11. Destroyer shadow

9.4K 583 13
                                    

"Berhenti atau mati?" Ujar Kenzie seraya tersenyum sinis kepada gadisnya yang terdiam kaku di tempat.

Urat di lehernya seketika menegang dengan kaki yg gemetar. Kepalanya pusing seperti di hantam benda berat.

Berhenti atau mati?

Lebih baik mati, dasar iblis!

Kilasan secepat itu memprogram di otaknya. Apa maksudnya semua ini? Kenapa begitu dejavu..

Kenzie menangkap tubuh Teresha yang akan terjatuh duduk di tempat. Dengan sekali pukulan pada tengkuk lehernya gadis itu terjatuh kedalam pelukan Kenzie dengan keadaan tak sadarkan diri.

Pria itu mengangkat gadisnya ala bridal style lalu meletakan tubuh Teresha pelan pada ranjang.

"Sial, bagaimana bisa dia tak menuruti ucapanku!" Gumam Kenzie menggenggam erat tempat kapsul obat berwarna putih dengan erat.

"Ada apa dengannya?" Tanya Edward yang tiba-tiba saja sudah berada di ambang pintu dengan tangan yang di lipat di depan dada.

Kenzie meliriknya tanpa menjawab sepatah katapun pertanyaan yang keluar dari mulut Edward.

"Kau lupa ya bahwa dia memiliki trauma itu?" Ejek Edward seraya menyugar rambut hitam kecoklatan nya kebelakang.

"Diamlah. Lagi pula apa pedulimu!" Sentak Kenzie dengan wajah gusarnya mencengkram kerah kemeja milik Edward yang hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.

"Jangan ceroboh lain kali bodoh!" Peringat Edward seraya melepaskan paksa cengkraman milik pria itu dengan sekali sentakan.

"Jika dia mengetahui semuanya. Habislah kau" Kata Edward tersenyum miring dan keluar dari kamar Teresha dengan langkah riang nya.

••

Di dalam sebuah hotel kecil yang bernama vellio axrio jauh dari kota terdapat seorang lelaki muda dengan wajah tampannya yang sedang memandangi sekitar sambil meminum sebuah Diva Vodka yamg di tuangkan ke dalam botol kaca berhiaskan kristal Swarovski yang sangat mewah.

Kepala pria tampan itu mendongak tinggi seraya memejamkan matanya menikmati setiap aliran cairan Vodka tersebut yang melewati tenggorokannya.

Hotel kecil yang sekarang ia tempati ini akan sangat membuatnya untung besar. Selain menjauh dari daerah perkotaan yang tampak padat dan bising ia dapat menyembunyikan beberapa senjata-senjata terlarang yang akan ia perjual belikan dengan harga yang cukup tinggi. Pengamanan yang sangat ketat tidak memungkinkan musuh untuk menginjakkan salah satu kaki mereka di tanah milik nya.

"Kirimkan senjata 6F2000 Assault Rifle kepada Presiden Amerika dan dapatkan kerja sama nya" Ujar Kenzie yang kini sudah duduk di kursi kebesaran nya dengan ukiran yang sangat mewah serta emas yang ikut turut serta mengukir setiap bagian kursi tersebut agar terlihat lebih elegan.

Chester dan Barrie mengangguk tegas dan berlalu seraya tersenyum sinis kepada pria yang baru saja masuk ke dalam ruangan milik Kenzie.

"Good morning Mr. Kenzie, lama tidak berjumpa dengan mu" Sapa pria asing tadi dengan senyum palsunya.

Kenzie menaikan salah satu alisnya dengan tangan yg menopang pelipisnya. Ia berdecih sinis melihat pemuda itu yang tampak duduk di salah satu sofa miliknya dengan santai.

"Wow ku rasa kau akan mendapatkan kerja sama dengan Presiden Amerika" Ucap Xavier yang memang tidak sengaja mendengar percakapan atasan dengan bawahannya.

"Bukankah akan saling menguntungkan jika kau berhasil mendapatkan nya? Semacam simbiosis mutualisme" Lanjut Xavier.

"Katakan apa mau mu?" Sentak Kenzie dengan tatapan tajamnya.

Xavier tersenyum jenaka seraya mengusap pipinya yang terasa dingin karena suhu AC.

"Batalkan kerja sama kita!" Jawab Xavier dengan tegas tanpa takut sedikitpun jika bahaya kini sedang berada di sekitarnya.

"Kerja sama tidak dapat di batalkan. You've been useless here, pergilah" Titah Kenzie tersenyum sinis dengan mata yang terus tertuju pada layar laptop miliknya.

"Sialan. Aku sudah jauh-jauh kesini hanya untuk mendapatkan hotel buruk rupa ini kembali dan dengan sekenanya kau berkata seperti itu padaku? Oww.. I'm proud of you king!" Bentak Xavier keras berusaha melepaskan diri dari cengkraman kedua pria berotot dengan kepala botak yang kini sedang menggeret nya keluar dari ruangan.

"Orang bodoh akan selalu tertinggal di belakang sedangkan orang licik akan selalu lebih maju ke depan" Gumam Kenzie memutar-mutar pulpen La Modernista Diamonds Caran dAche. Pulpen berwarna perak yang dijual di Harrods dengan harga tinggi yang setara dengan memiliki satu rumah mewah yang elegan dan berkelas. Pulpen itu di jual dengan harga US$ 265 ribu atau setara dengan 3,5 M.

"Mr. Kenzie meeting will soon start 30 minutes from now" Beritahu Qiel dengan raut wajah dinginnya setelah menunduk hormat kepada Kenzie.

••

Setelah beberapa hari berada di lingkungan baru membuat Teresha sudah nampak terbiasa dengan semua yang baru dan tentunya berbeda dari tempat tinggal nya dahulu. Kota ini akan nampak panas saat siang hari membuat dirinya harus berada di dalam satu ruangan yang bersuhu dingin untuk mendinginkan tubuhnya, bahkan Teresha akan berendam di air es jika merasa kepanasan dan itu benar-benar membuat Kenzie marah karena berdampak pada Teresha yang kini sedang demam tinggi.

"Siapa yang memberimu izin untuk berendam dengan air es seperti tadi?!" Tanya Kenzie dengan nada tingginya.

Pria itu menghela nafasnya kesal ketika sadar bahwa gadis itu membuang mukanya tak acuh tanpa berniat menjawab pertanyaan darinya.

"Jika sudah begini siapa yang repot? Tentu saja aku!" Omel Kenzie seraya memerat kain yang baru saja ia rendam dengan air di dalam baskom.

"Mengapa mesti kau yang repot? Cukup panggilkan salah satu maid mu dan masalah selesai. Kau ini orang yang cukup ribet ya!" Ketus Teresha dengan wajah juteknya.

Kenzie memutar bola matanya kesal seraya mendengus malas. "Apakah kau sepenting itu untuk di urus oleh mereka?" Tanya Kenzie yg terkesan sangat meledek gadisnya.

Teresha yang baru saja memejamkan mata kembali membuka matanya lebar. Ia melirik Kenzie sejenak. "Dan apakah aku sepenting itu bagimu hingga kau melewatkan jadwal makan siang mu untuk mengurus ku?" Ucap Teresha yang membuat Kenzie terdiam.

Skakmat.

Kenzie di buat bungkam oleh bocah berumur 16 tahun ini hanya dengan sekali ucapan.

"A-aku––" Kenzie memandang bingung seluruh ruangan. Keningnya berkerut berfikir.

"Aku apa? Aku tak dapat mengelaknya begit––"

Cup.

Teresha mematung dalam sekejap merasakan benda kenyal yang menyapu pipinya yang terasa panas.

"Ya.. Aku tak dapat mengelaknya" Gumam Kenzie pelan menarik kedua sudut bibirnya perlahan.

••

Pendek aja dulu ya, otak lagi ga bisa di ajak kerja sama soalnya.

Siapin otak untuk part kedepannya.

Destroyer shadow Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang