1. Pitty Us

1.3K 127 187
                                    

••×••

Apakah sekarang waktu yang tepat untuk mengasihani diriku? Huh!

Baik, aku mengakuinya bahwa aku terbawa perasaan. Tapi aku kan juga wanita! Salahkan dia yang telah berperilaku 'manis' seolah-olah ada perasaan yang tumbuh di hatinya karena diriku.


Selama dua Minggu ia rajin mengirim chat, menanyakan bagaimana kabar ku, mengajak ku berbicara di saat aku menyendiri, dan itu semua didukung oleh wajah POLOS nya. Dasar Brengsek!!!

Dan apa? Setelah itu dia hilang.

SIALAN! BRENGSEK! KURANG AJAR!

Biarkan aku mengumpati dirinya sepuas hati ku.

Sedari tadi aku hanya terbaring lesuh di ranjang ku sembari memandang langit-langit. Menghela nafas panjang berkali-kali.

Rasa amarah lebih dominan sekarang jadi aku tak ingin ada air mata yang tumpah. Untuk apa?

Aku berusaha mengosongkan pikiran ku. Ditemani kumpulan lagu heartbroken yang ada di dalam playlist ku.

Cukup!

Aku tak bisa seperti ini terus-menerus. Aku harus mengeluarkan pria itu dari kepala ku.

Secepat kilat ku pakai jaket ku. Aku akan keluar mencari udara segar. Tak lupa Ku raih kunci sepeda motor ku.

Sudah pukul 22.30 ternyata. Biar saja, aku sudah cukup dewasa—mungkin—untuk pergi keluar di malam hari.

Ku nyalakan sepeda motor ku dan melaju. Entah kemana tujuanku, akan kupikirkan di perjalanan.

••×••

Sampai di tempat tujuan, aku segera berlari menuju jembatan penyeberangan di jalan besar.

Biarkan aku meluapkan semua disini.

"LELAKI SIALAN! LIHAT APA YANG KAU PERBUAT PADA KU! PADA HATI KU! AKU BERSUMPAH AKAN MEROBEK MULUT MANIS MU ITU!!!!!"

Biarkan aku berteriak. Akan lebih baik jika aku berteriak ketimbang menemuinya lalu mematahkan hidung nya.

"BRENGSEK! PERSETAN DENGAN CINTA SMA! DARI AWAL AKU MEMANG SUDAH TIDAK PERCAYA. SEMUA HANYA OMONG KOSONG!"

Aku juga ingin merasakan jatuh cinta saat SMA. Tapi di saat aku yakin ada kemungkinan, semua segera sirna. Mungkin para lelaki itu hanya 'penasaran'.

Aku lelah. Seperti nya sudah cukup untuk teriakan nya. Aku ingin segera pulang. Tapi mungkin sebentar lagi. Udara nya sangat menenangkan.

"Kau juga sedang patah hati?"

Suara itu mengejutkan ku dan aku menoleh. Ada seorang pria. Jaraknya tak terlalu jauh dan aku cukup bisa melihat wajahnya karena dia berdiri di bawah lampu jalan.

"Maaf aku tak sengaja mendengar keluh kesah mu."

Aku berencana untuk pergi. Tapi ku lihat pria itu hanya diam di sana memandang jalan.

"Patah hati memang wajar. Semua orang merasakan nya. Kita mengharapkan cinta tapi itu semua buaian belaka. Lucu memang." Lanjut nya.

Entah apa yang aku pikirkan, kaki ku mendekati nya. Semakin dekat dan aku bisa melihat jelas wajahnya. Tidak terlalu tua pikirku.

"Apa aku terlihat menyedihkan?" Satu pertanyaan terlontar dari bibirku.

"Tidak. Mungkin sedikit?" Kekehan kecil terdengar sedikit aneh di telinga ku. Suaranya sedikit bergetar sedih.

"Kau juga sedang patah hati?"

Dia tak langsung menjawab, ia terkekeh lagi.

"Benar."

"Kau tak berencana untuk berteriak juga?" Tanya ku lagi.

"Tidak hahaha." Setelah itu kami berdua tak membuka suara. Sibuk memandang langit malam yang sayangnya sepi bintang.

Aku mencuri pandang ke arah orang asing di samping ku. Tampan sekali. Walau terlihat dari samping pun, semua sempurna.

Aku heran, bahkan pria setampan dirinya merasakan patah hati. Tega sekali wanita yang menghancurkan hati nya itu.

"Aku juga tidak percaya dia mencampakkan ku. Padahal aku sudah memberikan segalanya." Dia menjawab pikiran ku. Atensi ku sepenuhnya ku beri padanya.

Pria itu menangis. Butiran air mata mulai mengalir melewati pipinya. Melihat dirinya yang sedang runtuh juga membuat hati ku sesak.

Sepertinya apa yang kami rasakan hampir mirip.

"Maaf jika aku lancang."

Aku menarik satu tangan nya agar ia menghadap pada ku. Menarik dagunya dan menghapus air matanya.

Dia menatap mata ku. Aku juga menatap miliknya. Matanya sangat indah membuat ku ingin terus menatapnya.

"Mari untuk tidak bersedih lagi." Setelah itu, aku mengusap punggung nya. Sebisa mungkin menyalurkan kenyamanan. Aku harap senyuman bisa membuat hatinya membaik.

Tapi tiba-tiba tubuhku seperti tersengat listrik.

Tangannya yang besar menarik lembut wajah ku. Jarak diantara kami sirna saat bibirnya menempel pada milikku.

Sensasi apa ini? Kuat. Memabukkan.

Perasaan campur aduk disalurkan melalui bibirnya yang manis dan candu.

It' just a kiss. A long kiss. But i want more.

Feels like my body wanna cling with him.

Tak lama kemudian, ia melepaskan tautan bibir kami. Pikiran ku kosong setelahnya.

"Aku menyukai senyum mu." Pria itu menciptakan desiran baru di diriku.

"Aku Choi Yeonjun. Boleh ku tahu nama mu?"

"Dami. Lee Dami." Aku menyambut jabatan tangannya.

"Baiklah Dami, sebaiknya kau pulang. Sudah nyaris tengah malam." Benar, aku harus segera pulang.

"Baiklah Choi Yeonjun. Aku juga yakin kita akan bertemu lagi

Besok?" Satu lagi kekehan keluar dari bibirnya. Lalu tersenyum.

"Tentu."

••×••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••×••

Aku beneran dapet ide cerita ini dadakan banget kaya tahu bulat. Dan aku langsung gercep buat bikin.

Aku udah kasih rate 17+ karena banyak skinship di dalam.

And sorry buat Kiss scene nya. Aku gak pernah kissing tapi bikin kiss scene

Votemen nya janlup ya

Flirty Touch : Stranger From The Night ||• Choi Yeonjun •|| ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang