Katie yang tengah menikmati acara tontonan televisi di depan sana menoleh kaget ketika suara debaman teredam terdengar dari arah ruangan depan. Tak berbeda jauh dari Katie, dua pria berwajah asing serta Sam yang berdiri beberapa meter di belakang Katie ikut menolehkan kepala kompak ke asal suara. Bedanya hanya pada raut wajah yang mereka menampilkan. Siaga. Raut itulah yang sempat Katie lihat di wajah salah satu dari dua pria asing yang bergegas menghampiri asal debaman ketika Sam memberikan tanda.
"Tolong tetap berada di dekat saya." Sam, yang tubuhnya semakin merapat pada Katie berujar datar dengan tatapan mata masih bergerak siaga ke berbagai sudut ruangan. Ruangan yang Katie tempati kali ini memang ruang keluarga, tepat dimana pukul 1 tadi ia mengintip ke arah Justin diluar sana. Dan saat ini, saat suara debaman itu kembali terdengar, jam sudah menunjuk angka 4. Angka jam dimana seharusnya Justin sudah kembali.
Bunyi kembali terdengar. Kali ini bukan hanya bunyi benturan samar. Suaranya cukup jelas dan kencang hingga Katie dapat menyimpulkan jika sumber suara itu kemungkinan besar berasal dari bunyi tubuh yang dibanting akibat perkelahian.
Perkelahian? Ulang Katie di dalam hati.
"Sam, apa semua baik-baik saja?" Tanya Katie cepat dan tak berusaha menutupi ketakutannya ketika ia melemparkan tanya pada Samuel.
"Tidak dalam keadaan baik-baik sajapun, saya akan memastikan Nyonya selalu dalam keadaan baik." Jawab Sam tegas. Membuat Katie terperangah selama beberapa saat karena merasa terpesona. Saat memberikan jawaban, postur tubuh dan wajah Sam benar-benar menunjukkan maksud dari kalimatnya. Bukan hanya kalimat penuh dusta yang tak akan ditepati. Tetapi Katie dapat melihat janji dan sumpah dalam kalimat Sam seperti ketika dirinya melihat Justin yang mengatakan tak akan pernah melepaskan atau membuatnya celaka.
Langkah tergesa dan berat dari satu-satunya pria berwajah asing yang tersisa berhasil mengembalikan Katie dari lamunan singkatnya.
"Silahkan ikuti kami, Nyonya."
Kini bukan hanya Sam, si pria bersenjata lengkah itu juga turut berdiri di depan Katie yang sudah diarahkan ke lorong menuju kamar. Satu-satunya tempat teraman selain ruang bawah kediaman Justin. Katie tak mengetahui apapun perihal keamanan yang Justin pasang di dalam kamarnya. Pintu anti peluru dan bom sudah Justin pasangkan ketika ia mendapatkan persetujuan pembelian bangunan yang kini menjadi kediamannya. Bahkan dinding yang mengitari kamar Katie sudah Justin tambahkan ketebalannya agar bisa menghalau segala jenis peluru sniper. Termasuk pula kaliber 12.7mm yang mampu menembus dinding setebal 15cm. Dapat disimpulkan bukan seberapa banyak Justin menambahkan tebal dinding yang mengelilingi kamarnya? Jadi cara tercepat untuk menghancurkan kamar milik Justin dan Katie ialah menggunakan alat berat atau bom.
"Ada apa sebenarnya?" Katie yang tak ingin lagi menahan keingintahuannya melontarkan tanya ketika mereka berhasil masuk ke dalam kamar setelah Sam mengunci pintu yang menjadi akses utama kamar.
"Kemungkinan besar salah satu pesuruh dari target operasi Tuan Justin." Jawab Sam jujur. Justin memang sudah berpesan agar menjawab jujur pertanyaan-pertanyaan mudah yang Katie ajukan. Dan menanyakan apa yang tengah terjadi saat ini termasuk dalam kategori mudah menurut Sam.
"Kenapa dia kesini?" Tanya Katie heran.
"Karena anda berada disini, Nyonya." Jawab Sam lagi.
"Apa hubungannya denganku?" Sam dan si pria asing menoleh kompak ke arah Katie dengan kening yang berkerut dalam.
"Oke, aku memang istrinya." Sangkal Katie cepat ketika melihat tatapan membola terkejut dari Sam dan si pria asing. "Lalu kenapa?" Lanjut Katie bertanya.
Gedoran kencang dan tak sabar dari pintu kamar membatalkan niat kedua pria itu memberikan jawaban. Mereka dengan tanggap menarik lembut Katie ke sudut ruang teraman dari jangkauan pintu jika berhasil terbuka nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
FanfictionJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.