More than enough

863 187 22
                                    

Katie memandangi berbagai macam senjata di dinding-dinding yang membatasi ruang bawah dengan lebar cukup luas. Saliva ia telan dengan senyum getir yang kentara. Penjelasan singkat dan padat dari Justin tak mampu masuk ke dalam otaknya dengan benar secara keseluruhan. Yang mampu Katie tangkap hanya selain menjadi arsitek, Justin memiliki beberapa persen saham di salah satu perusahaan pemasok alat pertahanan kemiliteran di Waltham, Massachusetts.

"Aku minta maaf. Kejadian pengiriman itu akan menjadi kali terakhir aku membiarkan mereka mendekatimu, sayang." Turur Justin setelah penjelasan pekerjaan lain miliknya tak mendapatkan respon apapun dari Katie. "Lalu mengenai Robert. Dia adalah salah satu rekan kerja di sana."

Katie membawa kepalanya mendongak agar mampu bersitatap dengan si pria.

"Dia hanya rekan kerja yang tidak dekat denganku."

"Lalu kenapa kau seolah menyembunyikanku?" Balas Katie dengan satu senyuman simpul diujung bibir kanannya. "Apa kau benar men—"

"Karena mereka tidak penting!" Jawab Justin cepat. "Aku hanya ingin kau merasa aman. Dan salah satu cara yang aku lakukan adalah aku menjauhkanmu dari lingkungan kerjaku yang lain."

Katie menjauhkan tatapannya dari kedua manik Justin yang sarat kejujuran. Dadanya terasa lebih sakit. Entah karena apa, tetapi Katie merasakan perasaan sesak di relung dadanya.

"Keberadaan Sam dan Diana hanya karena aku merasa aman seperti itu, sayang. Aku tak ingin kau di celakai."

"Kenapa sampai sejauh itu?" Balas Katie tanpa berniat melihat si pria. "Kenapa bersusah payah memanggil orang lain hanya untuk melindungiku?"

"Jika benar kau hanya pemilik saham, kenapa merasa risau berlebih, Justin?" Sambung Katie dengan wajah yang kembali ia arahkan pada Justin.

"Jangan memanggilku Jus—"

"Bukan itu yang terpenting." Potong Katie tegas. "Yang aku tanyakan kenapa semua terasa berlebihan?"

"Karena banyak kompetitor yang berniat menghabisiku, sayang." Jawab Justin tenang. "Karena kau istriku, sama artinya mereka dapat membunuhku dengan mudah melalui dirimu. Dengan cara melukaimu."

Justin meraih kedua tangan Katie dan mengenggamnya erat. "Aku hanya ingin yang terbaik untukmu. Termasuk soal keamanan dan keselamatanmu, sayang. Aku tak ingin menyesal."

"Bekerja di perusahaan yang memproduksi senjata, bukan hal mudah. Banyak oknum yang berniat mencelakai kami untuk membuat nilai perusahaan turun dan mengambil alih pelanggan kami. Dan karena aku termasuk dalam kelompok yang memiliki saham, mereka menargetkanku agar perusahaan menjadi goyah hingga kompetitor dapat menikmati hasil kerugian kami." Jelas Justin dengan suara yang meyakinkan. "Semua perusahaan begitu sayang. Mereka saling menyerang agar manjadi pemenang."

Katie menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku tak mengerti."

"Baby.."

Katie melepaskan genggaman tangan Justin pada kedua tangannya.

"Aku lelah." Ujar Katie sebelum membawa kaki dan tubuhnya memutar dan berjalan ke arah pintu yang berhadapan langsung dengan tangga menuju lantai rumahnya.

Rumah yang mereka tempati memang hanya berjumlah satu lantai. Tetapi ada satu ruang bawah yang lumayan besar yang sudah di bersihkan dan rapikan Justin. Katie memang tahu ada satu pintu berisi tangga ke bawah. Pada awalnya si perempuan hanya berpikir jika ruang bawah itu gudang. Tetapi setelah mencoba membukanya, Katie malah mendapati pintu di ruang bawah itu tertutup rapat. Dan setelah mengkonfirmasi pada Justin, suaminya itu berkata jika pintunya memang sudah dari awal tertutup dan Justin tidak berniat menggunakannya karena masih banyak ruangan lain yang bisa digunakan.

end | The Day ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang