Jennie POV
Perempuan itu justru muncul kembali di saat aku sudah hampir melupakannya. Seseorang yang tidak terduga datang di saat yang tidak tepat.
"Siapa?" Tanyaku kepada Bibi Jung yang tiba-tiba mengetuk kamarku.
Bibi Jung masuk ke dalam kamar. Membawa sebuah karangan bunga mawar biru. "Tidak salah alamat, Bi?" Tanyaku heran karena tidak kenal nama pengirimnya.
"Alamatnya betul di sini, Non." Jawab Bibi Jung.
"Tapi, aku tidak kenal siapa pengirimnya, Bi!" Kataku sambil mencoba mengingat siapa orang ini. Kenal di mana dan kenapa mengirimnya karangan bunga sebagus ini.
"Pengirimnya ada di bawah, Non."
Penasaran, aku langsung segera bangkit dari tempat tidur. Membetulkan baju tidur yang agak kusut, menyisir rambutku dan aku keluar dari dalam kamar.
Perempuan itu duduk membelakangi tangga, tapi ketika aku turun dia langsung menoleh ke arahku. Dan aku tertegun tatkala mengenali senyumnya. Sekaligus aku menyesal belum berganti baju... Ah, kalau saja aku tahu siapa yang datang... Kalau saja...
"Selamat Sore. Mudah-mudahan masih kenal." Katanya sambil tersenyum.
Aku tentu saja masih mengenalinya. Walaupun penampilannya agak lain. Lebih rapi dari pertemuan waktu itu. Walau terpaksa aku menerima uluran tangannya. Pikirku tidak sopan jika menolak orang yang ingin berjabat tangan. Lagi pula aku sedikit ragu. Apa benar aku tidak ingin berkenalan dengannya?
"Lalisa Manoban. Panggil saja Lisa." Katanya sambil tersenyum. Ramah. Simpatik. Cantik.
"Jennie Kim. Kamu boleh panggil aku Jennie." Sahutku agak separuh terpaksa. Tak sadar mataku melirik ke jam dinding yang ada di ruang tamu.
Dan mata perempuan itu. Terlalu gesit untuk melihat lirikan mataku.
"Ayahmu belum pulang?"
"Ada perlu apa?" Tanyaku balik.
"Ingin tahu namamu, seperti yang ku janjikan waktu itu. Boleh duduk?" Katanya yang sedari tadi saat aku turun hanya berdiri saja.
"Silakan saja. Kursi itu tidak menggigit orang." Ucapku asal.
"Kursinya mungkin tidak menggigit. Siapa tahu orangnya." Lisa berkata sambil tertawa kecil.
"Sudah tahu namaku kan. Masih perlu duduk?" Kataku yang mungkin agak ketus karena agak sedikit kesal mendengar kata-katanya.
"Begitu sikapmu pada tamu yang datang ke rumahmu?" Lisa bertanya sambil tetap tersenyum tanpa melepaskan padanya kepadaku.
"Kamu bukan tamu."
"Lebih baik begitu. Dianggap lebih dari tamu." Lisa mengatakan itu sambil mengedipkan sebelah matanya.
Perempuan ini mencoba menggodaku? Untuk apa dia mengedipkan sebelah matanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
FIRST LOVE (JENLISA) (GxG)
Fiksi RemajaMari berjanjilah, kita akan bertahan. Bahwa kita tidak akan menyerah, apa pun yang terjadi, tidak peduli bagaimana harapan. Kita berjanji sekarang, dan jangan pernah melepaskan janji itu. Kamu dan aku selamanya. Jangan Lupa Vote dan Komennya ya 🙏🥰