15.Destroyer shadow

8.1K 454 22
                                    

Kenzie membantu Teresha untuk bersandar pada punggung ranjang. Teresha hanya diam tanpa menatap Kenzie sama sekali. Matanya bengkak karena terus menangis di kamar mandi tadi.

Pria itu mengambil piring yg berada di atas nakas lalu menyodorkan bubur itu kepada Teresha.

"Aaa.." Ujar Kenzie seraya memperagakan mulutnya yg terbuka dan membawa sendok itu seperti pesawat terbang.

Teresha membuka mulutnya dan mulai menelan bubur itu sedikit demi sedikit. Ia masih terdiam tanpa ingin menoleh sama sekali kepada Kenzie yg kini tampak cerewet dan mengomel seperti seorang ibu yg baru saja melihat anak nya yg tidak tidur siang.

Teresha meneguk minuman yg di berikan oleh Kenzie hingga tandas dan tak lupa menelan obat yg di resepkan dokter.

"Seharusnya kau mengikuti ucapanku untuk tidak membuat pria lain tertarik padamu! Salah sendiri kau membuat ku cembu-" Ucapan Kenzie terpotong ketika Teresha menempelkan jari telunjuk pada bibirnya. Menyuruhnya untuk diam.

Kenzie seakan tersadar bahwa dirinya terlalu banyak berbicara kini berdehem dan memalingkan wajahnya. Wajahnya menatap datar keluar jendela menampilkan pepohonan yg menjulang tinggi. Kamar ini cukup hangat karena mungkin celah cahaya pada pagi hari sedikit masuk melewati ventilasi balkon.

Teresha bergerak gelisah seketika. Ia menaikan selimutnya hingga sebatas dada seraya memijat kepalanya yg pusing.

Kenzie meliriknya, menyadari ada kejanggalan kepada wanitanya. Lantas tubuh nya berdiri kemudian salah satu tangannya ikut turut serta membantu Teresha memijat kepalanya yg terasa pusing.

"Pusing hm?" Tanya Kenzie yg kini memijit pangkal hidung wanitanya.

Teresha mengangguk pelan seraya memejamkan mata. Menikmati apa yg di lakukan oleh Kenzie kepadanya, setidaknya rasa pusingnya kini mulai berkurang.

"Kau tak berangkat ke kantor?" Ucap Teresha yg membuat Kenzie menghentikan pergerakannya.

Kenzie menghela nafasnya dan kembali melanjutkan aktivitas awalnya. Ia memajukan wajahnya dan mengecup cepat pipi wanitanya.

Teresha yg tersentak membuka matanya lebar. Ia menatap Kenzie horor sedangkan yg di tatap hanya menatapnya datar.

"Aku akan ke kantor setelah kau sembuh. Ck, merepotkan" Ucap Kenzie datar.

Teresha menatap Kenzie sesaat lalu kembali menatap jendela yg terbuka menampilkan pepohonan-pepohonan menjulang tinggi ke atas.

"Sini!" Ucap Kenzie seraya merentangkan tangan.

Teresha menatapnya sejenak lalu kembali memalingkan muka membuat Kenzie gemas dengan tingkahnya.

Tubuh pria itu maju mendekati wanitanya kemudian menarik paksa Teresha untuk berada di dekapannya.

"Kau tahu? Bahwa aku tidak menyesal telah membuatmu seperti ini-" Jeda Kenzie tanpa merasa bersalah dan terus mengusap surai rambut panjang berwarna keemasan perempuan di dekapannya.

"-Aku lebih menyesali perbuatan ku yg lain, mengapa aku tidak menghukum mu lebih lama? Jika sudah sakit seperti ini.. Ku rasa sulit jika harus memberikanmu hukuman. Sembuh lah" Lanjut pemuda itu. Menarik nafasnya dalam meresapi aroma vanilla dari tubuh wanitanya.

Teresha mendorong dada bidang Kenzie. Ia memberontak ketika bibir mereka bertemu dengan Kenzie yg terus mengulum dan menggigit nya kuat.

"Mmph.." Wanita itu terus menggelengkan kepalanya kuat. Seperti di hantam benda berat kepalanya langsung berdenyut kesakitan.

"Jangan gerakan kepala mu terlalu kuat sayang. Kau sedang sakit kepala, nanti sakit mu bertambah" Kenzie melepaskan ciumannya dan langsung menangkup kedua pipi Teresha menatap wanita itu dari jarak yg sangat dekat.

Destroyer shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang