16 ; pengkhianat

420 84 1
                                    

Hari ini, tepatnya hari minggu sebelum kejadian pertemuan Justin dan Jisoo. Justin sudah menemui Taeyong lebih dahulu untuk mengambil Jisoo dari kehidupan Taeyong.

Justin berpikir, jikalau Taeyong adalah anak yang mudah untuk di kelabui ... nyatanya....

"Sekali pengkhianat tetap pengkhianat, Bang."

Justin tertegun mendengar teguran dari Taeyong yang membalas ucapannya sepanjang tidak mengenai Jisoo, tapi Taeyong justru menganggap Justin sebagai pengkhianat.

Taeyong tersenyum tipis dan menatap Justin tajam. "Mau Bang Justin ngambil Jisoo dari kehidupan saya, apa Abang yakin Jisoo mau balik ke Abang?"

Justin terkejut mendengar ucapan tajam dari Taeyong. Anak remaja di hadapannya ini sangat berani melawannya yang justru lebih tua beberapa tahun. Bahkan dari tatapannya, tak terlihat ketakutan akan ucapan yang baru saja keluar.

"Emangnya Abang pernah merasa bersalah karena sudah bohong dengan Jisoo tentang alasan aneh untuk putusin dia?" tanya Taeyong lagi. "Nyesel, 'kan? Ya namanya penyesalan datangnya terakhir."

Justin menatap Taeyong dan emosinya mulai tersulut. Entah mengapa, ucapan yang keluar dari Taeyong benar-benar membuatnya marah. Walaupun menurutnya ucapan itu benar, tapi emosinya semakin naik ketika tatapan Taeyong sangat berani.

"Gue cuman mau Jisoo balik ke gue. Emangnya ga bisa?" tanya Justin. "Lo juga sama dia baru kenal, beda dengan gue yang sudah kenal dari dulu. Apalagi gue ini cinta pertama dia. Lo ga pernah dengan pepatah yang bilang, 'jangan pernah berurusan dengan orang yang masa lalunya belum selesai' ? Jisoo belum selesai dengan masa lalunya, Lee Taeyong."

Mendengar ucapan Justin yang menggebu-ngebu, Taeyong tertawa terbahak-bahak seperti meledek ucapan Justin baru saja.

"Umur Abang lebih tua dari saya, tapi kenapa masih ngelakuin hal bodoh?" tanya Taeyong. "Jangan jadikan sakit sebagai alasan untuk hilang dari kehidupan Jisoo. Emangnya Abang ga tahu alasan utama Abang tentang, 'mencintai seseorang yang memiliki penyakit yang sama denganku' ?" Taeyong tertawa dan melanjutkan ucapannya. "Abang ga akan pernah ngerasa bersalah karena itu. Emang sih Abang ga selingkuh, tapi tetap pengkhianat."

Taeyong menghela napas. "Apalagi setelah putus sama Jisoo, Abang jadian sama cewek itu. Apa perlu saya sebut namanya biar Abang sadar?"

Lagi-lagi Justin terdiam. Ia benar-benar kalah dengan ucapan Taeyong. Bahkan, alasan utama yang selama ini ia simpan baik-baik di ketahui oleh seseorang yang justru tidak terlalu mengenalnya, lebih tepatnya kekasih baru dari mantan kekasihnya yang masih ia cintai.

Taeyong memberikan sebuah map berisi foto-foto kebersamaan Justin dengan seorang gadis kepada Justin. Justin mengambil dengan cepat dan terdiam melihat foto-foto yang di foto tak terlalu jauh dari posisinya.

Justin terkejut? Benar-benar terkejut dengan tingkah Taeyong yang tidak pernah terlintas dari otaknya. Seorang anak remaja bahkan bisa membuat seorang mahasiswa terdiam.

"Saya ga akan pernah mau ngelepasin Jisoo, walaupun Jisoo ingin ngelepasin saya ... saya tetap ga akan mau ngelepasin dia ke orang jahat seperti Abang," kata Taeyong tajam.

"Lo ... gimana lo bisa tahu?" tanya Justin.

Taeyong tertawa, "Orang dalam saya banyak, Bang. Cuman nyari tahu tentang ini mudah banget malahan."

"Tapi, gue cinta sama Jisoo," lirih Justin.

"Kalau cinta, kenapa selingkuh?" tanya Taeyong.

Justin terdiam, ia menghela napas dan menjawab, "Karena gue butuh seseorang yang sama kayak gue, Taeyong."

Kali ini Taeyong diam, ia lebih memilih diam untuk mendengarkan alasan yang membuat Justin memilih tindakan bodoh.

"Jisoo itu gadis yang kuat, bahkan ia sehat luar dan dalam, sedangkan gue punya penyakit yang memang dari dulu gue sembunyiin biar ga ketahuan banyak orang. Setiap minggunya gue kontrol dan ga sengaja ketemu cewek ini. Iya, gue tahu gue salah. Gue ketemu sama cewek ini ga sengaja karena punya penyakit yang sama." Justin menghela napas, ia pun melanjutkan ceritanya lagi. "Gue selingkuh dan jadi pengkhianat bukan karena gue ga cinta sama Jisoo. Tapi, karena gue minder lihat dia sehat banget sedangkan gue penyakitan. Makanya gue cari cewek lain yang punya kelemahan yang sama kayak gue."

Taeyong tak membenarkan apa yang di lakukan oleh Justin, tapi ia juga sedih mendengar alasan utama kenapa Justin lebih memilih selingkuhannya di bandingkan dengan Jisoo.

Mungkin ... jika mereka masih bersama, bisa saja Taeyong menjadi pengganggu hubungan mereka, bukan? Tapi, tenang saja ... takdir sudah menemukan mereka berdua melalui keputusan salah dari Justin.

"Terus, kenapa Abang mau balikan dengan Jisoo?" tanya Taeyong lagi.

Justin tersenyum dan menjawab dengan tenang. "Karena gue sudah sehat, Taeyong. Gue sehat sama kayak Jisoo dan gue mikir ... karena gue sudah sehat, jadi ga masalah kalau gue ngehancurin hubungan kalian."

Taeyong menghela napas. "Bukan Abang yang penyakitan, Bang. Tapi, pikiran Abang yang sakit!"

"Kenapa? Kalian masih sekolah, lagipula belum nikah. Kenapa juga gue ga boleh?" tanya Justin yang tak mau kalah dari Taeyong.

"Karena Abang tahu, kalau Jisoo ga suka orang yang ganggu kebahagiaan orang lain demi kebahagiaan dia sendiri," jawab Taeyong sambil tersenyum.

Justin perlahan menyadari kenapa ia kalah dari seorang anak remaja. Pikiran Taeyong lebih dewasa dan terbuka lebar di bandingkan ia yang lebih menginginkan kebahagiaannya sendiri tanpa memikirkan orang lain yang di ganggu.

Taeyong menatap Justin, senyumannya masih sama. "Saya tahu mencintai seseorang itu ga harus memiliki ataupun merusak kebahagiaannya. Namanya juga takdir, emang sebercanda itu dengan ekspetasi seorang manusia."

Dari diamnya Justin, dirinya menilai seorang Lee Taeyong, kekasih baru dari mantan kekasihnya, Kim Jisoo.

Hatinya tenang ketika tahu Jisoo di jaga oleh seseorang yang tegas dan memiliki cinta lebih besar daripada dirinya. Setidaknya, Jisoo tidak akan merasakan sakit akan patah hati untuk kedua kalinya, 'kan?

"Kasih gue satu alasan kenapa gue harus berhenti gangguin hubungan kalian berdua," kata Justin pada akhirnya, "setelah gue tahu alasan itu ... gue bakalan berhenti dan ngelanjutin kehidupan gue."

Taeyong mengeluarkan sebuah minuman dari tas yang ia bawa. Ia tersenyum dan memberikan minuman itu kepada Justin. "Ini."

Justin terdiam. Sebuah susu stoberi ada di hadapannya. Ada apa dengan susu stoberi yang di berikan oleh Taeyong? Ia menatap Taeyong dengan tatapan bingung. "Kenapa?"

"Karena susu stoberi inilah yang bikin saya sama dia menjadi kita," kata Taeyong sambil tersenyum sumringah.

"Tapi, Jisoo ga suka susu stoberi." Justin menggelengkan kepalanya.

Taeyong meganggukkan kepalanya. "Emang benar dia ga suka susu stoberi. Yang membuat saya terharu adalah dia mencoba menyukai apa yang saya sukai, termasuk susu stoberi ini."

Justin terdiam.

"Walaupun mencintai seseorang ga harus memilikinya, terkadang mencintai seseorang juga bisa membuat kita buta akan semua hal, termasuk menyukai hal yang ga kita sukai." Dan itulah ucapan terakhir Taeyong sebelum ia meninggalkan Justin yang masih diam dalam keheningan mengingat kenangan dulunya dengan Jisoo.














A/N

Oke sesuai janji, aku bakalan publish dosen lovers story ya, tp lokal muehehe

Happy reading, luvv

milk ❝✔❞ ; jisyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang