BUCIN 7

21 11 0
                                    

Sudah seminggu aku tidak masuk sekolah dan seminggu juga aku menunggu kabar dari Rey. Tapi, selama ini dia gak pernah nanya atau menunjukkan kekhawatiran tentang kondisiku. Bahkan sekarang, aku terpaksa harus menginap di rumah sakit sampai tubuhku benar-benar pulih.

Saat aku lagi melamun, tiba-tiba ada yang menepuk bahuku.

"Hey Sya, kamu ngelamun aja, mikirin apa sih?" tanya Kak Arno.

"Hmm... gak mikirin apa-apa kok, Kak." jawabku.

"Ooh, kalau gitu, aku pulang dulu ya." pamit ka Arno.

"Sya, istirahat di sini jangan banyak ngelamun. Nanti kamu bisa kesurupan kan gak lucu, masa cewek cantik kaya kamu kemasukan setan," lanjut Kak Arno sambil tertawa.

"Hehehe, iya Kak. Kakak hati-hati di jalan ya. Makasih udah sering nengokin aku dan bawain makanan yang enak, jadi aku ngerasa nggak enak sama Kakak."

Tiba-tiba Kak Arno mengacak-acak rambutku. "Gak usah bilang gitu, Sya. Aku ikhlas ngelakuin itu buat kamu biar kamu bisa cepet sembuh."

"Ish, Kak Arno, rambutku malah diacak-acak," keluhku.

"Hehehe, maaf ya. Sini, biar aku rapihin rambutmu," kata Kak Arno sambil memperbaiki rambutku.

"Aku langsung pamit ya, Sya. Takut kena macet di jalan. Besok pulang sekolah, aku mampir lagi ke sini. Kalau kamu butuh makanan atau apapun, chat aku aja. Jangan mikir kalau kamu ngerepotin aku, soalnya aku suka kalau kamu ngerepotin aku, dan aku suka kam— emm, aku pamit dulu ya," ujar Kak Arno yang membuat tubuh dan pikiranku seketika beku.

--- 

Aku tidak bisa tidur dengan tenang semalaman. Aku terus memikirkan ucapan Kak Arno yang semalam—'aku suka sama kam—'. Meskipun Kak Arno tidak melanjutkan kata-katanya, aku sudah tahu maksudnya. Aku ingin meyakinkan diriku bahwa itu tidak benar, tetapi aku mendengar sendiri dengan mata kepala. Aku juga akui bahwa aku suka dengan perhatian yang Kak Arno berikan selama aku sakit.

Sekarang, Kak Arno membawakan makanan kesukaanku. Padahal aku tidak pernah bilang apa yang aku suka, tetapi dia selalu membawa makanan atau minuman yang aku suka. Aku curiga dia mungkin punya informan. Jangan-jangan Kak Arno menyogok Kila atau Rey untuk tahu apa yang aku suka...

"DOR"

"AYAM TELURAN NAGA, SIALAN KI, NGAGETIN GW AJA!"

"Hahaha, sorry, sorry. Abisnya lu bengong terus dari tadi. Gua sama Kak Arno jadi dicuekin gini. iya gak kak?" kata Kila sambil menyenggol badan Ka Arno.

"Yah, iya nih. kamu kenapa sih dari kemarin akulihat selalu ngelamun? Lagi mikirin siapa sih?" tanya Kak Arno.

"Ah, gua tahu, pasti lu lagi mikirin si RAAWW SAKIT SYA," teriak Kila.

"Shuttt, berisik, jangan teriak, Ki. Ini rumah sakit, banyak orang sakit." kata ka Arno.

"Ya, rumah sakit pasti banyak orang sakit lah. Kalau banyak orang mati, namanya rumah duka." jawab Kila.

"Jawab aja lu, Ki." kataku.

"Udah, udah, gak usah berantem. Kalian ganggu pasien lain aja." kata Ka Arno.

"Tau nih, si Kila pake teriak segala." Kata ku membela diri.

"Gua gak akan teriak kalau lu gak nyubit pinggang gw duluan." bela Kila.

"Heh, masih aja berantem kalian ini. Aku pamit duluan ya. Tadi ada yang chat kalau sekarang ada rapat OSIS mendadak. Ini aku beli makanan kesukaanmu, Sya. Dimakan ya. Besok aku mampir lagi. Aku pergi dulu." Kata Ka Arno.

"Hati-hati di jalan ya, Kak Arno. Makasih buat makanannya." Kataku.

"Eh, orangnya udah pergi tuh. Jangan liatin pintu terus." Kata Kila.

"Ini makanannya buat lu aja, Kil. gua udah makan makanan rumah sakit tadi." Kataku.

"Lah, kenapa lu tumben banget? Padahal ini makanan kesukaan lu. Biasanya lu paling anti makan makanan rumah sakit. Apa karena ini makanan dari Kak Arno, jadi lu gak mau makan? Wah, parah sih Kak Arno udah ngeluarin uang buat beli ini, masa lu gak makan? gua aduin ke ka Arno loh. Wah, parah banget, Sya."

"Bukan gitu, Ki. gua lagi gak mood aja buat makan makanan luar."

"Orang bohong temannya setan, loh Sya."

"Dih, gua kan udah temanan setan. lu kan setannya, Ki."

"ANJ— huh, sabar. gua kudu sabar karena orang sabar disayang Tuhan."

"Hahaha, ya maaf. bercanda."

"Tapi jujur, gua heran deh kenapa lu bisa jadi deket gini sama Kak Arno?"

"Entahlah Ki. Gua juga bingung sama diri sendiri kenapa bisa deket sama Kak Arno. Kenapa dia selalu ngasih perhatian, selalu datang nengokin gua, selalu chat atau telpon nanya, 'Sya, udah makan belum? Gimana? Mau makan apa? Biar aku beliin.' Gua juga penasaran kenapa kemarin dia bilang dia suka kalau gua ngerepotin. Gua heran, kok ada orang yang mau direpotin."

"Hmm... bisa gua simpulkan kalau Kak Arno suka sama lu, Sya."

"Kayaknya sih iya. Kak Arno suka sama gua. Kemarin dia bilang dia suka sama gua, tapi setelah ngomong gitu, dia langsung pamit pergi. gua gak mau geer dulu, tapi gua dengar sendiri Ki."

"Jadi benar simpulan gua. Tapi, perasaan lu gimana sama Kak Arno?"

"Jujur aja, sebenernya gua suk—" kata Asya namun terpotong oleh..



- TBC -



BUCINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang