"Agen-agen itu telah mengetahui segalanya."
"Bos, sepertinya rahasia kita telah terbongkar."
Namjoon mengerang pelan saat dia mencoba membuka matanya. Sesaat, dia merasakan rasa sakit di seluruh persendiannya. "Sial... di mana aku?" Gumamnya seraya mencoba menyentak tangannya yang terasa kaku. Tapi—
Kedua tangannya ternyata telah diikat ke masing-masing lengan kursi. Wew, sial. Lalu, Namjoon menunduk dan melihat bahwa kakinya juga diikat ke kaki kursi. Dia menoleh ke belakang lewat bahunya dan melihat dua orang pria tampak sedang berbincang dengan ekspresi wajah yang tegang, "Kalian terlihat sangat sibuk." Ujarnya mencoba untuk memecah fokus mereka. Kemudian tatapannya bertemu dengan salah seorang pria yang sebelumnya pernah Namjoon lihat dalam berkas kasus. Lee Wonho. Namjoon mengulas senyuman tipis, "Hei, aku mengenalmu. Aku melihat fotomu di dalam berkas kasus yang diberikan oleh bosku. Kau adalah Lee Wonho." Namjoon melanjutkan, "Omong-omong, aku turut berduka mengenai kekasihmu yang tewas di Pulau Kokomo." Namjoon menjilat bibirnya dan menelan ludah. Mengapa tenggorokannya terasa sangat sakit dan kering? "Tapi, kudengar kau memiliki simpanan, dan tampaknya kau tidak terlalu berduka atas kematian kekasihmu."
Lee Wonho hanya tersenyum miring lalu menggelengkan kepalanya, "Ternyata kau cukup cerewet." Dia menatap salah satu anak buahnya lalu memberikan instruksi dengan hentakan dagu, "Beri dia pelajaran."
Oh, tunggu, apa?
Tanpa aba-aba, seseorang meraih kerah leher Namjoon dan setelahnya sebuah tinju menghantam rahangnya dengan keras. Rasa sakit dari pukulan itu seketika menjalar dan Namjoon merasakan darah yang mengalir memenuhi lidahnya. Bagus.
Namjoon terkekeh lantas mendongak pada tukang pukul yang kini berdiri di depannya pada ─seorang pria dengan kepala yang botak dan otot-otot yang menonjol. "Pukulanmu agak terasa... lemah. Tidak seperti tukang pukul sungguhan."
Penjaga itu menggeram dan siap kembali melayangkan tinjunya. Namun—
"Tunggu, Matt."
"Ya, Matt." Namjoon meludahkan darah yang memenuhi lidahnya ke dekat sepatu pria itu. "Tunggu dulu."
Wonho melangkah mendekati Namjoon dan mencondongkan tubuhnya. "Sepertinya, agen-agen ISS telah mengetahui banyak hal."
"Oh." Namjoon mengerjap. Memasang ekspresi wajah pura-pura polos. "Kau hanya ingin menanyakan itu? Yeah, kami tahu semuanya." Jawab Namjoon acuh.
Sekarang, wajah Wonho tampak pucat.
"Mereka tahu bahwa kau memiliki hubungan dengan Erlan Yoon. Mereka tahu bahwa kalian bekerja sama untuk merencanakan pembunuhan Chae Hyungwon. Mereka tahu bahwa kau adalah pelaku yang sebenarnya dan harus dijebloskan ke dalam penjara." Pandangan Namjoon beralih pada si tukang pukul bernama Matt. Dia melihat pisau yang berada di pinggang pria itu. "Dan mereka juga sudah mengetahui bahwa tukang pukulmu itu adalah orang yang membunuh Pablo." Pada bagian ini, sebenarnya Namjoon berbohong. Mereka tidak tahu apa pun tentang itu, dia hanya mencoba mengaitkannya saja. "Omong-omong, pekerjaanmu sangat ceroboh, Matt. Kau meninggalkan bukti di mana-mana." Kata Namjoon seraya mendesah kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secreto | NamJin ✓
Aksiyon"Selamat," Daniel tersenyum lebar kepada Namjoon dan juga Seokjin. "Akhirnya kalian menikah."