15 ; minuman

301 86 5
                                    

Setelah membeli minuman di tempat biasa, Taeyong dan Jisoo kembali masuk ke dalam mobil. Mereka masih ingin bercerita sebentar, barulah pergi dari tempat parkir itu.

"Kenapa ga di minum?" tanya Jisoo yang membuka plastik sedotan. "Kamu kenapa ngelihatin aku?"

Taeyong tersenyum dan berkata, "Aku nunggu kamu minum minuman kamu dulu. Kalau ga enak, tukar aja sama aku. Punyaku boba."

"Tapi ... kamu 'kan suka boba," kata Jisoo pelan. Ia menatap minuman yang ada di tangannya, tapi terdengarlah suara tawa dari Taeyong. "Ya, terus kenapa?"

Jisoo mendongakkan kepalanya. "Kamu suka boba, terus ngapain ngasih minuman kesukaan kamu ke aku?"

"Supaya kamu tahu apa aja yang aku suka selain kamu, Jichu," ujar Taeyong santai. "Lagipula, kamu ga suka taro smoothies."

Jisoo menggelengkan kepalanya, "Aku suka kok!"

"Yakin?" Taeyong menatap Jisoo dan tersenyum. "Kalau emang suka, ini kamu cicip dulu."

Jisoo terdiam, ia menatap minuman yang ada di tangannya. Tak lupa juga ia menyakinkan dirinya untuk menghabiskan minuman ini. Sebenarnya, Jisoo hanya iseng saja membeli taro ... tapi di sedotan kedua, Jisoo terlihat tidak sanggup menghabiskannya.

Taeyong memberikan minuman yang ada di tangannya dan tersenyum. Ia menukar minuman Jisoo dengan minumannya dan memberikan Jisoo air putih yang mereka beli tadi untuk menetralkan lidah Jisoo.

"Jadi?" tanya Taeyong sambil tersenyum. "Kalau ga suka jangan di paksa Jisoo."

Jisoo menghela napas pelan dan menjawab, "Taro itu kesukaan kamu, aku kepingin nyobain apa aja yang kamu suka. Soalnya, apapun yang aku suka kamu suka juga. Aku suka makanan pedas dan kamu paksain makan makanan pedas padahal kamu ga bisa makanan pedas. Aku tuh kepingin nyoba semua hal yang kamu sukai tanpa ketahuan, tapi tetap ketahuan."

Jisoo mengatakan itu dengan raut wajah yang sedih, bahkan matanya sudah berkaca-kaca. Entah mengapa, ia merasa dirinya tak cukup baik untuk berada di sisi Taeyong yang selama ini selalu menjaganya. Jisoo merasa bahwa dirinya tak pantas untuk Taeyong.

Taeyong tersenyum dan mengelus rambut Jisoo pelan. Ia berkata, "Jichu, kamu ga usah paksain diri kamu untuk nyoba apapun yang aku sukai. Kamu cukup jadi diri kamu sendiri dan tetap bahagia aja sudah bikin aku bahagia. Jangan karena aku suka itu dan kamu mencoba itu, semuanya jadi berantakan. Ga gitu, Jichu."

"Tapi, aku kepingin kayak kamu yang nyoba semua hal yang aku sukai, Taeyong," kata Jisoo.

Taeyong tertawa mendengar perkataan Jisoo. "Yang aku sukai itu kamu, Jichu. Jadi, untuk apa kamu nyobain hal lainnya?"

Jisoo terdiam, ia mendongakkan kepalanya dan terlihatlah Taeyong sedang tersenyum manis sambil mengelus pipinya pelan. Tatapan Taeyong sangat lembut sehingga ia ingin menangis saat itu juga.

"Mau naik motor aja jalan-jalan sorenya?" tanya Taeyong lembut. "Kalau mau, kita ganti aja kendaraannya dulu."

Jisoo menganggukkan kepalanya pelan dan menjawab lembut, "Iya, naik motor aja."

Taeyong tersenyum, ia mengelus rambut Jisoo pelan dan menggenggam tangan Jisoo dengan erat. Jisoo masih menundukkan kepalanya karena sedih. Ia tidak bisa menyukai apa yang di sukai oleh Taeyong, kecuali susu stoberi.

Susu stoberi?

"Kamu hebat loh, Jichu," puji Taeyong, "kamu bisa suka susu stoberi, padahal kamu ga suka stoberi."

Jisoo menolehkan pandangannya dan terkejut. "Iya juga, ya. Kok aku ga kepikiran ke sana."

Taeyong tertawa. "Lucu banget sih kamu?"

Jisoo tertawa. "Hehe."

"Jadi, gimana ketemu dengan cinta pertama kemarin?" tanya Taeyong. "Aku mau dengar dong, kalau boleh."

