••×••
"So for me, we're officialy dating." Caranya menyatakan hal itu sangatlah tenang. Aku masih menerka-nerka perasaan dan keseriusan nya. Tapi, matanya juga tampak yakin melalui caranya menatap ku.
Aku menginginkan nya. Tapi aku takut hanya akan bertahan sebentar saja.
"Kau bersungguh-sungguh?"
"Tentu. Aku saja tak ragu dengan perasaan ku." Ucapnya.
"Sure. Kita berpacaran mulai sekarang. But, jika kau tak serius , i swear i'm gonna kill you, babe."
" Arraseo, aku mengerti, jagiya~"
••×••
Sekarang aku mengerti perasaan para pasangan di luar sana. Fyi, aku tak pernah berpacaran sebelumnya. Bahkan tak terlalu dekat dengan laki-laki.
Beberapa kali kesempatan kupikir aku akan mendapat kan kekasih. Nyatanya tak ada satu pun yang berhasil karena para lelaki itu menjauhi ku. Memangnya salah ku apa?
Apa karena aku hanya seorang ordinary girl? Doesn't make sense.
Tapi sekarang tiba-tiba saja seorang pria tampan menjadi kekasih ku. Padahal tak sampai satu Minggu sejak kami pertama kali bertemu.
Katakan saja dia tipe ideal ku. Ah tidak, seperti nya semua wanita akan menyukai pria seperti Yeonjun.
Yang jelas aku sangat senang hingga jantungku berdetak tak karuan. Jatuh cinta memang bisa sebahagia ini.
Ah, kelas bimbingan hari ini terasa menyenangkan karena suasana hati ku yang sedang baik. Bahkan, waktu terasa begitu cepat.
Para murid berhamburan dari gedung bimbingan. Beberapa menunggu bus seperti diriku. Tapi kudengar ponsel ku berdering dan kulihat Yeonjun menelepon.
"Yeoboseyo."
"Dami-ssi, lihat ke seberang." Secara otomatis, kulihat ke arah seberang. Pria dengan perawakan tinggi dan bahu lebar nya sangat jelas ku kenali.
Ya, Yeonjun disana berdiri di samping mobilnya dan melambai ke arah ku."
"Apa yang kau lakukan?" Masih di sambungan telepon.
"Menjemput mu sekaligus mengajak mu jalan-jalan."
"Sure."
Sambungan telepon pun diputuskan. Aku perlahan menyebrang jalan untuk menghampirinya. Kami berdua masuk ke dalam mobil.
Kami saling bertukar cerita. Menceritakan bagaimana hari ini.
Kami sibuk berbincang hingga aku melihat pemandangan indah dan familiar. Aku tak sadar kami telah sampai di tempat yang sudah lama tak ku kunjungi.
Han river, bogosipda.
" Wah, aku tak percaya kita di sungai Han. Lama tidak kesini."
"Tadinya aku ingin mengajak mu ke daerah dataran tinggi. Tapi sudah terlalu larut. Jadi kupikir sungai Han tak buruk."
"Terimakasih sudah mengajakku kemari." Aku melihat pemandangan sekeliling. Masih indah dengan lampu-lampu kota. Malam ini juga cukup ramai ternyata.
Kami berdua duduk di atas rumput. Saling mengagumi indahnya malam ini.
"Yeonjun-ssi, tak akan sempurna jika kita tidak makan ramyeon di Sungai Han." Yeonjun pun menoleh ke arah ku.
"Dami-ssi, kau bisa membaca pikiran ku ternyata." Ia membuat ku terkekeh.
"Kajja!'
Kami menghampiri salah satu toko untuk membeli dua mangkuk ramyeon. Aku membeli beberapa tambahan seperti telur, sosis, dan kimchi.
"Selamat makan!" Dengan cepat kami menyeruput mie yang masih panas. Bumbu kuah ramyeon memang yang terbaik. Inilah kesempurnaan.
"Wah, aku masih ingat seseorang pernah mengatakan bahwa semuanya akan semakin lezat jika ditambah bumbu ramyeon."
Ya, aku cukup setuju dengan Yeonjun. Asal dia tidak mencampur bumbu nya dengan segala makanan.
Kami menikmati makanan kami. Rasa dingin karena angin malam berkurang karena hangatnya kuah ramyeon.
Setelah makanan kami habis, Yeonjun kembali ke toko tadi. Aku menunggunya selagi menikmati semilir angin.
Tak lama kurasa pipi ku terasa dingin menyengat. Ku lihat pria Choi itu menempel kan satu cone ice cream pipi ku.
"Kubelikan ini sebagai dessert." Ku terima dengan senang hati karena aku suka es krim.
"This is sweet. Thanks Yeonjun."
Aku yang sedang menikmati es krim sedikit tersentak saat Yeonjun menarik satu tangan ku untuk berdiri.
"Dami-ssi, terimakasih karena kau adalah kekasih ku. Kupikir kau mungkin menginginkan yang lebih berkesan jadi aku akan menyatakan perasaan ku dengan benar kali ini."
Aku benar-benar tak tahu harus apa. Aku hanya bungkam namun jantungku yang meronta-ronta.
"Dami-ssi, aku amat sangat bahagia menemukan mu. Kau menyembuhkan kan sakit ku hingga menumbuh kan rasa baru. Aku jadi sangat menyukai mu hingga aku hampir gila jika tak ada kau."
"Mungkin sulit bagi ku untuk mengatakan berapa besar rasa ku padamu, tapi kuharap kau merasakan nya. Jadi, Dami-ssi, kau mau menerima ku?"
" Yeonjun-ssi, aku hampir menangis." Aku terkekeh. "Let me tell you. Aku sangat mencintaimu. Kurang dari 168 jam, aku merasakan apa yang belum pernah kurasakan dengan jelas. Mari berpacaran dan tolong jangan tinggalkan aku."
Dia memeluk erat tubuhku. Aku membalas nya. Kami terhanyut hingga melupakan es krim yang mulai mencair sedari tadi.
"Aku lupa dengan es krim nya." Aku menjilati pinggiran cone dengan terburu-buru.
"Jagiya, mulut mu belepotan."
"Benarkah?" Aku hendak mencari sesuatu untuk membersihkan mulut ku.
Tapi aku tersentak saat Yeonjun menarik wajahku dan menjilat bibir ku. Ku tekankan dia MENJILAT bukan mencium atau semacamnya.
Belum sempat protes, dia beralih mencium ku.
"Love you, Lee Dami."
••×••
Hehehehe
Votemen juseyongg
KAMU SEDANG MEMBACA
Flirty Touch : Stranger From The Night ||• Choi Yeonjun •|| ✔️
Fanfiction[17+] We are just strangers .... until that night, we became a total lovers Dia dengan mudah menghapus patah hati ku. Dari sentuhan dan caranya menggelitik telinga ku, bagai lubang hitam yang menarik ku sampai semua gravitasi hilang dibawah sentuhan...