Katie menatap lurus pada tiga pria yang berdiri dalam satu baris dengan raut wajah yang terbentuk kaku. Sudah terlewat 2 menit, tetapi Katie belum juga puas menatapi tajam ketiga pria yang hanya bisa pasrah berdiam diri dan menutup mulut rapat karena Justin sudah lebih dulu mengancam dua kawan lainnya untuk menuruti semua yang Katie katakan. Ya, tiga pria yang tengah menunggu putusan hukuman itu ialah Justin, Edward dan Marco. Sebenarnya yang harus dihukum hanya Justin, tetapi Edward dan Marco terpaksa di tarik ikut serta karena Katie menagih janji si pria untuk mempertemukan dan berbincang dengan Edward serta Marco— perihal rencana yang sempat Justin singgung singkat tiga hari lalu, sebelum di angkat keluar dari dalam lemari.
Ya, kabar baik dari segala kericuhan yang terjadi, Katie dalam keadaan baik-baik saja. Si perempuan mampu bertahan disisa kesadarannya walaupun bagian perutnya terasa menyiksa.
Saat ini Katie tengah duduk bersandar nyaman disalah satu kamar tamu di kediamannya. Kamar miliknya terlalu berantakan hingga Justin memilih kamar lain untuk mengistirahatkan Katie. Dokter juga sudah Justin panggil beberapa jam lalu, dan untungnya tidak terjadi hal yang serius. Katie hanya terlalu tegang karena adrenalin yang mengalir di nadinya. Sungguh keberuntungan Katie masih dalam keadaan sehat dan utuh setelah kericuhan serta keributan terjadi tanpa ampun di sekitarnya.
"Jadi kalian bersekongkol?"
"Aku tidak ikut serta!" Edwardlah yang menjawab super cepat pertanyaan pembuka dari Katie setelah keterdiamannya. "Hanya Justin dan Marco. Aku tidak ikut karena menurutku rencana Justin murahan dan payah." Lanjut Edward menjelaskan alasan ketidakikutsertaannya.
"Siapa yang mengajukan ide?" Tanya Katie lagi. Entahlah. Katie merasa amat heran dengan dirinya sendiri. Mengapa saat ini dirinya bisa bersikap santai dan tenang menghadapi Justin. Padahal seharusnya ia masih merasa murka atau tidak, sedikit marah. Tetapi yang terjadi pada Katie malah sebaliknya. Ia lega ketika Justin membuka pintu lemari pakaian gantung itu dengan tampilan tanpa kekurangan. Tubuhnya masih lengkap tanpa satupun bagian hilang. Hanya sedikit memar di kepalan tangannya serta dua goresan luka—tanpa darah kecil di lehernya. Selebihnya, Justin sesempurna biasanya.
"Marco." Jawab Justin.
"Aku?! Kau mengkhianatiku man! Aku sudah membantumu! Inikah balasanmu?!"
"Berisik!" Seru Justin dan Edward bersamaan.
"Aku mengikuti saran Marco karena ia bilang kau terlihat tidak sama seperti teman-teman perempuannya." Justin melanjutkan penjelasannya. "Karena aku tak memiliki rencana lain, aku mengikuti sarannya."
"Hey! Teman-teman perempuanmu juga begitu! Bukan punyaku saja!" Sela Marco tak terima. Dan di detik selanjutnya, Justin berhasil memberikan tendangan kencang di bagian betis si pria ketika matanya menemukan tatapan tajam dari kedua mata Katie.
"Teman-teman perempuan?"
Nah.
Justin ingin sekali menguliti Marco dan membakarnya dengan kompor listrik dua tungku agar pria bermulut besar itu merasakan penyiksaan yang panjang sebelum kematiannya.
"Ya teman, sayang. Hanya teman. Tidak lebih." Jawab Justin tanpa menambahkan penjelasan lain untuk menyangkal.
"Teman berbagi ranjang maksudmu?" Tembak Katie yang berhasil menciptakan tawa riuh dari Edward dan Marco.
Kedua kawan Justin itu merasa amat beruntung mendapatkan siaran langsung Justin yang tengah di ospek oleh istrinya itu. Sungguh tontonan yang tak akan pernah mereka sia-siakan dan akan selalu mereka kenang—juga gunakan untuk mengingat kejatuhan seorang Justin Clark.
"Seperti Wendy, kan?" Lanjut Katie lagi yang tak memperdulikan wajah tersiksa Justin. Hilang sudah topeng menyeramkan si pria. Yang kali ini tertampilkan hanya raut gusar serta takut yang kentara.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
FanfictionJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.