Jisoo menganggukkan kepalanya dan mulai bercerita. "Aku sudah ketemu sama Kak Justin. Semuanya sudah selesai dong di hari itu. Terus, ngobrolin tentang masa kecil. Ternyata Kak Justin kemarin sempat sakit keras, Taeyong. Dia ga ngasih tahu sih sakit apaan, tapi untungnya sekarang sudah sembuh."

Taeyong mendengarkan dengan baik cerita dari Jisoo, selain ia mendengarkan cerita Jisoo ... Taeyong juga fokus menatap ke depan untuk menyetir mobil hingga sampai tujuan dengan selamat.

"Kamu kenapa ga ngasih tahu aku kalau kalian sempat ketemu?" tanya Jisoo. "Aku kaget dia ngasih tahu kemarin itu!"

"Ga sengaja sebenarnya. Dia juga ikut seminar Papa dan waktu itu aku jemputin Papa." Taeyong mulai bercerita. "Aku ga tahu sih kalau dia itu orang yang kamu bilang. Ngobrol sebentar dan akhirnya aku sendiri yang bilang ... kalau mau ketemu kamu untuk nyelesaiin masa lalu kalian yang belum selesai, ya silakan. Aku ga bakalan ganggu. Dan ternyata kalian juga sudah nyelesaiin semuanya. Senang deh lihatnya ga salah paham lagi."

Jisoo tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Tapi, kemarin dia sempat nyuruh kamu jauhin aku, ya?"

Taeyong tertawa. "Iya, dia sempat nyuruh aku jauhin kamu karena dia sudah balik. Jadi, maksud dia kayak aku mutusin kamu nih, biar dia balik lagi ke kamu. 'Kan dia sudah sembuh gitu maksudnya."

"Terus?" tanya Jisoo.

"Ya ga mau lah aku! Ya kali aku lepasin Putri Jichuku?!" seru Taeyong tak terima. "Walaupun aku bukan cinta pertama kamu, tapi kamu 'kan cinta pertama aku."

Jisoo tersenyum bahagia mendengar seruan dari Taeyong. Entah mengapa, hatinya menghangat mendengar secara langsung cerita dari Taeyong.

"Jadi, gimana rasanya sudah berdamai dengan masa lalu?" tanya Taeyong sambil menolehkan pandangannya, karena sekarang mereka sedang menunggu lampu hijau. "Bahagia 'kan kalau sudah tuntas gini?"

"Iya! Semuanya sudah di selesaikan dengan baik. Aku senang sih, akhirnya kesalahpahamannya sudah selesai. Jadi, ga ada pikiran lagi untuk ke depannya," kata Jisoo bersemangat, "oh iya, kamu ga ada masa lalu juga gitu percintaannya?"

Taeyong menggelengkan kepalanya. Pria itu tertawa dan menatap Jisoo lembut, tak lupa juga ia mengelus pipi Jisoo. "Jadian aja baru sama kamu, sudah itu kamu 'kan cinta pertamaku. Yaaaa ... gimana mau punya kisah cinta lama kalau baru di mulai?"

"Kamu benaran ga pernah pacaran?" tanya Jisoo yang tak percaya. "Ga mungkin banget."

Taeyong tertawa, "Beneran, Jichu. Kalau ga percaya, tanya aja sama Johnny. Satu TK dulunya aku sama dia."

"Kok bisa, sih?" Jisoo menggulangi pertanyaannya lagi. "Beneran ga pernah?"

"Beneran ga pernah, Jichu~" Taeyong terkekeh, "kok ga percaya?"

Jisoo menatap Taeyong tajam, entah mengapa ia tidak percaya dengan ucapan Taeyong. Siapa sih yang percaya dengan ucapan Taeyong? Apalagi Taeyong memiliki wajah yang tampan, baik hati, dan seorang pendengar yang baik.

Jadi, menurut Jisoo itu tidak mungkin.

"Kalau ga percaya, kamu tanya Johnny aja. Jangan tanya Jimin," kata Taeyong santai, "soalnya baru kenal di SMA."

Jisoo mendengus mendengar perkataan Taeyong. "Ya sama aja dong kayak aku."

Setelah melakukan perbincangan yang random, mereka berdua tertawa bersama. Semua masa lalu sudah di selesaikan di masa lalu. Saatnya mereka melangkah maju ke depan untuk melanjutkan masa depan berdua bersama-sama.











A/N

HAI! sudah lama ga nyapa nih hehe

story ini bentar lagi tamat, ya hehe

jadi, aku mau nanya nih sama kalian, mending publish cerita married life atau dosen lovers? xoxo

milk ❝✔❞ ; jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang