Katie menghembuskan nafas lega ketika Louis memberikan sebuah kunci kearahnya.
"Supirku akan membawamu ke salah satu rumah yang belum terdaftar ke list kekayaanku karena baru aku beli beberapa hari lalu."
Katie mengangkat tangan kanannya ke atas meja dan mengenggam kunci yang diserahkan padanya itu dengan erat.
"Aku tak tahu sampai kapan bisa membantumu jika kebenaran tentang suamimu memang benar, nak." Ujar Louis. "Aku hanya mendoakan yang terbaik untukmu." Lanjutnya sebelum bangkit berdiri.
"Supirku sudah menunggu di pintu luar tangga darurat." Ujar Louis. "Seharusnya orang-orang itu tak bisa masuk jika tak memiliki izin dari kepolisian setempat karena tempatku tak pernah memiliki masalah."
"Aku akan mengantarmu."
Mengikuti gerakan Louis, Katie bangkit dan mengekori pria paruh baya yang tetap enggan ia sapa Ayah patuh.
"Tuan, beberapa pria meminta untuk bertemu dengan anda di bawah." Rose menyapa ketika Katie dan Louis berhasil melangkah keluar dari dalam ruangan. "Mereka menunjukkan lencana." Lanjut Rose yang mendapatkan raut terkejut dari Louis dan Katie.
"Suruh mereka menunggu." Balas Louis cepat sebelum menoleh ke arah Katie. "Cepat turun dari tangga sana. Setelah sampai di lantai satu, belok kiri dari pintu tangga dan tak jauh dari sana ada satu pintu keluar gedung. Sudah ada mobil yang menunggumu." Sambungnya dan mendapatkan anggukan patuh dari Katie yang masih menemteng dua buah paper bag di tangannya.
"Terima kasih." Gumam Katie sebelum memutar kaki dan berlari gesit ke arah pintu yang ditunjuk Louis sebagai akses tangga darurat.
Membawa langkahnya dengan derap cepat menuruni tangga, Katie tak menghentikan laju tergesanya ketika berhasil sampai di lantai satu gedung galeri seni milik Louis.
Berbelok kekiri mengikuti arahan Louis, Katie menemukan satu pintu yang ia yakini sebagai pintu keluar dan mendorongnya penuh tenaga. Satu pria yang sepertinya berada diusia yang sama seperti Louis sudah menunggunya bersama dengan satu buah mobil yang tidak mencolok.
"Miss Hiller?"
"Ya, paman." Balas Katie dengan dada yang berdebar. Efek dari lari yang ia lakukan juga adrenalin yang tiba-tiba menggebu ketika mengetahui orang suruhan Justin sudah kembali menemukannya dengan mudah.
"Silahkan masuk. Saya akan mengantar anda ke kediaman Mr. Russian." Ucap si pria paruh baya mempersilahkan Katie masuk ke kursi penumpang belakang.
"Terima kasih."
Lalu mobil yang ditumpangi Katie melaju keluar dari gang samping galeri seni milik Louis.
Katie yang sempat melihat dua mobil patroli polisi serta satu suv hitam di pelataran parkir depan galeri dengan segera membawa tubuhnya berbaring untuk menyembunyikan diri. Bercampur antara panik juga takut, Katie kambali merasakan perutnya bergejolak tak nyaman.
"Please, jangan lihat aku.." Rapal Katie pelan.
Bermenit-menit terlewat, Katie masih mempertahankan posisi berbaring miringnya. Terlalu ragu untuk menegakkan tubuhnya karena ia berpikir bisa saja Justin juga menempatkan lebih banyak orang berbadan besar di jalanan.
"Sudah tidak ada, Miss Hiller." Suara berat dari kursi kemudi menarik kepala Katie mendongak perlahan.
Mengerjapkan matanya menunjukkan keraguan, Katie menarik tubuh depannya bangkit perlahan dengan kedua mata yang cermat memperhatikan sekitar.
"Anda baik-baik saja Miss?" Si pengemudi kembali melemparkan tanya. "Wajah anda pucat."
Senyuman Katie berikan sebagai awal jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
FanfictionJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.