Chapter 13

769 120 27
                                    

Hi...Aku datang dengan FF ini 😂
.
.
Kali aja ada yg rindu 😆
.
.
Terima kasih untuk para readers setia
😂😂😂
.
.
.
Happy reading
📖📖📖
.
.
.

Han terbangun lewat tengah malam, saat ia berusaha untuk bangkit dan segera pergi ke kamar yang pernah Sinb tempati, Han terkejut saat tak menemukan gadis itu.

"Noona ...," panggilnya sambil mengelilingi kamar. Bahkan barangnya pun tak ada.

Han pun keluar, berusaha mengecek cctv diruang pengontrol dan menemukan semua cctv yang telah rusak.

"Ah sial! Siapa yang berani melakukan ini!" pekiknya marah. Segera, ia meraih saku celananya dan segera menghubungi Chan.

"Hyung ...." Han begitu ragu untuk mengatakannya.

"Wae?" tanya Chan dengan suara parah khas orang bangun tidur.

"Ada yang menyerangku dan sepertinya membawa noona pergi," adunya.

"Apa! Kau tidak bisa mencegahnya?"

Han menggeleng. "Aku baru saja terbangun dari pingsan. Dua orang dengan kecepatan tinggi telah mengeroyokku," lanjut Han.

"Baiklah, aku akan segera datang. Sepertinya aku tau, siapa yang melakukan hal ini ... Si Minho keparat itu! Tidak ada yang berani bertingkah seperti bajingan kecuali dia!"

Chan pun menutup sambungan telponnya dan Han yang mendengarkan dugaan Chan pun terlihat geram.

"Mereka sudah berani memasuki Gunsan. Itu berarti mereka benar-benar ingin perang secara terbuka!" ucap Han yang terlihat sangat marah.

---***---

Pagi yang cerah, udara segar menyeruak memasuki jendela yang terbuka, angin sejuk pagi membangunkan seseorang yang terbaring dengan kantong infus.

Gadis ini meringis saat merasakan sakit pada tangannya. Belum lagi kepalanya yang masih berputar-putar.

Sesal dengan segala amarah yang ia pendam, belum pergi darinya. Ditambah rasa sakit ini membuatnya cukup frustasi di pagi yang cerah seperti ini. Kalau boleh, ia ingin mengutuk suasana yang bagus ini, sebab mereka tidak bisa diajak untuk berkompromi barang sedetik saja.

Mencoba untuk mengerti bahwa ia sedang tidak ingin tersenyum saat melihat pagi, ia juga tidak ingin merasa nyaman menghirup udara segar.

Ia hanya ingin sendiri, mengasihani diri yang selalu terabaikan, dimanfaatkan untuk kepentingan banyak orang.

Bisakah, ada seseorang yang bertanya 'apakah ia baik-baik saja?'

Hanya kata itu yang ingin ia dengar, tidak susah kan? Tapi nampaknya itu seperti mengharapkan sebuah pelangi muncul dimusim dingin.

Realita yang cukup menyebalkan ini tentu membuat hatinya semakin buruk saja.

"Kau sudah bangun?" suara wanita menyeruak, membuatnya segera sadar dari monolog ratapannya. Ia sedikit terkejut saat melihat sosok tak asing berdiri dihadapannya sekarang. Wanita dengan juba putih dan senyum yang lebar menyapanya.

"Kau tahu, ini pertama kalinya aku harus menemani seorang pasien demam biasa, seolah aku harus menemani seorang yang sakit parah. Si Minho, mengancamku akan mengadukan ke kakek jika aku sekarang berkencan dengan seorang polisi. Bukankah, dia sedikit sinting?" celotehnya yang tentu membuat gadis dihadapannya ini berusaha mencerna dengan baik.

UPROAR | SINB | SKZ Where stories live. Discover now