"Kurasa yang ini bagus." Katie menatap lurus satu bangunan lumayan luas di depan matanya. Keduanya—Katie dan Justin tengah berdiri di depan pekarangan luas yang melingkari satu rumah berlantai satu yang terlihat cukup besar.
"Kau menyukainya?" Tanya Justin dengan tatapan dalam ke arah Katie yang masih sibuk memerhatikan rumah di depan sana.
"Hmm. Halamannya luas. Anak kita nanti bisa bermain-main disana." Jawab Katie lembut dengan lirikan sekilas ke arah Justin.
"Ya. Tunggu disini. Aku akan bertanya pada pemilik rumah." Balas Justin sebelum meninggalkan Katie dengan satu kecupan panjang di rambut bagian kanannya.
Melepaskan suaminya ke arah pintu rumah incarannya, Katie memundurkan tubuh dan bersandar di badan mobil dengan tatapan mata yang masih tertuju lurus ke arah Justin.
"Bahkan punggungnya terlihat tampan." Gumam Katie pelan dengan satu tarikan senyum yang lebar.
Berpindah pada si pria, Justin mengetuk pintu di depan wajahnya dan disambut dengan senyuman ramah seorang pria paruh baya.
"Halo, selamat siang Sir." Justin menyapa si pemilik rumah yang telah membukakan pintu untuknya dengan satu kalimat singkat dan tegas.
"Halo! Selamat siang. Apa yang bisa kubantu, nak?" Balas si pria paruh baya masih dengan keramahannya.
"Kami sudah berputar-putar dan secara kebetulan istri saya menyukai rumah anda." Ujar Justin to the point. "Istri saya sangat menyukai pekarangan rumah anda. Sir." Justin menolehkan kepalanya kebelakang dan memandang Katie dengan tatapan memujanya.
"Saya merasa tersanjung." Balas si pria baruh baya.
"Saya akan membeli rumah anda." Si pemilik rumah secara cepat menampilkan wajah keruhnya menggantikan senyum ramah yang beberapa saat lalu menghiasi wajahnya.
"Tapi rumah ini tidakku jual." Jawab si pria paruh baya muram.
Tanpa memperdulikan ketidaksukaan si pemilik rumah, Justin mengeluarkan selembar kartu nama dan memberikannya pada pria paruh baya di depan pintu. "Anda tak akan menyesal menjualnya pada saya. Saya akan memberikan harga amat tinggi untuk rumah anda, Sir."
"Saya akan menunggu telepon anda." Lanjut Justin sebelum memutar tumitnya dan melangkah mendekati Katie yang terlihat antusias menunggunya.
"Bagaimana?" Tanya Katie dengan raut antusias dengan penasaran yang bercampur.
"Dia pasti akan menghubungi kita secepatnya, sayang." Jawab Justin.
"Ayo. Sudah terlalu sore. Sebaiknya kita pulang." Lanjut Justin yang sudah membukakan pintu penumpang depan mobilnya.
"Bagaimana kalau makan malam di restaurant?" Tanya Katie ketika dirinya menuruti perintah Justin untuk masuk ke dalam mobil.
"Restaurant?" Ulang Justin yang kepalanya ikut masuk dan menunduk ke arah Katie.
"Hmm. Tempat dulu aku bekerja. Sudah lama tidak bertemu Ginny, Nick dan Joe." Jawab Katie lagi.
"Ok baby." Patuh Justin dengan satu kecupan kilat pada bibir Katie. "Sudah cukup nyaman?" Tanya Justin ketika dirinya selesai memundurkan kursi duduk Katie. Sebelum turun tadi Justin sempat melihat istrinya yang bersiap mengubah pengaturan kursi, tetapi karena terlalu bersemangat melihat bangunan rumah incarannya, Katie melupakan niatnya untuk memundurkan kursi dan malah melangkah riang keluar dari mobil.
"Sudah, terima kasih." Balas Katie dengan gerakan tangan meminta Justin mendekat.
"Ku berikan satu ciuman untuk suami terbaikku." Lanjut Katie sebelum mendaratkan lumatan pada bibir Justin yang terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
FanfictionJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.