Malam semakin larut, saat mobil milik Kangin telah berhenti di depan rumahnya. Nampak Hyunjin dan Sinb keluar dari sana, mereka terlihat keluar dengan santai. Sementara Tiffany sudah menunggunya di depan pintu. Kangin dan Dongho hanya bisa menghela napas melihat ketiganya. Yang satunya begitu pemarah, seperti akan memakan kedua anaknya, sementara kedua anaknya terlihat santai seolah tidak ada sesuatu yang terjadi.
"Apa aku mengajarimu menjadi wanita yang tak memiliki rasa takut?" serga Tiffany yang membuat Sinb mendengus, tapi segera tangan Hyunjin berusaha untuk mencegah kakaknya ini untuk membalas perkataan ibunya.
Hal ini tentu membuat Sinb tak percaya, semenjak kapan Hyunjin menjadi pendukung ibunya?
"Kau sudah cukup lelah, lebih baik naik ke kamar dan tidur," sela Kangin yang segera mendapatkan pelototan dari mantan istrinya ini.
"Benar, anak-anak harus segera istirahat karena mereka berdua besok harus sekolah." Kali ini Dongho berusaha membantu kakaknya, terlihat begitu kompak membuat Hyunjin dan Sinb ingin tertawa.
Segera keduanya berlari masuk. "Eh, tunggiu!" teriak Tiffany, tapi Kangin segera mencegahnya.
"Sudahlah, mereka terlihat cukup lelah dan aku juga harus berangkat ke kantor pagi-pagi. Sudah saatnya kita beristirahat," ucapnya yang kali ini merangkul Tiffany untuk masuk ke dalam dan diikuti oleh Dongho sembari tersenyum geli melihat kelakuan keluarganya ini.
-------
Pagi yang cerah saat Sinb dan Hyunjin begitu rapi dan akan pergi ke sekolah dengan diantar oleh sang ibu. Ini pertama kalinya setelah lebih dari beberapa tahun mereka tidak pernah melakukan hal semacam ini.
Keduanya masih membeku saat sang ibu mengatakannya karena ke baik ayah dan pamannya telah pergi pagi buta untuk menyelesaikan sebuah kasus.
"Kenapa kalian memandangku seperti itu? Apa aneh saat aku mengantar kalian?" tanya Tiffany dan keduanya segera menggeleng bersamaan.
Tiffany pun menghela napas, ia tahu kedua anaknya ini tidak menginginkan dirinya untuk mengantar kesekolah mereka. Namun, ia tidak ingin lagi menjadi seorang ibu yang kaku dan memutuskan untuk menjad ibu yang begitu perhatian. "Cepat bereskan, aku tunggu di mobil," perintahnya yang membuat keduanya segera membawa piring ke dapur.
Beberapa menit kemudian, mereka sudah memasuki mobil pamannya. "Ingat, nanti aku akan menjemput kalian," katanya lagi.
"Eomma, kami bisa pulang sendiri." Sinb memprotes dan Hyunjin mengiyakan dengan mengangguk.
"Tidak bisa, aku tidak akan membiarkan kalian bertingkah seenaknya lagi!" ucapnya dengan tegas membuat Hyunjin dan Sinb saling memandang.
Sinb pun mengangguk dan bersiap mengatakan sesuatu. "Aku ingin bertanya pada eomma," katanya.
Tifany pun mengiyakan. "Katakan saja." Dengan tangannya melambai, mengisyaratkan Sinb untuk mengatakan apa yang ingin ia katakan. Sembari tangan satunya masih terus menggerakkan stir mobil.
"Eomma akan menetap di Seol? Tinggal dengan Appa? Ingin rujuk? Membina keluarga yang bahagia lagi?" Runtutan pertanyaan ini membuat Tiffany akan marah, tapi ledakan tawa dari Hyunjin membuat dirinya bungkam kembali.
"Yak, kenapa noona menggelikan sekali?" Hyunjin tak berhenti tertawa dan Tiffany menyadari pertanyaan konyol Sinb lucu juga.
"Baklah, eomma tidak akan marah dan omma akan menjawab pertanyaan itu dengan benar." Tifanny mencoba untuk membenarkan letak tubuhnya, masih fokus dengan menyetir dan mula mempersiapkan jawabannya. "Eomma telah berunding dengan Appa, beberpa minggu lagi akan kembali ke Amerika untuk menyelesaikan semuanya dan kembali lagi untuk rujuk, tinggal bersama lagi dengan kalian," terangnya yang membuat keduanya lega bukan main.
YOU ARE READING
UPROAR | SINB | SKZ
Teen Fiction"Hyunjin, katakan padaku siapa yang memukulimu?" Bentak Sinb saat melihat sekujur tubuh dongsaengnya ini penuh memar. "Itu bukan urusanmu!" Kata Hyunjin dingin, menepis tangan Sinb yang mencoba untuk menyentuhnya. "Wae? Aku akan menghajar siapapun y...