The third

884 181 35
                                    

AYO KITA HYPE PRE-COMEBACKNYA RED VELVET BARENG-BARENG!! AKHIRNYA PENANTIAN SETELAH 2 TAHUN LAMANYA, KITA DAPAT SIGN COMEBACKNYA JUGA HUHUHU

* * * * *

Dua hari. Katie hanya mampu bertahan dua hari berlagak sebagai pasangan yang tak mengetahui apapun. Hanya dua hari Katie mampu menahan rasa penasaran juga gundah dan takut yang bukannya mereda malah semakin menjadi.

Padahal Justin masih bersikap seperti biasanya. Pria itu masih mencintai Katie seperti hari-hari sebelumnya. Pria itu tak berubah sedikitpun. Hanya Katie yang melihat Justin sudah tak lagi sama. Inginnya mengabaikan, kilatan gambar yang ia lihat pada ponsel perempuan di koridor itu selalu muncul tiap kali Katie berusaha melupakannya. Di perparah, perempuan itu, perempuan yang memintanya untuk pergi dari jangkauan si suami tak mampu ia temukan keberadaannya untuk ia tanya maksud dan tujuannya mendatangi Katie 7 hari lalu. Di kampus bahkan di sekitar rumahnya, Katie tak menemukan si perempuan. Informasi di kampuspun mengatakan jika tak ada ciri-ciri mahasiswi yang Katie sebutkan—dengan bantuan cctv, perempuan itu seolah hilang. Pergi tak menyisakan apapun kecuali cuplikan singkat di cctv koridor.

"Sayang." Panggilan Justin dari luar kamar mandi berhasil melepaskan kendali Katie pada gelas kaca di tangannya. Bunyi benturan dan pecahan beling menarik paksa Justin untuk masuk menerobos pintu yang untungnya tak terkunci.

"Jangan mendekat!" Geram Justin ketika Katie berusaha membereskan kekacauan yang ia buat.

"Pelayan yang akan membereskannya." Lanjut Justin masih dengan geraman tertahan di ujung lidahnya.

Menyodorkan tangannya ke arah Katie, perempuan itu membutuhkan waktu selama beberapa saat sebelum menerimanya.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanya Justin dengan tatapan mata menyelidik. "Kenapa gelas itu sampai jatuh?"

"Aku terkejut." Balas Katie singkat.

"Terkejut?" Tanya Justin dengan kernyitan kentara di dahinya. "Kau sedang melamun di dalam sana?"

"Hmm." Gumaman Katie terdengar sebagai jawaban.

"Kenapa?" Desak Justin yang sebenarnya mengetahui perubahan-perubahan Katie selama satu minggu belakangan ini. Tepatnya setelah hari dimana ia mendatangi alamat si pengirim paket. Tapi Justin tak ingin menciptakan imajinasi baru di otak Katie, karena itu ia mengabaikannya dan berperilaku seperti biasa. Seolah memang tak terjadi apapun.

"Hanya memikirkan banyaknya tugas yang harus aku selesaikan."

Justin, yang tentu tahu jawaban kebohongan dari mulut Katie berusaha menahan dirinya. Baru saja Justin menurunkan kepalanya untuk mencapai bibir si istri, Katie sudah lebih dulu beranjak dari sisi ranjang dan berjalan ke arah pintu kamar mereka.

"Aku yang akan menyiapkan makan malam." Ujar Katie. "Sudah lama aku tidak memasak." Sambungnya lagi sebelum melanjutkan langkah keluar dari kamar.

Mendengus marah, Justin ikut melangkahkan kakinya ke arah pintu. Bukan— bukan untuk mengikuti Katie, tetapi ia berniat mendatangi Sam. Si pelayan yang sudah mengambil sumpah di atas perjanjian darahnya akan selalu melindungi Katie apapun yang terjadi. Dari dirinya sendiri ataupun orang lain.

"Yes, sir!" Sam yang selalu bersiaga di satu ruang lain dekat lorong pintu berdiri gesit ketika Justin berdiri di ujung pintu ruangannya.

"Apa yang istriku lakukan di luar hari ini?"

"Berkuliah seperti biasa dan tidak terlambat kembali ke mobil." Jawab Sam tegas.

"Apa dia bertemu dengan temannya?" Tanya Justin lagi.

end | The Day ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang