Runa mematut dirinya di depan cermin, ia memeriksa penampilannya berulang kali untuk memastikan apakah ada yang aneh atau tidak. Vina yang melihat itu sampai bosan, padahal penampilan Runa sudah cukup rapi tapi tetap saja sahabatnya itu tidak mempercayai ucapannya.
"Vin penampilan gue beneran bagus kan? Nggak ada yang aneh kan?"
Runa merapikan bagian bawah dress hitam yang ia pakai. Ia memakai stiletto berwarna cream dan clutch hitam sebagai pelengkap penampilannya malam ini. Rambutnya ia biarkan tergerai dengan curly di bagian ujungnya saja.
Vina memutar bola matanya malas. Lagi dan lagi Runa menanyakan hal yang sama. Mungkin sahabatnya itu sudah menanyainya sebanyak lima kali sejak tadi.
"Udah Run. Penampilan lo udah sopan, udah pantes dipakai buat ketemu camer," jawab Vina malas.
"Camer apaan sih. Orang makan malam biasa kok," jawab Runa.
"Udah deh mending lo keluar terus nunggu Arkan jemput lo." Vina menarik Runa agar segera keluar dari kamarnya.
"Vina. Gue belum selesai ngaca tadi."
"Udah, nggak perlu. Kaca lo lama-lama bisa pecah karena bosan lihat lo yang nggak jelas dari tadi."
Runa cemberut mendengar jawaban Vina, ia akhirnya memilih duduk di sofa ruang tamu sambil menunggu Arkan datang.
***
Runa menautkan kedua jarinya dengan gugup. Ia sekarang sudah berada di dalam mobil Arkan yang akan membawa mereka menuju restoran untuk makan malam. Runa sendiri tidak tahu mereka akan pergi ke restoran mana. Ia hanya bisa pasrah mengikuti kemana Arkan membawanya pergi.
Runa menarik napasnya dalam lalu menghembuskannya perlahan. Ini pengalaman pertamanya bertemu dengan orang tua laki-laki yang dekat dengannya. Selama ini bukan berarti ia tidak pernah berpacaran. Tentu saja ia pernah. Tapi terakhir kali Runa pacaran saat SMA dulu dan itu sudah lama sekali sekitar tujuh tahun yang lalu.
Setelahnya ia sudah tidak sempat berpacaran lagi karena kesibukannya sebagai artis. Maka dari itu di usianya sekarang yang menginjak dua puluh empat tahun, Runa baru bisa melakukan hal ini. Runa merasa payah dan sangat terlambat. Banyak teman-temannya yang sudah menikah, tapi ia malah baru bertemu dengan calon mertuanya. Itu juga kalau ia jadi menikah dengan Arkan. Kalau tidak jadi ia akan menjomlo lagi seperti biasa.
"Kamu kenapa?" tanya Arkan yang melihat Runa seperti tidak tenang dari tadi.
"Aku sedikit gugup." Jujur Runa.
"Santai saja, orang tuaku nggak gigit orang kok." Gurau Arkan agar Runa bisa merasa sedikit santai, tapi sepertinya hal itu tidak berhasil. Runa masih saja terlihat tegang sekarang.
Runa menghela napasnya lagi untuk menghilangkan rasa gugupnya. Ia harus bersikap seperti biasa dan tidak perlu memikirkannya secara berlebihan.
***
Mereka sudah sampai di restoran yang Arkan pesankan untuk makan malam mereka. Runa memperhatikan suasana restoran yang terlihat nyaman dengan lampu yang agak remang-remang. Jujur ini pertama kalinya Runa makan di restoran ini.
"Makasih," ujar Runa saat Arkan menarik kursi untuknya.
Arkan sendiri sudah duduk di sampingnya.
"Tunggu sebentar ya, orang tuaku masih di jalan mungkin sebentar lagi mereka akan sampai."
"Iya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Scandal With You
ChickLit"Apa yang baru saja terjadi?" Bisik Runa pelan dengan tatapan menerawang. Ia masih syok dengan kerumunan wartawan tadi, yang melihatnya keluar dari hotel bersama Arkan. "Aku sendiri juga tidak tahu," jawab Arkan yang sama bingungnya dengan situasi...