Beberapa hari kemudian, Asya sudah dibolehkan pulang oleh dokter dan kembali ke sekolah seperti biasa. Saat pagi, Asya pamit pada orang tuanya.
"Ayah Bunda, Asya berangkat dulu ya" pamit Asya.
"Asya tunggu, ayah mau tanya. kamu berangkat sama pacarmu ya?" tanya Ayah yang membuat Asya bingung.
"Pacar? Asya gak punya pacar, Yah. Lagi pula, Asya mau berangkat naik ojek online."
"Terus cowok yang lagi nunggu di luar itu siapa?"
"Hah? Ayah jangan bohong deh, orang gak ada yang chat Asya buat jemput."
"Kalau kamu gak percaya, lihat aja sendiri keluar."
Asya sangat terkejut saat dia keluar dan melihat siapa yang menunggunya.
"Morning, Sya," sapa Kak Arno dengan senyuman manisnya.
"Kak Arno? Kenapa kakak di sini? Kenapa kakak gak bilang kalau mau jemput aku?"
"Kenapa kamu kaget gitu, Sya? Kamu lupa ya kalau waktu itu aku bilang mau jemput kamu kalau kamu udah dibolehin sekolah? Terus kamu setuju ajakannya."
"Eh, iya gitu, Kak? Maaf ya, aku lupa."
"Yaudah kalau gitu, kamu pakai helm-nya atau mau aku pakein?"
DEG
"Aduh, kok gua baper ya," batin Asya.
"Hey, malah bengong. Yaudah, aku pakein aja," kata Kak Arno sambil memasangkan helm pada Asya.
"Nah, udah kepasang. Ayo naik, nanti kita bisa kesiangan," lanjut Kak Arno.
"Eh, iya Kak. Kita harus segera ke sekolah biar gak kesiangan," kata Asya dengan wajah polosnya yang membuat Kak Arno merasa gemas dan mencubit kedua pipi Asya.
"Aww, sakit, Kak! Jangan dicubit," kata Asya sambil mengusap-usap pipinya lalu naik ke motor.
"Hehe, abisnya kamu gemesin sih," kata Kak Arno, membuat pipi Asya jadi merah merona.
DEG DEG DEG
"Ada yang salah sama jantungku nih," batin Asya.
"Pegangan ke pinggang aku, Sya. Nanti kamu jatuh lagi," lanjut Kak Arno.
"Idih, Kak Arno modus nih" kata Asya sambil terkekeh.
"Tau aja Sya, hehe," kata Kak Arno sambil terkekeh juga.
Selama di perjalanan, hati Arno tidak bisa tenang dan dia jadi gak bisa fokus menyetir karena dari tadi Asya mengeratkan pelukan di pinggang Arno. Saat di lampu merah, Arno mengarahkan kaca spionnya ke arah Asya dan dia selalu memperhatikan wajah Asya sambil tersenyum. "Kamu tuh cantik banget hari ini, Sya," batin Arno.
Sesampainya di sekolah, Asya meminta untuk diturunkan dekat gerbang karena jika mereka berdua masuk barengan, bisa-bisa Asya jadi pusat perhatian dan pasti akan digosipin oleh satu sekolah. Namun, dia sangat menyesal telah meminta untuk turun duluan, karena saat dia akan masuk ke gerbang, tiba-tiba ada yang memanggil dan memeluk dirinya.
"Asya, kemana aja lu selama ini? Gue kangen banget sama lu. Gue selalu nyari kabar tentang lu tapi gue gak pernah dapet satu kabar pun tentang lu. Lu tau gak, Sya, gue khawatir banget selama ini. HP gue rusak jadi gue gak tau harus nyari lu kemana lagi. Gue kangen sama lu, Sya," kata Rey panjang lebar.
DEG DEG DEG
"Gue juga kangen banget sama lu, Rey," batin Asya.
"HEY Sya, kenapa lu bengong aja? Kalau lu gak bisa jawab, yaudah gak masalah. Yang penting lu udah ada di dekat gue. Ayo kita masuk sebelum bel bunyi. Gue anterin lu ke kelas," kata Rey sambil menggenggam erat tangan Asya.
DEG DEG DEG DEG, hati Asya sangat tidak karuan. Rasanya dia ingin melepas genggaman Rey, tapi hati dia menolak untuk melepasnya. Dia terlalu senang karena bisa ketemu lagi sama Rey, tapi rasa sakit hati muncul kembali saat Rey melepas genggamannya dan meninggalkan Asya karena Kak Nara yang memanggilnya.
"Sya, sorry ya, gue gak jadi nganterin lu ke kelas. Gue pamit dulu ya, nanti pulang sekolah gue main ke rumah lu deh. Bye Syang."
"Iya, Rey, gak apa-apa," kata Asya sambil melihat kepergian Rey.
"SAKIT BANGET WOI HATI GUE INI. UDAH TERBANG MALAH DIJATUHIN. BRENGSEK EMANG LU REY." - batin Asya
---
Sesampainya di kelas, mood Asya menjadi ancur lebur.
"AKHIRNYA ASYA KEMBALI SEKOLAH JUGA. GUE KANGEN SAMA LU, SYA," kata Dinda sambil memeluk Asya sangat erat.
"IIIIIH DIN SESEK WOI! LEPASIN," kata Asya sambil memberontak.
"Ya maaf, abisnya gue seneng banget akhirnya lu masuk sekolah juga. Gimana, lu udah sehat kan? Sorry ya, gue gak pernah nengok lu selama lu sakit."
"Gak apa-apa, Din. Gue mau langsung duduk aja ya."
"Ih, Sya, kenapa lu? Masih sakit? Kok lemes amat. Ke UKS aja yuk, gue temenin," ajak Dinda.
"Gak usah, Din. Gue gak kenapa-napa kok. Gue udah sehat, buktinya gue udah bisa sekolah."
"Trus lu kenapa, Sya? Lagi ada masalah? Lu bisa cerita sama gue."
"Gapapa Din, gue baik-baik aja, cuma gue lagi gak ada mood aja hari ini."
"Oooh, gitu. Sorry ya kalau gue jadi ganggu lu."
"Tenang aja, lu gak ganggu gue kok, Din. Btw, gimana perkembangan lu sama ketua kelas kita nih?" tanya Asya.
"Emm... ya gitu deh, ada kemajuan," jawab Dinda sambil tersenyum.
"Emang kemajuannya apa? Jangan bilang kalau si Alvaro juga suka sama lu."
"Tuh, lu udah tau kemajuannya."
"ASLI?"
"IYAAAAA, kemarin dia udah ngungkapin perasaannya ke gue dan sekarang kita udah resmi PACARAN DONG!"
"Wow, gila, gue gak nyangka sama lu, Din. Akhirnya lu pacaran juga sama tuh anak setelah lu kodein dia berabad-abad akhirnya dia peka juga. Syukur deh kalau gitu si Rian mantan lu gak akan bisa ganggu lu lagi. Congrats ya, Din, jangan lupa ditunggu undangannya."
"Enak aja, gue masih sekolah. Lu kapan, Sya, nyusul gue? Gue cium-cium sih lu bakal jadian sama ketos nih."
"Sotoy lu, gue deket sama dia aja kagak," kata Asya bohong.
"Orang bohong temennya babi loh, Sya."
"Ah, lu kan babi-nya, Din."
PLAK
"AWW, GALAK AMAT LU, LAGI PMS YA," kata Asya sambil mengusap-usap lengannya.
"Mau gue tabok lagi, lu?"
"PAKETU PACARNYA NIH GALAK BANGET SIH," adu Asya.
Tak lama kemudian, bel pulang pun berbunyi. Asya akan keluar dari kelasnya, tapi ada yang mencegah dia keluar.
"MAU KEMANA LU? MAU KABUR?"
"Mampus, kayaknya gue mau diomelin deh sama Kak Nara," batin Asya.
"Ad-Ada apa ya, Kak?"
"GAK USAH SOK BEGO YA LU JADI ORANG. JAUHIN SI REY! GUE TAU LU ITU SAHABAT DIA TAPI GUE JUGA TAU KALAU LU PUNYA RASA SAMA DIA. GUE SAMA REY UDAH PACARAN, LU GAK USAH DEKETIN DIA LAGI," kata Kak Nara lalu pergi meninggalkan Asya yang membeku.
"Mampus, Sya, lu dapet masalah baru. Tapi ngeri juga Rey pacar lu," batin Asya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN
FanfictionTernyata lu bukan cinta sama gua ya.. ⚠️ Cerita ini hanya untuk hiburan semata!