kembali mengenai pelacur yang kau kenali padaku—"

"Aku tak menjualnya! Apa kau tuli?!"

"Aku memberikan penawaran bagus, kau bisa melunasi gaji para pekerja kasino mu bukan?"

"Cih, sudah kubilang tidak!" Tegas San. Lucas mengeluarkan smirknya.

"Oh begitu, ya sudah lanjutkan saja baku hantamnya ya?" Lucas membalikkan badannya.

Orang suruhan Lucas kembali menghajar San dan Mark.
























~~
















San pulang dalam keadaan babak belur dan berlumuran darah. Ia berjalan dengan sempoyongan.

"San?"

Wooyoung yang baru selesai cuci piring terkejut melihat San yang sudah ambruk ke lantai.

"Woo akh young-ah!" Wooyoung yang panik langsung berteriak.

"Jongho! Jongho! Siapapun tolong!"

**

Setelah dibersihkan lukanya dan dokter sudah memeriksa keadaan San, Wooyoung langsung masuk ke kamar San.

"S-san.."

Entah kenapa Wooyoung sangat khawatir dengan San. Kepala diperban, tangan diperban, dan sudut bibir lebam. Kondisi San untungnya tak parah.

"Hyung, mau disini?" Tanya Jongho. Wooyoung mengangguk.

"Kau istirahat saja ho, aku yang akan menjaga dia. Yunho, kalau ada apa-apa ke Jongho saja ya. Malam ini kau tidur sendiri lagi ya?" Yunho mengangguk.

"Baiklah kita ke kamar ya Hyung! Kalau ada apa-apa dengan tuan Choi, panggil aku ya!" Wooyoung mengangguk.

Jongho dan Yunho keluar dari kamar San. Wooyoung duduk di kursi samping tempat tidur San.

"Kenapa kau bisa seperti ini sih?"

Wooyoung menepuk-nepuk tangan Dan dan tanpa sadar ia tertidur.





















~~


















Jongho yang sedang melihat-lihat email masuk untuk San, dikejutkan dengan panggilan dari ponselnya.

"Ya halo?"

"Ah kau ya? Wooyoung masih belum kau temui?"

Jongho terdiam. Panggilan dari Yeosang lagi. Ia lupa belum memberi tahu Wooyoung kalau Yeosang menelepon lagi.

"Hm ya, aku masih mengerjakan beberapa dokumen tuan Choi jadi belum sempat bertemu. Maaf!" Bohong Jongho.

"Tidak! Aku yang harusnya aku yang minta maaf, aku jadi merepotkan mu yang sedang banyak kerjaan!"

Jongho beranjak dari meja kerjanya ke tempat tidurnya.

"Tidak terlalu, aku janji besok akan ku sampaikan ya!"

"Ah baiklah, terima kasih Jongho! Omong-omong kau jam segini masih bangun, apa masih mengerjakan dokumen untuk tuan Choi?"

Jongho merebahkan tubuhnya sambil tersenyum.

"Ya begitu, tapi sedikit lagi selesai!"

"Benarkah? Ini sudah malam, cepat lanjutkan kau juga harus istirahat!"

Jongho menggigit sarung bantalnya.

"Eum baiklah, nanti akan aku kabari jika sudah bertemu Wooyoung hyung!"

"Terima kasih Jongho, selamat malam!"

"Hm malam!"

Jongho melempar ponselnya dan berteriak.

"AAAKK!"

Wajahnya merah padam karena malu.

"Tunggu, bisa saja si Yeosang itu cuma mau bertanya untuk Wooyoung hyung bukan? Ah sudahlah Jongho tidak ada waktu untuk cinta-cintaan dihidupmu!"

Jongho kembali ke meja kerjanya.

"Saatnya lanjut bekerja!"















































"Saatnya lanjut bekerja!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— D E S I R E CHP. 9 —


D E S I R E // woosan (COMPLETED)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang