κοιτώνα ; Na Jaemin

--twentifaif

“KOK BISA?!?” Minju histeris. Kemudian dengan cepat mengecilkan suaranya saat sadar ia masih berada di dalam kelas yang baru selesai.

“Doain kek, malah nanya kok bisa,” terdengar gerutuan dari orang yang ditelfonnya.

“Ya masalahnya—— aduh, gatau deh Minju. Mama tau??”

“Ya ini makanya mau pulang sekalian ngabarin.”

“Urutan lo kebalik Abangku cinta..” Minju menghela nafas. Berjalan keluar kelas dengan pelan, “Trus, mau gimana?”

“Ya ini gue mau jemput elo, makanya nanya udah beres apa belum.”

“Aku belum siapin baju.”

“Kan ada baju dirumah banyak Minjuuu. Lagian paling sehari doang kita disana. Ini Abang udah di aula. Kamu kedepan sekarang.”

“Tapi—”

“Gausah tapi-tapian. Macet. Cepetan.”

Minju menarik nafas sabar, “Iya, iya.” sambil mematikan telfonnya iringan langkahnya makin cepat.

“ABANG LO APA-APAAN.”

Minju menarik telfonnya menjauh sebelum kembali menempelkannya ditelinga. “Maka dari itu gue mau nanya. Ada masalah ga sama Ka Doyeon?”

“Masalah apaan. Makin berbunga-bunga iya dia. Oalah pantes baik banget belakangan ini, ternyata mau dijemput jodoh.”

Minju melirik ruang tamu dimana Yuta sedang diomeli kedua orang tuanya dari dapur. “Ka Doyeon ga bilang?”

“Engga. Eh, belum kayanya. Tadi dia ngomong sih di grup keluarga nyuruh semuanya pulang cepet. Cih, kabur aja kali ya gue.”

“Kayanya besok mau dateng.”

“Tunggu, gue nyari temen yang kosong dulu.”

“Yang bener aja Yunseong..”

“Siapa suruh tiba-tiba.”

Minju terkekeh, “Hehe, takut kesepian ya lo ga ada Ka Doy??”

“NGGA?!?? Ngapain juga cuih.”

Minju ketawa. Kadang Yunseong itu gampang banget ditebak. “Ada gue si, tenang aja. Kita jadi keluarga dong ya?”

“..... jelek banget nasib gue. Terbebas dari ono dapet keluarga kaya gini.”

Minju mendengus. “Iya makasih. Btw Ka Doyeon umur berapa sih.”

“Gatau gue. Ga ngitungin.”

“Si bodoh. Serius ini.”

“.... dua tiga? apa dua empat? kayanya dua tiga.”

“Ho.. muda juga.”

“Kenapa? Lo mau nikah muda juga?”

“Ish. Apaan si lo Seong.” Minju terdiam sebentar sebelum melanjutkan omongannya, “Gue mau ngejar dulu jadi dokter.”

“Iya, siap Bu Dokter.”

“Minju! Sini!”

“Iya! Sebentar!”