Ketika sang Bulan akan berubah mencoba untuk kembali bersinar ditengah gelapnya malam
★***
Sudah beberapa kali Bulan melirik Atta disampingnya yang tengah menikmati sarapan paginya.
Sepertinya Atta lupa.
Bulan masih memperhatikan setiap gerak gerik Atta yang tengah memakan rotinya, dan kini meminum susu digelasnya.
"Atta udah selesai." Ucapnya menaruh gelas kosong diatas meja.
Sedangkan Bulan langsung memakan rotinya dengan cepat, karna Atta sudah selesai, sedangkan ia masih tersisa banyak.
"Gak usah buru-buru. Gak bakal ditinggal juga." Ucap Atta memperhatikan Bulan, yang kini dengan mulut penuh dengan roti.
Bulan melirik Atta dan mengunyah pelan roti yang didalam mulutnya.
Ia juga, kenapa Bulan harus buru-buru? Biasanya juga ia tidak peduli jika Atta sudah selesai sarapannya atau tidak. Bulan juga tidak peduli jika Atta meninggalkannya.
Tapi sekarang?
"Hari ini anak Bunda udah tambah gede ya." Ucap Bunda yang duduk dihadapan Atta dan Bulan.
Bulan pun langsung melihat pada Bunda, begitupun dengan Atta.
"Selamat ulang tahun ya sayang." Ucap Bunda sebari berjalan dari tempatnya, dan memeluk putranya.
Bulan hanya menyimak dan memperhatikan saja.
"Maaf Bunda gak bisa kasih yang spesial dihari ulang tahunnya." lanjut Bunda melepas pelukannya.
Atta tersenyum. "Iya Bun, gak papa. Atta ngerti kok." Balas Atta.
Bulan masih mengunyah rotinya dengan sangat pelan. Ini adalah salahnya. Karena Bulan Atta pun tidak pernah merayakan gari ulangtahunnya. Tapi untuk saat ini, Atta berhak. Sangat berhak.
"Bulan kenapa?" Tanya Bunda berhasil membuat Bulan bingung.
Atta dan Bunda sama-sama melihat pada Bulan dengan tatapan bertanya.
"Enggak papa Bun." Ucap Bulan menggeleng pelan. "hmm, ini." Bulan melirik oiring bekas rotinya yang sudah habis. "Bulan udah selesai makannya, kita berangkat sekarang aja ya Bun." Lanjutnya.
Bunda pun mengangguk. "Oh iya, hati-hati ya kalian." Ucap Bunda ketika Atta sudah menyalimi duluan tangannya.
"Iya Bun." Bulan pun menyalimi tangan Bunda.
***
Bulan menerima helmnya dari Atta dengan diam. Ia ingin bicara, namun terasa susah. Dan akhirnya Bulan memilih diam saja, memakai helm, dan duduk di jok belakang motor Atta.
Diperjalanan pun sama. Atta kenapa tidak mengajak ngobrol Bulan? Biasanya cowok itu akan merecoki Bulan dengan kalimat-kalimatnya.
Kenapa Atta hanya diam saja?
Apa Atta marah karena kesal, pada Bulan? Gara-gara masalalu Bulan, gara-gara trauma Bulan, Atta jadi tidak bisa merayakan ulangtahunnya. Apa Atta marah karena itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari&Bulan[END]
JugendliteraturMatahari & Bulan. Mereka adalah sepasang sahabat, yang sudah tinggal satu atap sejak kecil. Hanya saja, didalam persahabatannya, sikap Bulan terlampau cuek, dan jarang bicara--atau biasa disebut, sikapnya dingin seperti Es. Berbanding terbalik denga...