Part 16 : The Truth

2.1K 313 34
                                    

Seokjin terlelap dalam pelukan Namjoon, sementara Namjoon menatap langit-langit kamar pemuda itu dengan pikiran yang berkecamuk.

Namjoon terbangun beberapa saat lalu karena bermimpi buruk. Dia bermimpi berada di atas kapal sialan itu lagi, mencari Seokjin di antara puing-puing ledakan kapal pesiar. Hanya saja, Namjoon tidak menemukannya di manapun. Dia sudah mencari dan memanggil-manggilnya, tapi Seokjin tak kunjung muncul.

Seokjin tewas.

Namjoon langsung terbangun dengan degup jantung yang berdebar kencang dan menemukan Seokjin yang bergelung di sampingnya dengan nyaman.

Namjoon tidak kehilangan dia. Dia tidak akan pernah ingin kehilangan Seokjin.

Seokjin terlelap begitu pulas dan bernapas dengan teratur. Pemuda itu tentu sangat lelah sejak kasus penculikan itu terjadi dan juga setelah melakukan perjalanan panjang.

Tatapan Namjoon beralih pada sosok dalam pelukannya. Dia selalu ingin memeluk pemuda itu setiap malam dan memandangi wajah tidurnya ketika terbangun di pagi hari.

Ketenangan itu terusik ketika ponsel milik Namjoon berdering pelan. Berdering dari suatu tempat... mungkin di lantai? Namjoon mengenali nada dering itu yang menandakan bahwa dia baru saja menerima pesan.

Mengingat hanya beberapa orang terpilih yang memiliki nomor ponselnya, Namjoon tahu bahwa dia harus segera memeriksa pesan tersebut. Apalagi dengan ancaman yang saat ini sedang mengintai Seokjin.

Dengan perlahan, Namjoon menjauhkan tangan Seokjin yang memeluknya dan turun dari tempat tidur tanpa bersuara.

Saat itu, Namjoon mendengar Seokjin yang menggumamkan namanya di dalam tidurnya.

Dan dia menyukainya ketika Seokjin melakukan hal itu. Entah apa yang Seokjin mimpikan, yang jelas Namjoon merasa bahagia,

Namjoon meraih ponselnya, lantas melangkah keluar dari kamar tidur Seokjin. Dia mengerutkan kening ketika membaca pesan dari Hoseok.

Ada masalah. Hubungi aku. ASAP.

Apa yang tidak menjadi masalah akhir-akhir ini? Mereka bahkan tidak bisa tidur dengan tenang. Namjoon mengusap rahangnya─oke, sepertinya dia harus segera bercukur terutama karena dia tidak ingin melukai kulit lembut Seokjin dengan bakal janggutnya. Namjoon melangkah menjauh dari kamar Seokjin dan segera menghubungi Hoseok.

Pada dering kedua, Hoseok menjawab, "Katakan padaku bahwa kau mengawasi Seokjin."

Tentu saja. Bahkan Namjoon mengawasinya sepanjang malam, "Ya, dia sedang tidur."

"Pantas saja dia tidak membalas pesanku."

"Seokjin telah melewati banyak hal. Dia membutuhkan istirahat."

Di belakang Hoseok, Namjoon bisa mendengar suara-suara lainnya yang begitu berisik, kemudian Hoseok menggeram. "Sabar Taehyung, aku akan memberitahunya!"

Namjoon mencengkeram ponselnya semakin kuat, "Katakan padaku apa yang terjadi?"

"Erlan Yoon pergi."

"Dia sudah bebas? Apakah otoritas setempat membebaskannya?"

"Tidak, maksudku dia melarikan diri. Orang-orang dari otoritas lokal sangat idiot karena dia tidak mengawasinya. Bagaimana bisa mereka kehilangan dia. Beberapa petugas mengawasinya ketika dia pergi ke toilet dan mereka menunggu di luar. Lalu, Erlan menghilang. Dan mereka mengatakan omong kosong itu setelah lima jam. Mereka semua sedang melakukan patroli untuk mencarinya, tetapi instingku mengatakan mereka tidak akan menemukannya. Erlan mempermainkan kita, Bro. Kupikir sejak awal Erlan terlibat dalam kasus ini."

Secreto | NamJin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang