16

4K 383 2
                                    



= Selamat membaca =

_________________________








"Lepasin Nin" Ucap Shani dengan nada datar membuat Anin langsung melepas pelukan nya.

"Loe baik-baik aja kan Shan? Lama banget kita gak ketemu. Gue kawatir banget sama loe" ucap Anin sambil meneliti, memastikan bahwa Shani baik-baik saja.

"Gue baik, tapi pacar gue marah" ucap Shani singkat, namun sukses membuat nafas Anin tercekat.

"Thanks udah kawatirin gue" ucap Shani di akhiri dengan senyum tipis, sekilas ia mengusap kepala Anin lalu berbalik, berjalan meninggalkan Anin yang kini berusaha menahan sesak yang luar biasa.

Anin tidak salah dengar kan? Pacar kata nya? Apa Anin sudah terlambat untuk memperjuangkan Shani? Apa tidak ada kesempatan untuk Anin, bahkan sedikit saja?

Sementara itu, Shani mempercepat langkah nya menuju kelas Gracia, mata nya mengedar ke segala penjuru kelas, berusaha mencari keberadaan kekasih nya itu.

"Kak Shani nyari Gracia?" Ucap salah satu siswi yang sudah hafal sekali, bahwa di mana ada Gracia disitu pasti ada Shani "barusan ke kamar mandi" lanjutnya membuat Shani mengangguk sambil berkata "makasih".

Dengan tergesa Shani menuju kamar mandi, menarik nafas lega saat melihat Gracia sedang menatap pantulan diri nya sendiri di cermin.

"Udah peluk-peluk nya?" Sindir Gracia saat ekor mata nya melirik pada Shani yang kini berdiri tak jauh dari tempat ia berpijak "seneng??" Lanjutnya membuat Shani mengulum senyum nya.

Dasar Cemburu tapi gengsi.

Shani mendekat, lalu menarik tangan Gracia untuk masuk ke salah satu bilik kamar mandi. Tak lupa mengunci nya agar Gracia tidak kabur.

"Mau apa sih?" Kesal Gracia

Shani tak menjawab apapun, ia hanya menarik Gracia ke dalam pelukan nya, lalu berkata..

"Tak ada pelukan yang paling menghangatkan, kecuali peluk mu. Tak ada pelukan yang paling menyenangkan, selain pelukan mu. Dan tak ada pelukan yang aku inginkan, selain pelukmu. Cuma kamu"

Hening sesaat, sebelum suara ringisan Shani memecah suasana.

"Awshhh sayang sakiit" ringis nya semakin menjadi saat Gracia mencubit pinggang Shani, sekuat tenaga Shani menahan teriakan nya agar tidak terdengar keras sampai keluar.

"Siapa suruh di peluk diem aja hah!" Omel Gracia "malah keenakan kamu tuh yaa" lanjutnya sambil kembali mencubit pinggang Shani bertubi-tubi.

"Aduh yank, sakiit. Iyaa lain kali gak diem" ucap Shani sambil menahan kedua tangan Gracia "yang aduh, awsshh sakiit" Lanjutnya membuat gerakan tangan Gracia berhenti.

"Maaf" ucap Shani sambil menatap dalam mata Gracia "aku gak maksud diem aja, cuma mau liat reaksi kamu. Bakal langsung marah atau kabur, ternyata kabur" Ucap Shani membuat Gracia mendengus.

"Kamu berharap aku marah-marah di sekolah, jambak-jambak sama cakar-cakar dia terus aku masuk ruang BK gitu?" Ucap Gracia membuat Shani berkata..

"Ya gak gitu juga sayang" lalu menunduk membuat Gracia menghembuskan nafas kasar nya, lalu melepas kan genggaman tangan Shani.

"Sakiit banget ya?" Tanya Gracia sambil mengusap pipi Shani membuat Shani mengangguk.

"Tapi yang sakit pinggang, kok yang di elus pipi?" Tanya Shani membuat Gracia melotot.

Kita dan Semesta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang