BUCIN 13

10 7 0
                                    


Hari ini Asya sedang bersantai di rumahnya, tiba-tiba ia melihat motor Scoopy berwarna merah dengan helm silver berhenti di depan rumahnya. "Kak Arno," gumamnya pelan. Sudah seminggu ini Asya selalu menghindar dari Kak Arno, dia selalu menolak ajakannya, berangkat lebih awal sebelum Kak Arno datang ke rumah, dan pulang selalu nebeng dengan Kila agar tidak bertemu dengannya. Ia tahu Kak Arno pasti merasa kalau Asya sedang menjauhinnya.

Tak lama, terdengar suara bel. Asya membuka pintu dan melihat Kak Arno berdiri di sana dengan senyum tipis di wajahnya, membawa makanan kesukaan Asya.

"Hey, Asya. Aku bawain makanan favoritmu nih," ujar Kak Arno dengan lembut, sambil menyerahkan kotak makanan itu.

Asya mencoba tersenyum. "Terima kasih, Kak. Tapi... maaf, aku nggak bisa keluar hari ini."

Kak Arno menghela napas pelan, terlihat sedikit kecewa, tapi tetap berusaha tegar. "Gapapa kok. Aku cuma pengin lihat kamu baik-baik saja. Kalau butuh sesuatu, jangan ragu buat cerita, ya."

Asya mengangguk, mencoba tetap tenang meskipun hatinya terasa berat. "Iya Kak. Makasih sudah buat makanannya."

Mereka berbicara sebentar, dengan Kak Arno menceritakan hal-hal ringan untuk menghibur Asya. Namun, Asya hanya menjawab seadanya, jelas terlihat bahwa dia sedang tidak dalam mood yang baik.

"Kamu kelihatan capek. Mungkin aku harus pulang saja, ya?" Kak Arno pamit dengan nada penuh pengertian.

Asya tersenyum tipis. "Maaf, Kak. Aku... aku cuma lagi nggak enak badan."

"Ya sudah, istirahat yang cukup, ya." Kak Arno mengusap lembut kepala Asya sebelum melangkah pergi. Setelah pintu tertutup, Asya merasakan seluruh energinya terkuras habis. Terlalu memaksakan diri saat tidak mood, benar-benar melelahkan baginya.

---

Saat ia hendak tidur sore, tiba-tiba ponselnya berdering. Rey menelepon.

📞📞

"Asya, keluar yuk. Temenin gua lagi bosen nih, kita makan atau apa gitu," ajak Rey.

Asya menghela napas panjang. "Rey, Gua lagi nggak mood. Sorry nanti lagi aja ya."

"Oh, oke. Nggak apa-apa, Asya," balas Rey dengan nada kecewa yang terdengar jelas.

Tak lama setelah itu, Asya mendengar bel rumah berbunyi dan ternyata Rey datang ke rumah. "Lu nggak bisa nolak loh kalau gua udah di sini," Rey tertawa kecil saat Asya membuka pintu.

Asya menatap Rey, setengah kesal setengah terpaksa. "Rey, serius loh gua lagi nggak mood. lebih baik lu pulang aja ya."

"Tega bener lu sya ngusir gua, ayo deh kita nonton film di netflix aja. Nggak usah ke mana-mana," kata Rey sambil mengangkat leptop yang dibawanya. Akhirnya, Asya menyerah dan setuju.

Mereka duduk di ruang tengah, memutar film romantis pilihan mereka. Di pertengahan film, tiba-tiba ada adegan ciuman yang membuat suasana di ruangan itu menjadi panas dan canggung.

Asya menelan ludah, mencoba mengalihkan perhatiannya dari layar. "Ehem," dia berdeham, sementara Rey meregangkan badannya.

Biasanya mereka akan bercanda saat menonton adegan seperti ini, tapi entah kenapa kali ini rasanya berbeda. Hawa ruangan terasa semakin berat. Asya bisa merasakan jantungnya berdebar lebih cepat.

"Eh Sya..." Rey tiba-tiba memanggil, menatapnya dengan serius.

Asya menoleh dan mendapati mata Rey menatap ke arah matanya. "Apa, Rey?"

Mereka saling bertatapan, dan entah bagaimana, tatapan Rey turun ke bibir Asya. Asya menelan ludah, bingung dengan apa yang terjadi. Tanpa sadar, mereka semakin mendekat. Bibir mereka saling bersentuhan. Sialnya, entah apa yang merasuki Asya, dia tiba-tiba menggerakkan bibirnya, merespon ciuman Rey.

Namun, seketika itu juga, Asya tersadar dan menjauh dengan cepat, menatap Rey dengan mata terbelalak.

"Re-Rey... sorry, sorry gua nggak sadar," ujar Asya dengan suara gemetar.

Rey terdiam sejenak, lalu tersenyum tipis. "Gapapa Sya. Mungkin kita cuma kebawa suasana aja."

Mereka berdua terdiam, canggung dan bingung. "Gua... Gua rasa lu harus pulang sekarang deh Rey nanti keburu kemaleman," ucap Asya akhirnya, mencoba mencari jalan keluar dari situasi yang semakin rumit.

Rey hanya mengangguk, masih tampak sedikit bingung. "Yaudah, gua pulang dulu ya Sya, yang tadi gausah dipikirin. salam buat ortu sama ade lu ya." pamit Rey

Setelah Rey pergi, Asya duduk terpaku di sofa, perasaannya campur aduk. Dia tahu ini tidak seharusnya terjadi, tapi juga tidak tahu bagaimana harus menghadapi perasaan ini.



- TBC -

BUCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang