Justin duduk dengan posisi bersandar di sofa single yang sudah dipindahkan Sam berdekatan dengan ranjangnya. Ya, kalian tak salah membaca. Katie berhasil Justin bawa kembali pulang. Setelah Katie jatuh tak sadarkan diri di pintu kediaman Louis, Justin memang secepat mungkin membawa Katie kembali ke rumahnya. Tempat teraman di banding tempat lain di dunia ini— menurut Justin.
Mata si pria yang masih tertampil tajam menatap lurus ke arah wajah Katie yang sudah tak sepucat sebelumnya.
Sedikit turun dari wajahnya, Justin menatap lama satu infus yang tertancap dalam di punggung tangan kiri Katie sejak kemarin sore. Istrinya itu terpaksa di berikan cairan dari luar karena dokter menyatakan jika Katie mengalami dehidrasi ringan. Bahkan dokter juga memberikan sedikit penenang setelah mendengar singkat penyebab istrinya tak sadarkan diri. Karena itu, sampai pada pagi hari berikutnya Katie belum juga terbangun. Kombinasi antara lelah fisik dan mental, Katie tenggelam tenang di alam mimpinya.
"Kau menggemaskan." Ujar Justin dengan senyuman cerah di kedua sudut bibirnya. Sama cerahnya dengan kamar yang mereka tempati. Katie memang memasang warna bernuansa soft menggantikan warna abu-abu dan cokelat monoton si pemilik rumah sebelumnya.
Omong-omong kamar Justin dan Katie sudah kembali seperti semula. Rapi, bersih, tertara rapi dan lengkap dengan pajangan yang tidak pecah. Diana memang secepat mungkin memperbaiki kamar si Tuan dan Nyonya ketika Justin beranjak keluar dari sana.
"..dan membuat aku semakin mencintaimu." Lanjut Justin bermonolog. Kali ini dengan telapan tangan besarnya yang ikut mengusap lembut rambut Katie yang tergerai lurus.
Kabar tidak gembira. Katie ternyata tidak mengandung. Apa yang Justin simpulkan dini hari tadi tidak menjadi kenyataan. Istrinya tidak mengandung. Dokter yang memeriksa keadaan istrinya memang mengatakan adanya kemungkinan di dalam perut Katie tengah berkembangnya embrio. Dan kemungkinannya pun kecil. Melalui pengecekan kemarin, Dokter tak menemukan apapun. Ditambah jika perhitungannya benar, seharusnya jika betul tengah mengandung, tes yang keluar akan menunjukkan tanda positif karena Katie sudah terlambat lima minggu dari perhitungan tanggal terakhir datang bulannya. Tetapi walaupun begitu Justin tidak bersedih. Yang menjadi kebahagiaannya hanya bersumber dari Katie seorang. Tidak bergantung pada ada atau tidaknya buah hati. Lagipula mereka masih terlalu muda. Justin masih menginginkan hari-harinya hanya diisi oleh Katie.
Ketukan di pintu menghentikan gerakan mengusap Justin.
Bangkit dan mendekati pintu dengan langkah lebar, Sam yang raut wajahnya kaku menundukkan singkat kepalanya sebagai tanda hormat.
"Tuan Harlie dan Nyonya Bella datang, Tuan."
Dengusan jengkel Justin keluarkan sebagai respon awal.
"Tunggu disini. Pasang telingamu dengan benar." Perintah Justin. "Segera panggil aku jika kau mendengar suara."
"Siap." Patuh Sam dengan anggukan sigap.
Menarik kenop pintu kamarnya, Justin melanjutkan langkah lebarnya menuju ruang dimana ia yakini ada kedua orangnya disana.
"Jei.." Harlie yang duduk di sofa single melemparkan sapaan dengan smirk menyebalkan yang mampu menyulut Justin dengan cepat.
"Berhenti, Harlie!" Sela Bella cepat yang sudah bangkit dan menyambut Justin ke dalam pelukannya. "Ayahmu memang bajingan." Lanjut Bella dengan nada bengis yang tak ditutupi.
"Aku mendengar kabar tak mengenakkan." Bella yang membuka. "Katie sudah baik-baik saja?"
"Ya." Justin menjawab dengan satu kata singkat.
"Sudah sering kubilang. Berhenti." Harlie dengan nada suara yang tajam menyela. "Kau selalu mengabaikan peringatan yang aku berikan."
Bukannya menjawab, Justin malah memberikan dengusan sebagai respon dari kalimat Harlie.
KAMU SEDANG MEMBACA
end | The Day Come
Fiksi PenggemarJustin mencintai Katie. Dulu, sekarang atau yang akan datang. Justin tak akan pernah melepaskan Katie.