12

81 17 27
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Semoga Allah mudahkan segala hal.

***

Seperti hal yang Hala katakan semalam, hari ini mereka akan menemui seseorang. Meski jam di atas nakas masih menunjukkan pukul tujuh, tetapi sedari tadi Hala tak henti mengganggu waktu pagi Raileen.

Berulang kali ia mengetuk kaca jendela Raileen sembari berseru terus-menerus. Namun, tetap tak ada respon dari Raileen. Laki-laki itu berdecak dan kembali berujar.

"Permisi! Pemilik kamar ini bernapas, kan?"

Kemudian, Raileen membuka sedikit kaca jendela, mengintip dari sana. "Ada apa, sih? Saya mau istirahat," ujarnya dengan wajah tidak bersahabat.

"Kemarin, kan, saya sudah bilang. Ada yang ingin bertemu dengan kamu, Raileen,"

"Kenapa harus saya yang menghampiri orang itu? Seharusnya dia, kan, yang datang?"

Kaca jendela dibuka penuh, menampilkan wajah Raileen yang baru saja terbangun. Rambutnya masih terlihat berantakan dan kedua mata minimalis yang sayu. Namun, gadis itu tetap terlihat cantik.

Hala mengakuinya. Sebagai laki-laki, ia tak dapat mengelak bahwa Raileen selalu cantik dalam kondisi apa pun. Sekalipun ketika gadis itu terbaring lemah dengan wajah pucat pasi.

"Bukankah kamu selalu bertanya perihal siapa saya juga mengapa saya melakukan ini semua?"

Raileen diam, menunggu laki-laki itu melanjutkan ucapan.

"Hari ini kamu akan mengetahui jawabannya. Namun, satu hal yang harus saya tegaskan dari sekarang. Apa pun nanti kenyataan yang kamu dapatkan, jangan pernah membenci saya ataupun orang yang akan kamu temui."

Hala mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman sebagai tanda perjanjian. Hanya, Raileen masih enggan menerima jabat tangan itu. Ada banyak pertanyaan yang harus sesegera mungkin menemukan jawaban.

"Maksud kamu apa? Apakah kamu bisa berhenti menjadi sosok misterius dan mengatakan semuanya dengan jelas? Tanpa harus membuat orang lain menerka jawaban."

Terdengar hela napas pelan. Laki-laki itu meminta agar Raileen membuka pintu terlebih dahulu. Ia mengajak untuk berbincang sambil duduk di selasar kamar.

Raileen menurut. Ia sedikit merapikan penampilan dan mengenakan jaket. Kemudian membuka pintu dan duduk di samping Hala. Sejenak, mereka sama-sama terdiam. Hanyut dalam pikiran yang berkelana.

"Satu hal yang paling kamu inginkan sekarang, apa?" tanya Hala setelah diam beberapa saat.

"Kamu hilang." Raileen menjawab dengan datar, membuat Hala cepat-cepat menoleh ke arahnya.

"Hei! Saya sedang tidak bercanda, ya."

Pipi Raileen mengembung, menahan napas, lalu membuangnya kasar. Gadis itu berdecak pelan, tidak suka dengan situasi sekarang—serius dan menegangkan.

"Apa yang kamu inginkan dalam hidup beberapa tahun terakhir?" Hala kembali bertanya, kali ini sambil menatap Raileen sepenuhnya. "Bertemu Mama?"

Raileen menoleh cepat. Keningnya berkerut menjadi beberapa lipatan.

"Benar? Kamu ingin bertemu Mama?"

"Maksud kamu? Kamu tahu apa, sih, tentang hidup saya? Tolong, ya, kamu bukan siapa-siapa. Jangan bersikap seakan tahu segala hal perihal saya. Sekali lagi, maaf, jangan lewati batasan yang ada."

Gadis itu hendak beranjak, tetapi pergerakannya terhalau ketika Hala menahan tangannya. Raileen ingin berteriak kencang, mengatakan bahwa sebagian dari dirinya merasa takut pada sosok Hala.

HELLO, TETANGGA KOS! ✓ | TELAH TERBIT |Where stories live. Discover now