2

4.7K 503 16
                                    





= Selamat membaca =

_________________________






-Jika senyum mu adalah kebahagiaan
Maka peluk mu, adalah kekuatan-








"Kamu gak mampir dulu ci?"

Tanya Gracia setelah Shani mematikan mesin mobil di pekarangan rumah Gracia.

"Gak gee, udah sore banget" jawab Shani "lagian kaya nya mau hujan juga" lanjutnya membuat Gracia mengangguk.

"Peluk dulu gak?" Tanya Gracia diakhiri dengan cengiran nya, membuat Shani terkekeh lalu menarik Gracia kedalam pelukan nya.

"Yaudah aku masuk yaa" pamit Gracia "kabarin aku kalo udah sampe rumah"

"Iyaaa bawel, masuk sana" titah Shani membuat Gracia mendengus.

"Ck! Ngusir" cibir nya "yaudah ah babay"

Brugg!!!

"Astaga! Kebiasaan kalo nutup pintu gak pake kira-kira" ucap Shani sambil memejamkan mata sejenak.

Shani segera masuk ke mobil nya, tak berselang lama setelah memastikan Gracia masuk rumah, Shani menyalakan mesin mobil, lalu keluar meninggalkan rumah Gracia.

Senja tak menyapa sore ini, karena langit sudah berwarna kelabu sejak siang tadi. Semakin hitam kelam padahal waktu baru menunjukkan pukul 5 sore.

Shani fokus mengemudikan mobil kesayangan nya, tatapan nya tak berpaling sedikitpun dari jalan raya di depan nya. Beberapa kali ia membunyikan klakson ketika beberapa pengendara melanggar lalu lintas yang ada. Tak hanya itu, ibu-ibu komunitas sen kiri tapi belok kanan menjadi ancaman nyata bagi Shani yang memang sudah tak fokus sejak tadi.

Entah mengapa tiba-tiba bayangan Gracia mengganggu fikiran nya. Bukan, kali ini bukan suara dan bukan pula senyuman nya yang terlintas di fikiran Shani seperti biasanya. Tapi interaksi nya bersama Bobby, kakak kandung nya sendiri.

Shani sudah bisa menebak jika Gracia memiliki perasaan berbeda pada kakak kandung nya itu, dari sikap nya, tatapan nya, cara nya berinteraksi, Shani sudah menduga bahwa Gracia sudah jatuh hati pada Bobby. Begitupun Bobby, yang tak jarang memberi perhatian lebih pada Gracia.

Shani paham semua hal itu, Tapi apakah Gracia juga paham bagaimana hancur nya hati Shani nanti jika Gracia benar-benar menjadi milik Bobby?.

Ya Tuhan..

Shani tidak mungkin mengibarkan bendera perang di keluarga nya sendiri, karena merebut Gracia dari Bobby sama saja menimbulkan masalah besar nanti nya. Tapi melepas Gracia bersama orang lain, sama saja membunuh diri nya secara perlahan, dan itu sungguh menyakitkan.

Lalu Shani harus apa?

Kenapa Gracia harus lahir di dunia ini? Atau kenapa Gracia tidak lahir di bumi bagian lain nya saja. Dimanapun silahkan, asal jangan sampai bertemu Shani.

Tapi Shani siapa, berani mengatur Takdir Tuhan.

Shani menggeleng pelan, berusaha menghilangkan fikiran-fikiran buruk di kepala nya, mengembalikan fokus nya pada jalan raya.

Mata Shani sedikit memicing saat melihat seseorang yang sedang berdiri di pinggir jalan, merasa bahwa ia mengenali sosok tersebut, segera Shani menepikan mobil nya.

Kita dan Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang