Tidak ada cara untuk membuat semua berada didalam kendalian kita
★***
"Dan pas mama dateng,..." Pelangi menatap Atta dengan mata yang sudah berkaca-kaca "Lo bisa tebak sendiri lanjutannya gimana." Ucapnya.
"Mama lo marahin lo karna yang dia liat lo yang udah norehin luka itu sama Cahaya?" Tebak Atta.
Pelangi mengangguk dengan senyuman kesedihannya. "Ya." Jawabnya.
"Terus ini pembantu sama penjaga rumah lo yang lainnya kemana? Lampu-lampu semuanya juga gelap, dan kamar lo berantakan kaya gini." Tanya Atta.
Pelangi memeluk kedua kakinya yang ditekuk. "Selepas tadi mama pergi gitu aja sama Cahaya, gue gak tahu harus gimana. Rasanya hancur banget posisi gue saat itu. Gue suruh semua pembantu sama penjaga rumah, supir. Gue suruh mereka pergi aja." Ucap Pelangi.
"Gue lagi pengen sendiri. Dan gue gak mau mereka liat gue hancur kaya gini dan gue gak mau sampe mereka kasih tahu ke papa kalo mama marahin gue. Gue gak mau nanti malah mama sama papa ribut dan gue disuruh tinggal sama papa lagi."
"Dan tentang semua lampu yang mati, gue sedari sore udah diem dikamar--"
"--dan berantakin semua barang-barang?" Potong Atta.
Pelangi terkekeh dan mengangguk. "Ya habisnya gue lagi emosi sih. Siapa yang gak sakit kalo lagi dimarahin ibunya?" Sahut pelangi.
"Iya gue ngerti." Balas Atta mengangguk.
Pelangi mengedarkan pandangannya, mengamati sekitar dan pandangannya terkunci pada jendela dikamarnya, yang kebetulan gordennya belum ditutup.
"Ini udah malem loh." Ucap Pelangi akhirnya.
Atta terkekeh. "Bukan malem lagi, Ini udah pagi buta gini." Sahut Atta.
Pelangi pun melirik jam dinding yang berada dikamarnya. "Ah iya." Dirinya ikut terkekeh. "Ini udah jam tiga pagi."
"Gak sadar kalo gue udah ngoceh tentang hidup gue sampe jam segini. Harus dikasih apresiasi nih." Ucap Pelangi kembali ceria.
"Mendingan lo sekarang istirahat! Lo pasti ngantuk kan jam segini belum tidur?" tanya Atta.
"Enggak. Justru gue sekarang gak bisa tidur dan gak ngerasa ngantuk." Jawab Pelangi.
"Atta?" Panggil Pelangi.
"Hmm?"
"Cuma lo yang tahu gue kaya gini, baru lo yang liat gue nangis kaya tadi." Ucapnya.
Atta hanya tersenyum saja menanggapi.
Sebenarnya ada makna lain yang tersirat dalam kalimat Pelangi barusan.
Kenapa cuma lo yang boleh tahu gue serapuh itu, karena lo yang berhak. Gue cinta sama lo Atta. Batin Pelangi.
"Udah sekarang mending lo istirahat! Mumpung masih ada waktu mending lo tidur sebelum ntar sekolah." Titah Atta sambil berdiri.
Pelangi mendongak untuk melihat Atta. "Emang lo mau balik sekarang?" Tanyanya.
Atta mengangguk. "Gak papa kan gue tinggal?" Tanya Atta balik.
Pelangi ikut berdiri dan berhadapan dengan Atta. "Iya gak papa, makasih juga lo udah mau dateng kesini, dan nemenin gue sampe tengah pagi kaya gini, makasih udah mau dengerin curhatan gue juga." Ucapnya.
Atta mengangguk tersenyum. "Selama gue masih bisa, gue bakal usahain." Ucap Atta mengacak rambut Pelangi, membuat gadis itu tersenyum mengembang.
"Makasih." Ucap Pelangi sangat tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matahari&Bulan[END]
Ficção AdolescenteMatahari & Bulan. Mereka adalah sepasang sahabat, yang sudah tinggal satu atap sejak kecil. Hanya saja, didalam persahabatannya, sikap Bulan terlampau cuek, dan jarang bicara--atau biasa disebut, sikapnya dingin seperti Es. Berbanding terbalik denga...