You can run

833 173 32
                                    

Nick, Joe dan Ginny yang berdiri di depan Katie melemparkan tatapan penuh kepedulian padanya secara serempak. Bahkan Nick sudah memberikan pelukan erat dan tepukan penuh kasih sayang pada puncak kepala Katie beberapa saat lalu sebagai salam perpisahan.

"Beri aku kabar." Pinta Ginny dengan suara bergetar. "Kalau butuh sesuatu, cepat telepon aku."

"Ya Ginny. Terima kasih." Ujar Katie sebelum memberikan satu lagi pelukan sebagai salam perpisahan.

"Terima kasih banyak Nick." Lanjut Katie pada Nick sebelum memutar tubuhnya dan kembali masuk ke dalam mobil. Dan mobil berjalan meninggalkan Nick dan Ginny— yang masih belum merasa lelah melambaikan tangannya ke arah mobil.

Rencananya memang Katie hanya akan diantar oleh Joe sampai di kamar sewa—yang sudah di pesankan oleh relasi bisnis keluarga Ginny yang jaraknya lumayan jauh dari kawasan middle sex. Lalu setelah beberapa hari bersembunyi, Katie akan melanjutkan perjalanan ke tempat Ayahnya. Alasan Katie memilih Ayahnya—yang enggan ia sebut Ayah sebagai tempat bernaung karena Justin tak mengetahui perihal Ayahnya. Bahkan Ginny pun tak mengetahuinya. Jadi opsi paling aman ialah pergi ke tempat Ayahnya.

"Kau harus cepat mengabarkan aku atau yang lain jika terjadi sesuatu atau kau butuh bantuan Katie." Ujar Joe diantara keheningan di dalam mobil yang ia kendarai. "Kartumu sudah kau buang. Ponselpun tak kau bawa. Aku berharap secepatnya kau mengabariku atau yang lain mengenai keadaanmu dan secepatnya mengabarkan kapan kami harus menjemputmu kembali."

"Tapi aku sudah mengambil cukup banyak uang di pom bensin tadi." Balas Katie yang berusaha menenangkan Joe. Memang sebelum menurunkan Ginny dan Nick di kediaman Ginny, Joe sudah berhenti sejenak si pom bensin yang cukup jauh dari perumahan Katie ataupun rumah sewa yang akan Katie tempati untuk mengaburkan jejak si perempuan. Nick juga sudah mengusulkan agar Katie segera mengambil uang dengan nominal besar untuk pelariannya saat ini karena si perempuan menolak bantuan uang dari dirinya atau dua yang lain.

"Kalau kau kekurangan uang, segera hubungi aku. Kau sudah menulis dan menyimpan nomor ponselku dan yang lain kan?"

"Ya Joe, aku sudah menyimpan memo berisi nomor milikmu dan yang lain."

Joe kembali menolehkan sekilas kepalanya pada Katie yang ternyata tengah memandangnya lurus.

"Thanks, Joe."

Senyuman lebar dan tulus Joe berikan sebagai balasan.

Lalu tiga puluh tujuh menit terlewati, disinilah Katie saat ini. Menatap satu kamar tak terlalu luas yang rencananya akan ia tempati selama tujuh sampai sepuluh hari.

Melangkah kearah ranjang dengan satu paper bag berisi dua potong pakaian lengkap dan satu paper bag berisi bahan makanan instan dan mudah dibuat, Katie mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Kamar sewa ini tak terlalu buruk sebenarnya, malah menurut Katie terlihat amat nyaman. Tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil. Persis seperti apartemen kecilnya sebelum menikah dengan Justin.

Mendudukan bokongnya di pinggiran ranjang yang mengisi ruang yang ia sewa, Katie menurunkan pandangannya ke arah kakinya yang terbalut perban, hasil karya kilat Ginny di mobil tadi.

"Yang harus aku lakukan sekarang adalah memikirkan bagaimana caranya menggugatan cerai Justin." Ujar Katie pelan setelah berpuas diri menatapi perbannya.

Rencananya selama empat sampai tujuh hari tinggal di rumah sewa ini adalah Katie akan mengurus semua hal yang bisa ia kerjakan untuk perpisahannya dengan Justin. Walaupun ia yakin, tak banyak yang bisa ia lakukan karena semua berkas yang berhubungan dengan legalitas pernikahannya tertinggal di rumah. Katie awalnya tak memikirkan opsi berpisah. Tetapi setelah perbincangan di mobil tadi dengan ketiga temannya, Katie menyadari fakta jika memang ia benar ingin terlepas dari Justin, berarti Katie harus berpisah alias bercerai dengan Justin.

end | The Day ComeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang