κοιτώνα ; Na Jaemin

--eightinn

“Seong.”

“Hoh,”

“Lu masih demen Minju?”

“Masih.”

“Hm.”

“Kenapa?”

“Apanya?”

“Lo nanya kenapa bule.”

“Oohh.. gapapa, just curious?” Felix mengangkat kepalanya dari layar telfon dan menatap Yunseong yang masih tekun mememainkan jarinya di layar telfon.

“Apaan dah gajelas hidup lu.”

Felix mengangkat bahu sebelum kembali fokus memainkan game di handphonenya.

“Minju jadian ya?”

“No, not yet.”

“Jaemin?” tebak Yunseong.

“Siapa lagi?” jawab Felix tenang.

Yunseong mengangkat kepalanya dengan wajah kesal karena kalah diiringi umpatan kesal Felix karena satu-satunya teman setimnya mati.

“Emang tu anak bagus?”

“Bagus gimana?”

“Yah, gitu..”

“Gitu aj— ah anjing ketiga!” Felix meletakkan hanphonenya dimeja dengan sedikit bantingan.

“Biasa aja ko anaknya. Ga aneh-aneh, kadang doang anehnya,” lanjut Felix.

Yunseong mangut-mangut, “Dibandingin gue?”

Felix menatap Yunseong dari atas sampai bawah, “Hmmm... rada, kebanting sih.”

Yunseong udah siap ngelempar hp Felix ke dinding,

“Maksud gue! Lo kan anaknya plain ya! Tapi bukan yang gimana! Tapi lo kan ya udah gitu aja, duh I don't even know what I'm saying.”

Yunseong ngedengus, menatap papan tulis besar yang terpajang didepan kelas kosong.

Felix yang liatnya jadi iba sendiri. “Udah lah bro, there's still a lot women out there. Mau gue minta tolong Hyunjin kenalin?”

Yunseong ngedengus, lagi. Lalu membereskan barang bawaannya dan berdiri, “Gue masih laku bangsat,” kemudian berjalan keluar.

Felix menghela nafas, “Tungguin anjir!” dan berlari mengejar Yunseong.

ju
dimana?

minju
kantin
feb

otw

“Gue pergi dulu.”

“Kemana?”

“Kantin feb ketemu Minju.”

Felix diem, otaknya langsung berpikir cepat.

Minju anak kedokteran, jauh-jauh ke feb? Ketemu temennya? Siapa? Perasaan ga ada? Anak asrama yang feb cuman...

Felix melotot dengan mulut membuka kaget saat pikirannya itut terlintas.

“Dah, cabut dulu.”

“Tu—tunggu! Gue ikut!”