Bangun di puncak gedung tertinggi sekolah. Di sana Hyunjin duduk sendiri sembari menyesap rokoknya, menikmati tiap detik rasa mint yang bercampur. Ia tidak sedang kalut, tapi terkadang manusia memang membutuhkan sendiri untuk menikmati hal-hal yang sederhana sekali pun.
Pandangannya teralih saat ia melihat kegaduhan di samping dan menemukan sesosok gadis yang terlihat menggerakan tubuhnya dengan alunan musik. Hyunjin pun berjalan mendekatinya dan ia terkejut mengetahui siapa gadis itu. "Ryujin ...," gumamnya yang tidak dapat Ryujin dengar karena suara musik yang cukup keras.
Ryujin terlihat begitu lihat menari, mulai dari urban dance sampai street dance. Gerakan tegas nan rapinya membuat Hyunjin terpukau. Ini sungguh diluar dugaannya, Hyunjin pikir Ryujin hanya gadis kasar pengikut Hyebin yang tak memiliki cita-cita. Sama seperti dirinya yang juga tak memiliki cita-cita meskipun ayahnya sudah memintanya kuliah di jurusan hukum agar bisa menjadi penerusnya, Hyunjin sangat enggan hanya untuk memikirkannya saj.
"K-kau, apa yang kau lakukan di sini?" Ryujin memekik, seketika wajahnya memerah. Terlihat sekali jika ia malu setengah mati. Kemudian, ia berjalan cepat mendekati Hyunjin.
Hyunjin tertawa melihat tingkah Ryujin. "Kenapa? Apa ini hanya milikmu? Aku tidak boleh di sini?" tanya Hyunjin dan Ryujin yang sudah berdiri tepat di depan Hyunjin hanya menghela napas.
"Jangan ...." Ryujin berhenti berkata. Ia pun memandang Hyunjin dan pria itu seolah menunggu kelanjutan dari perkataan gadis di hadapannya ini. "Jangan katakan kepada siapa pun kalau aku berlatih menari di sini," lanjutnya dengan nada memohon. Bahkan kedua tangannya menempel dan memohon di hadapan Hyunjin.
Seketika Hyunjin memiliki sebuah ide. Ia merasa bisa memanfaatkan Ryujin untuk membuat Yeji berhenti menghubunginya. Awalnya ia benar-benar bisa menjalankan misinya untuk menakhlukan gadis itu, tapi lama-kelamaan Hyunjin merasa risih dengan sikap Yeji yang terlalu over padanya. Lagi pula, sepertinya Minho tidak lagi memintanya untuk mendekati gadis itu, jadi sekarang mungkin waktunya Hyunjin mengakhiri drama konyol ini.
"Aku tidak akan mengatakan pada Hyebin noona, tapi kau harus melakukan sesuatu untukku." Hyunjin pun tersenyum, ia sangat yakin hal ini akan berhasil.
Ryujin nampak berpikir dan ia segera mengangguk tanpa terlalu lama menimbang. Seketika Hyunjin merasa cukup senang. Tiba-tiba saja ia merangkul Ryujin, membuat gadis ini jadi salah tingkah. "A-pa yang sedang kau lakukan?" tanyanya dan Hyunjin tak menggubrisnya. Ia sibuk dengan handphonenya.
"Bersiaplah, kita akan berfoto bersama," ucapnya yang mengangkat tangannya setinggi mungkin. Ryujin pun menurutinya, dengan menunjukkan senyum termanisnya.
chu
Foto pun jadi dan Ryujin membatu. Ia masih merasakan bibir Hyunjin menempel pada pipinya. Sungguh ini gila? Maksudnya, kenapa Hyunjin tiba-tiba mencium pipinya?
Hyunjin masih memerhatikan handphone miliknya, merasa bangga dengan hasil jepretannya. Ia lupa jika Ryujin sangat shock saat ini, bahkan tanpa sadar tangan Ryujin memegang erat jas Hyunjin, membuat pria ini memandanginya.
"Kenapa? Kau terkejut?" tanya Hyunjin yang tak merasa bersalah.
"Hasilnya sangat bagus, jadi kita impas." Hyunjin pun melangkah pergi, tapi Ryujin tiba-tiba menarik jas Hyujin membuatnya berhenti.
"Kenapa lagi?" tanya Hyujin dan Ryujin terlihat menghela napas. Meskipun kenyataan dirinya begitu menyukai pria ini, Ryujin tidak mau dijadikan bahan lelucon. Ryujin sangat kecewa dengan Hyunjin.
"Apa hanya seperti ini?" tanya Ryujin yang membuat Hyunjin bingung.
"Memangnya aku harus bagaimana?" Hyunjin bertanya dengan sangat enteng, membuat Ryujin semakin geram saja.
YOU ARE READING
UPROAR | SINB | SKZ
Teen Fiction"Hyunjin, katakan padaku siapa yang memukulimu?" Bentak Sinb saat melihat sekujur tubuh dongsaengnya ini penuh memar. "Itu bukan urusanmu!" Kata Hyunjin dingin, menepis tangan Sinb yang mencoba untuk menyentuhnya. "Wae? Aku akan menghajar siapapun y...