Di pagi yang cerah ini, Asya dan Kila sedang bersepeda bersama di sekitar komplek rumah Kila. Mereka tengah asyik mengobrol sambil menikmati udara segar pagi hari.
Tiba-tiba, Asya berhenti dan menepi ke pinggir jalan karena ponselnya yang dari tadi tidak berhenti berdering. Asya berhenti dan memarkirkan sepedanya di pinggir jalan. Dia mengeluarkan ponselnya yang berada di saku celana dan terkejut melihat nama yang muncul di layar.
~ Kak Arno Ketos is calling ~
"Aduh, Kak Arno telepon lagi. Angkat gak ya..." - batin Asya.
"Kenapa, Sya? Kok lu berhenti?" tanya Kila sambil mengerem sepedanya.
"Emm, gua mau angkat telepon dulu, Ki. Kayaknya ini penting. Lu duluan aja ke tukang bubur, nanti habis telepon gua langsung nyusul," kata Asya sambil terus menatap ponsel yang bergetar.
"Okey, gua duluan ya, Sya. Bye," kata Kila sambil melanjutkan perjalanannya menuju tukang bubur.
Saat Asya sedang melihat Kila yang perlahan menghilang dari pandangannya, ponselnya kembali berdering.
"Gw angkat aja deh, siapa tahu penting," kata Asya sambil menggeser tombol hijau dan menempelkan ponsel ke telinga.
📞📞📞
"Hallo Asya, selamat pagi. Kamu lagi di rumah atau di luar?" tanya Kak Arno.
"Pagi juga, Kak. Aku lagi di luar. Ada apa, Kak?" jawab Asya.
"Oh, lagi di luar. Kamu sibuk gak? Kalau enggak, rencananya lusa siang aku mau ngajak kamu nonton film di bioskop. Kamu bisa gak?"
"Hmm, boleh, Kak. Nanti aku kabarin Kakak lagi," jawab Asya dengan antusias.
"Baguslah kalau gitu. Sampai nanti ya, Asya."
"Okay, Kak. Sampai nanti."
---
Di tukang bubur, Kila sedang menunggu Asya sambil makan bubur. Asya akhirnya datang dan duduk di samping Kila dengan semangat.
"Gimana, Sya? Jawaban kamu buat Kak Arno gimana? Kamu bakal terima dia atau tolak? Jangan digantungin terus, kasihan Kak Arno-nya. Sebentar lagi kelas 12 bakal lulus," tanya Kila sambil mengaduk buburnya.
"Gimana apanya?" jawab Asya sambil memakan buburnya.
"Yaa, tentang perasaan lu sama Kak Arno. Apa lu bakal lanjutkan hts itu atau engga?"
"Aslinya gua juga bingung, Ki. Kak Arno memang baik, dan gua juga mulai suka dia. Tapi, gua juga nggak mau buat dia kecewa kalau nanti ternyata gua nggak bisa memenuhi ekspektasi dia."
"Jadi, lu masih ragu ya?" Kila bertanya dengan nada prihatin.
"Iya, gua takut kalau aku menjalin hubungan sekarang, dan ternyata kita nggak cocok atau gua malah nyusahin Kak Arno. Gua nggak mau dia merasa terbebani karena pacaran sama gua."
"Lu tahu kan, kadang perasaan tuh bisa berkembang seiring waktu. Kadang lu juga nggak tahu sampai lu benar-benar coba. Tapi, satu hal yang pasti, jangan sampai lu buat keputusan cuma merasa kasihan atau takut."
Asya terdiam sejenak, merenung dengan serius.
"Lu harus siap dengan segala konsekuensi dari keputusan yang lu pilih. Kalo lu merasa Kak Arno layak untuk jadi pacar lu, maka ambil kesempatan itu. Jangan terlalu lama ngegantungi perasaan dia."
Asya mengangguk pelan. "Ya, mungkin lu bener. Gua harus mikir dengan matang sebelum buat keputusan nanti."
"Yang penting, lu harus jujur sama perasaan lu sendiri. Jangan sampai lu nyesel nantinya." ucap Kila sambil menepuk-nepuk lengannya.
Asya tersenyum pada Kila, merasa lebih yakin dengan nasihat sahabatnya. "Makasih ya, Ki. Gua bakal coba pikirin baik-baik."
Dengan perasaan campur aduk, Asya melanjutkan harinya, memikirkan rencana nonton film dengan Kak Arno dan keputusan besar yang harus diambil mengenai hubungan mereka.
- TBC -

KAMU SEDANG MEMBACA
BUCIN
أدب الهواةTernyata lu bukan cinta sama gua ya.. ⚠️ Cerita ini hanya untuk hiburan semata!