(9) Seminggu menghilang

1 1 0
                                    

_DOA ITU MANIS_

🌻🌻🌻

Ku lihat butik Umma Syifa sudah mulai sepi pengunjung, tak lama aku menatap  alorji yang melingkar di tangan, ternyata sudah pukul setengah lima, spontan bibir ku langsung melengkung karena jam sudah menunjukan waktunya pulang.  Ini cara ku menikmati pekerjaan, walaupun kadang aku merasa lelah, hampir putus asa, ingin menyerah dan keluar dari kerjaan bukan karena atasan melainkan aku berseteru dengan batin ku sendiri, bayangkan saja senin sampai jumat jadwal kuliah di kampus sabtu minggu bekerja part time, full sama sekali tidak ada hari yang free.

Semenjak libur kampus hingga masuk kembali tidak terasa sudah hampir 4 bulan saya kerja di Umma Syifa, jujur aku senang kerja di sana. Yang pertama merasa bahagia karena hampir setiap hari aku bertemu Ustadzah Syifa, yang kedua merasa diperhatikan mengenai ibadah yang selalu diutamakan dan yang terakhir yang bikin tertantang adalah ketika bertemu para pembeli yang memiliki berbagai macam karakter, dari mulai yang ramah, lucu, aneh, galak dan juga judes. Rasanya aku harus bisa menyesuaikan agar pembeli merasa dihargai walaupun kadang ucapannya menyakiti hati aku sendiri.

Ibu selalu berkata kepada ku bahwa semua pekerjaan pasti ada plus minusnya. Aku suka sekali mengeluh cape tapi ibu selalu menguatkan aku, dan aku sadar lelah ku belum seberapa di banding kedua orang tua ku. Untuk mendapatkan mimpi memang butuh yang namanya pengorbanan.

Sekarang, hati ku sudah mulai terbiasa bertemu dengan orang-orang seperti itu. Dengan sendirinya mental ku semakin kuat, tidak mudah tersinggung, dan terakhir aku bisa mengendalikan emosi yang sebelumnya aku merasa kesulitan. Banyak pelajaran yang bisa diambil selama bekerja disini. benar kata orang kita bisa belajar dimana saja dan pengalaman adalah guru kita.


***

"Alfa ?" Panggil ku sembari menyapu pandangan.

"Fa, Alfaaaa....." Aku mengulangnya dengan suara semakin kencang.

Ibu pun datang menghampiri ku. "Alfa gak dirumah sayang, tadi telefon sama ibu, katanya pulangnya agak terlat."

"Tumben," balas ku sembari duduk di kursi yang ada depan rumah.

"Dia bilang ada kerja kelompok sama temennya, terus mau latihan basket jugaa. Kemungkinan pulangnya malem." Lanjut ibu kemudian ikut duduk disamping ku.

Aku menghela nafas. "Alfa sebentar lagi mau Ujian Nasional ya bu ?" Kata ku sembari menoleh ke arah ibu.

"Iya, katanya bulan depan, makanya akhir-akhir ini dia sibuk sekali."

"Hebat ya bu Alfa, masih setia dengan tim basketnya walaupun dia mau Ujian Nasional. Dulu kalo aku mau mendekati Ujian Nasional tidak ada waktu buat kumpul bareng temen hari-hari ku sibuk belajar, belajar dan belajar. Hampir saja stres karena banyak sekali yang harus aku pelajari. Beda sekali dengan Alfa yang selalu terlihat santai, bahkan aku jarang melihat dia belajar yang ku lihat nggame terus tapi selalu unggul dalam masalah akademik. Hebat sekali."

Ibu menghela nafas sembari tersenyum menatap ku. "Jangan salah, Alfa itu rajin sekali belajar loh dari yang kamu tau. Dia bangun jam setengah 4 sholat tahajud lalu lanjut belajar sampai terdengar adzan subuh. Tiap kali Alfa dengar adzan ia buru ambil air wudhu lalu sholat. Selesai sholat dia langsung keluar untuk jogging. Ia lakukan setiap hari, makanya kalo siang yang kamu lihat dia hanya nggame dan basket. Padahal dini hari dia rajin sekali belajar."

Spontan aku melongo seakan tak percaya yang di ucapkan dengan ibu. "Masa si bu, seorang Alfa belajar aku kira dia jenius dari lahir."

"Tidak ada yang instan sayang, semua butuh yang namanya perjuangan dan usaha. Dia rela bangun dini hari agar bisa selalu unggul dalam akademik. Kamu tahu enggak kanza, Alfa pernah bilang sama ibu katanya dia mau jadi dokter dengan jalur beasiswa seperti kamu. Makanya dia harus mempertahankan prestasinya dalam akademik."

"Wah ! Hebat sekali aku kira dia mau jadi atlet karena hobbinya yang bisa menghasilkan uang."

"Hobby hanya sebagai hiburan jika menghasilkan uang itu hanya bonus, dan dokter itu adalah pekerjaan yang mulia. Kata Alfa begitu, dia begitu yakin suatu saat pasti dia menjadi seorang dokter."

"MasyaAllah cita-cita yang mulia." Balas ku antusias.

Ibu menghela nafas, lalu tersenyum. "Tinggal dulu ya," sembari beranjak. "Ibu mau ke belakang dulu."

***

Ada apa dengan malam minggu, kenapa banyak anak muda yang asik merayakannya. Sedang aku malah duduk manis depan rumah melihat bintang bintang di atas langit. Masih ada orang yang seperti aku yang memasabodokan dengan malam minggu.

Tak lama aku menyalakan ponsel dan scroll sosial media. Tak sengaja aku membaca status orang dan perkataanya begitu ngena dihati, seakan dia sedang menyindir aku.

"Malam minggu gini masa cuma duduk depan rumah terus scroll sosmed, kasihan banget si hidup lu."

Aku hanya menghela nafas sembari menutup ponsel. Alfatih, Alfatih tak sadar aku mengulang nama itu dan baru sadar juga dia menghilang sudah hampir seminggu, padahal sebelum itu dia selalu mengganggu dimana pun aku berada. Anehnya dia tahu nama  akun sosmed mungkin hampir semuanya dia tahu tentang hidup ku. Sejak kali pertama ketemu sampai sekarang aku merasa hidup ku sedikit berubah walaupun bertabur kesel, marah dan bosan tapi ada rasa untuk menikmati itu. Sampai mulai kepikiran kenapa Fatih tahu semua, dari mana dan dia itu siapa.

Sudah dari awal aku genksi menanyakan hal itu, karena takut dibilang kepo. Setelah dia hilang aku merasa kehilangan, sampai aku merasa bosan tidak ada yang mengganggu lagi.
Apa Fatih benar menyukai ku, apa hanya penasaraan saja dengan ku. Ah ! Entah lah aku pusing memikirkannya.

🌻🌻🌻

Gimana nih ceritanya ??

Komen dong, jangan lupa vote

Happy reading semuaaaaa

Jangan lupa follow instagram @nunungayuerna9

SWEET OF DOA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang