Siang hari yang di janjikan Justin sudah terlewat. Hari ini adalah hari ketiga sejak Katie menapakkan kembali kakinya di rumah. Dan selama tiga hari itu pula Katie hanya berdiam diri di kamar. Tidak melakukan apapun selain menonton televisi, makan, tidur ataupun menyelesaikan urusan kamar kecilnya. Dan sejak tiga hari itu pula infus yang menjadi penopang nambahan cairan di tubuh Katie tak di lepaskan.
Omong-omong Justin tak pernah meninggalkan Katie beranjak keluar dari kediamannya yang luas. Si pria hanya meminta izin pada Katie ketika harus berkunjung ke ruang bawah miliknya. Selain itu si pria tak pernah pergi kemanapum. Kecuali, hari ini.
"Nyonya Katie sudah jauh lebih baik. Kondisinya juga sudah stabil." Seorang dokter perempuan berwajah oriental menjelaskan kondisi terkini Katie dengan tangan yang ikut bergerak gesit dan lembut melepaskan selang infusan yang terpasang di punggung tangan Katie.
"Ok. Terima kasih." Ujar Justin pada si dokter yang kini tengah merapikan peralatannya.
"Berjalan-jalan ringan serta menghirup udara pagi cukup baik untuk mempercepat penyembuhan diri." Justin sekali lagi memberikan anggukan. "Tolong setelah ini terus pantau asupan Nyonya, Tuan. Dan lagi, jangan membuatnya memikirkan banyak hal yang bisa menyebabkan nafsu makannya menurun. Mengingat anda dan Nyonya ingin memulai program bayi."
Katie yang sejak tadi memilih untuk menutup rapat mulutnya terus berusaha menahan diri agar tidak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang berputar di benaknya. Ia penasaran. Amat sebenarnya. Walaupun dokter sudah memberitahukan keadaan dirinya, Katie ingin menanyakan apa benar dirinya tidak hamil. Katie merasa ragu karena hatinya mengatakan jika dirinya benar hamil. Tetapi karena terlalu malas membuka mulut— karena keberadaan Justin, Katie akhirnya memilih untuk tetap merapatkan mulut sepanjang pemeriksaan berlangsung.
"Kalau begitu, aku permisi. Selamat siang." Pamit si dokter yang diangguki oleh Justin. Dan tanpa menunjukkan keramahtamahan, Justin malah membawa tubuhnya duduk di pinggiran ranjang dengan tatapan memaku lurus ke arah Katie, mengabaikan kepergian si dokter yang seharusnya ia antarkan sampai ke depan pintu, harusnya seperti itu.
"Kau sudah mendengar saran dari dokter, kan?" Ujar Justin. "Dan itu artinya kau tidak diperbolehkan untuk memikirkan hal-hal lain yang tidak penting, sayang."
Masih berpegang teguh pada keinginan untuk memuaskan egonya mengabaikan Justin, Katie mengganti posisi berbaringnya menjadi membelakangi si pria.
Lagi-lagi helaan nafas gusar terdengar nyaring dari sela mulut Justin.
"Ingin makan siang di ruang makan?" Justin kembali mengajukan tanya. "Dokter merekomendasikan agar kau berjalan-jalan bukan?"
Dan kau sebut makan siang di ruang makan sama seperti jalan-jalan? Yang benar saja. Balas Katie di dalam hatinya.
Setelah 2 menit terlewati dalam kebisuan, helaan nafas lelah terdengar dengan ranjang yang bergerak karena Justin bangkit dari duduknya.
"Aku akan meminta Diana menyiapkan makan siang secepatnya."
Menunduk guna mencapai pelipis si perempuan, Justin memberikan satu kecupan lembut disana sebelum beranjak keluar kamar. Hal yang selalu ia lakukan ketika dirinya diharuskan keluar dari kamar. Entah untuk urusan pekerjaan atau meminta pelayan untuk menyiapkan keperluan Katie.
Lima detik menunggu, tepatnya ketika suara pintu yang tertutup terdengar, Katie bangkit dari posisi baringannya. Terdiam selama beberapa detik memandangi pintu jati kamar miliknya, Katie dengan gerakan perlahan menurunkan kakinya satu persatu dari atas ranjang. Sejak membuka mata tadi, Katie memang berniat untuk mandi. Sudah 3 hari ia tak menyentuh air—untuk mandi. Dan dirinya berniat mencabut paksa jalan infus yang terpasang di punggung tangannya jika sampai pada siang hari belum juga di cabut. Tetapi ternyata Tuhan mendengarkan keributan di dalam hati dan otaknya. Walaupun tak merasa gerah atau lengket karena pendingin dan sirkulasi udari di kamar dibuat senyaman dan sesejuk mungkin, Katie tetap merasa tidak nyaman tidak merasakan air mengguyuri tubuhnya selama tiga hari. Apalagi kasusnya bukan karena kekeringan, sudah pasti Katie tak akan menyia-nyiakan air yang ada.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
FanfictionJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.